Warning 18+
Badanku sakit semua. Bahkan bisa ku rasakan perihnya bagian tubuhku di bawah sana. Ternyata lepas perawan itu sesakit ini. Tapi ku akui kalau semalam terasa menyenangkan, walau harus menanggung rasa perih akhirnya.
Tadi pagi saat bangun dan berkaca di kamar mandi apartemen Egar, dapat ku lihat tubuhku yang penuh kemerahan, tanda pergulatan semalam. Biasanya kalau berhubungan dalam keadaan mabuk, pasti akan terlupakan keesokan harinya. Aku juga berharap begitu, tapi otakku cukup baik untuk memutar kembali ingatan semalam.
Ada yang janggal. Egar memang memberitahu namanya padaku, tapi dalam ingatanku semalam, aku tidak ada sama sekali menyebutkan namaku. Darimana Egar tahu namaku? Aku ingin bertanya tapi sepertinya tidak akan pernah bisa, karena aku kabur. Biarkan saja pertanyaan itu tak terjawab, karena saat ini dengan segenap hati aku berharap tidak akan pernah lagi bertemu Egar.
"Jadi gimana Nar? Ketagihan nggak lo?"
Aku berdecak kesal, kemudian melempar wajah menyebalkan Wulan dengan bantal sofa yang ku pegang. "Aku bukan kamu," jawabku kesal.
"Tapi enak, kan?" Tanya Wulan lagi.
Wajahku bersemu mengingat kembali kejadian semalam. Enak sih, tapi nggak akan aku ku ulangi lagi. Mungkin, batinku.
"Lagian kenapa kabur sih?"
Aku memandang Wulan yang penasaran akan ceritaku. Sudah ku ceritakan semuanya pada Wulan tentang kejadian semalam, tapi aku melewatkan alasanku memilih kabur dari apartemen Egar sebelum pria itu terbangun.
"Udah ah, jangan di bahas. Aku mau lupain," rengekku. Tidak ingin membahas lebih jauh kejadian semalam.
"Yaudah sih, mau makan apa? Gue mau pesen makan nih," tawar Wulan. Aku memikirkan makanan apa yang enak untuk makan siang kami.
"Naspad deh," jawabku.
"Itu mah bisa lo cari di bawah, ngapain pesen online," ejek Wulan.
Aku juga bingung mau makan apa. "Samain aja lah sama kamu," putusku akhirnya.
Wulan mengangguk. Kemudian mulai mengetik pesanan kami di aplikasi pesan online. Begitu beres, ia kembali menatapku dengan tatapan tajam. Membuatku tak nyaman di tatap begitu oleh Wulan.
Ponselku berbunyi ketika Wulan akan melontarkan kalimat. Tapi ia urungkan, dan menyuruhku mengangkat panggilan.
Nama Ditto terpampang jelas di layar ponsel. Aku mendengus kesal, malas mengangkat panggilan pria brengsek itu.
"Angkat Nar," perintah Wulan.
"Males ah," jawabku.
"Pake mode jangan ganggu deh, berisik tuh kalau nggak di angkat."
Aku mengikuti saran Wulan. Mengaktifkan mode jangan ganggu. Benar saja, Ditto meneleponku terus menerus. Bahkan chat pun masuk berkali-kali.
"Aduhh pasti bentar lagi nelpon gu-"
Ponsel di genggaman Wulan berdering. Nama Ditto terlihat, bahkan sebelum Wulan menyelesaikan kalimatnya, pria itu sudah menghubunginya. Ditto itu selain brengsek, ya posesif parah. Dia akan menerorku dengan panggilan dan pesannya jika tidak ku balas dengan cepat. Bahkan Wulan pun akan terkena imbasnya jika aku susah di hubungi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
ContoHanya berisi cerita random yang terlintas dalam pikiran author. Silahkan di baca sebagai selingan dan mengisi sedikit waktu luang kalian semua <3 Start : 24 Oktober 2024 Finish : -