Antagonis

425 31 2
                                    

Tandai typo jika ada
Happy Reading
***

Aku nggak tau apakah yang ku lakukan sekarang benar atau salah dalam pandangan orang. Tapi aku nggak punya pilihan lain selain menjebak Dirga saat ini.

Memandang tubuh telanjangku melalui cermin kamar mandi hotel. Tak menampik ada rasa senang yang muncul dalam hatiku melihat tanda kemerahan di sekujur tubuhku. Merasa bahwa Dirga memang menginginkan diriku. Penuh harap menyimpulkan jika pria itu mencintaiku.

Puas dengan memandang kekacauan yang berhasil di ciptakan Dirga pada tubuhku. Dengan penuh keyakinan jika pria itu akan menjadi milikku untuk selamanya.

Dengan langkah yang hati-hati karena rasa perih di bagian inti tubuhku, aku berjalan menuju shower ingin membersihkan diri sebelum kembali bertemu Dirga yang sedang tertidur pulas di ranjang bekas pertempuran kami semalam. Membayangkan akan bertemu pria yang ku cintai di pagi hari begitu menyenangkan.

Dengan bersenandung aku membilas badanku. Mengkhayalkan seperti apa reaksi dirga nanti ketika bangun tidur melihat diriku. Perasaan menggebu-gebu akan kebahagiaan kembali menyerang hatiku. Ternyata dampak Dirga begitu hebat bagiku.

Selesai dengan ritual mandiku. Mengenakan jubah mandi yang di siapkan pihak hotel, aku keluar menuju kamar dimana saat ini priaku berbaring. Sedikit geli mendengar kata 'priaku' terlontar dalam pikiranku. Aku merasa sangat sangat bahagia hari ini. Berjalan dengan riang, aku membuka pintu kamar mandi ini.

Di depan sana aku melihat Dirga duduk di tepi ranjang. Memijat pelipisnya seraya meringis pelan. Apakah obat semalam terlalu keras? Sepertinya aku memasukannya sesuai anjuran yang di sarankan.

"Bersih bersih dulu Ga, mungkin kalau mandi, pusingnya bisa hilang." Aku berjalan menuju dirinya dan duduk di samping Dirga. Mengelus lengannya yang sudah tertutupi baju kemeja.

Aku merasakan tatapan tajam pria itu layangkan padaku. Ia menepis tanganku yang mengelus lengannya. Kemudian dirinya beranjak ke kamar mandi tanpa mengatakan apa-apa padaku.

Menghela napas, berusaha menenangkan diriku. Tanpa memikirkan sikap Dirga tadi, aku mematut diriku di depan cermin yang ada di meja rias. Mengamati wajahku yang terlihat dalam cermin. Menarik senyum manis dan mengatur ekspresi wajahku agar terlihat ceria. Aku harus bahagia, Dirga tidak mungkin meninggalkanku. Dia adalah pria yang berprinsip, mengambil keperawanan seorang gadis bukanlah masalah sepele bagi Dirga.

Memanfaatkan rasa tanggung jawab dan ego yang pria itu miliki, maka aku pasti akan menang. Dirga pasti memilihku dan  pasti menjadi milikku. Dengan pikiran dan harapan yang ku coba tumbuhkan dalam kepalaku, aku tau bahwa kemungkinan keinginanku terkabul presentasenya sangat tinggi.

Aku berdandan secantik mungkin. Agar pesona yang terpancar dari wajahku mampu memikat hati Dirga. Selagi aku berkutat dengan skincare dan make up di tanganku, terdengar suara ponsel menandakan panggilan masuk. Aku melirik ke arah ranjang, dimana ponsel milik Dirga berbunyi. Terlihat layarnya menyala dan suara deringan terus memanggil agar segera di jawab.

Aku melirik ke arah kamar mandi. Terdengar suara air mengalir, sepertinya Dirga masih lama di dalam sana. Karena terlalu lama di biarkan, suara panggilan itu berhenti. Namun sekian detik kemudian kembali ponsel itu berbunyi. Kali ini bukan tanda panggilan masuk, namun hanya notif pesan masuk.

Di landa penasaran, aku mengambil ponsel Dirga. Melihat pop up chat yang masuk. Membaca pesan yang mampu terlihat tanpa membuka aplikasi pesan. Hatiku cukup panas, dengan cepat aku membuka ponsel Dirga yang ternyata tidak terkunci itu. Membaca keseluruhan pesan.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang