3. Gama dan Ayah

574 100 10
                                    

Perkelahian malam itu selesai dengan sangat menegangkan, Gama hampir menghabisi nyawa Pelanggan Bar yang terus berusaha untuk menggoda Arumi, kini tubuh gagah itu terdiam di balik dinding Bar yang sudah mulai sepi dengan ringisan kecil Gama bersuara.

"Pelan-pelan ini sakit sekali," katanya mencoba menahan tangan Arumi yang saat itu sedang mengobati luka-lukanya.

"Sakitnya hanya sementara, tolong diam dulu," balas wanita itu datar. Wajah cantik Arumi berhasil membuat Gama terdiam membisu, sungguh wanita polos dan natural yang pernah ia temui selama hidupnya.

Matanya yang ikut tersenyum jika bibirnya mengukir sapaan hangat membuat candu untuk ia lihat, apalagi bibirnya yang tipis dan berwarna pink merona membuat Gama selalu membayangkan betapa nikmat ciuman panas malam itu.

"Wajahmu pucat Arumi,"

"Aku hanya kelelahan saja,"

"Bagaimana jika malam ini aku antar kau pulang," kata Gama yang mencoba kembali merayu wanita itu, tapi gelengan kepala Arumi membuat Gama kembali putus asa, sungguh sangat sulit mendekati Arumi walau sebenarnya ia hanya ingin bertanggung jawab atas segala kesalahannya malam kemarin.

Wanita itu merapihkan barang bawaannya dan berdiri berniat pergi dari hadapan Gama tapi dengan cepat ia mencekal tangan itu, seolah berbicara bahwa ia ingin dengan serius mempertanggungjawabkan semuanya.

"Lepas tuan, aku ingin pulang,"

"Aku antar,"

"Aku tidak mau," balasnya berhasil keluar dari genggaman Gama, dengan cepat Arumi berlari mencari taksi dan berharap pria itu tak lagi mengganggu hidup nya.

Jangan sebut dia Gama Samudera Ananta jika tak memiliki sikap yang pantang menyerah, mobil mewahnya kini melaju mengikuti arah Arumi pulang, tapi di tengah perjalanan pria itu mengerutkan keningnya bingung, jalan yang Arumi lalui bukanlah jalan menuju apartemen yang sama dengan Grace malam itu.

Tapi niatnya tak bisa terurungkan walau sudah hampir satu jam lamanya  mobil taksi yang membawa Arumi belum juga berhenti. Masuk ke dalam suatu pedesaan dengan jalanan yang sepi, kini Arumi memutuskan untuk pulang ke rumah ayahnya yang berjarak jauh dari tempat kerjanya.

Ia harus menempuh waktu 2jam 15 menit untuk sampai ke sana. Dan kini senyum Arumi harus terpaksa keluar saat ia melihat pria tua yang sedang menunggu kedatangannya dengan raut wajah penuh kecemasan.

"Ayah...," lirih Arumi turun dari taksi itu. Pelukan hangat sang ayah ia rasakan sekarang setelah sekitar 6 bulan Arumi tak pernah mendapatkan tempat ternyaman nya. Ingin rasanya ia menangis dan menceritakan semua, tapi keadaan ayahnya yang sudah tua tak memungkinkan untuk berpikir terlalu dalam tentang masalah ini.

"Ayah kira kau tidak jadi pulang,"

"Besok aku libur dan bosku memberi cuti selama 3 hari, aku akan menyesal jika tak bisa pulang dan menemui kalian," jawab Arumi dengan wajahnya yang tersenyum tapi di dalam hatinya ia sedang menangis.

"Selamat malam," kata pria di belakang tubuh Arumi yang mengagetkan semua. Wanita itu menengok dengan cepat, dan terkejut saat ia mengetahui bahwa wajah Gama kembali ia lihat kali ini. Rasa takut itu kembali hadir, ia takut bahwa Gama akan menceritakan semuanya pada sang ayah.

Ia takut pria itu memanfaatkan waktu ini untuk bisa memaksa agar Arumi mau ia nikahi.

"Perkenalkan pak, saya Gama Samudera Ananta, kekasih Arumi yang tinggal di kota," kata Gama dengan santainya. Lagi dan lagi pengakuan itu kembali terdengar oleh Arumi, ia tak bisa berkata apapun selain menunggu ucapan apa lagi yang akan pria itu katakan.

"Maaf pak, kita jadi harus pergi dengan mobil yang berbeda karena sebelumnya kita sedang bertengkar dan Arumi marah pada saya," Gama kembali dengan narasi yang ia buat sendiri.

Dangerous ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang