13. Bali dan segala keresahan

566 69 7
                                    

Restu yang tak pernah mungkin di dapatkan. Kalimat yang selalu menghantui hidup Arumi saat ini, ia tak ingin selamanya hidup diantara kebencian ia ingin semua orang tau bahwa impian terbesarnya adalah memiliki keluarga yang bahagia.

Tapi bahagia seperti apa yang akan ia dapat sedangkan semua orang terdekatnya tak menginginkan kehadiran dia sekarang. Arumi mengelus perutnya yang sudah mulai membesar dan sesekali menangis bersama tiupan angin yang menghantam tubuhnya sekarang.

"Ada apa, kenapa kau menangis?," Gama duduk disamping tubuhnya dengan membawakan minuman segar.

"Aku rindu ayah," ia benar-benar sudah tak bisa menahan tangisnya, Arumi masuk ke dalam pelukan Gama dan menangis di sana.

"Aku tau, tapi bersabarlah sedikit sayang aku sedang memperjuangkan masalah ini cepat selesai,"

Hanya anggukan kecil yang terukir dari diri Arumi tak ada lagi yang bisa ia perbuat saat ini, rasanya ingin kembali ke masa kecil yang membahagiakan ia tak pernah menyangkut betapa beratnya menjadi manusia dewasa.

"Jangan bersedih lagi, anakku nanti ikut menangis di sana," Gama tertidur di paha Arumi sambil terus menciumi perut sang istri yang sudah mulai membesarkan, mengelus dengan lembut memberi tau pada anaknya bahwa Gama sangat mencintainya walau ia tercipta dari pertemuan yang menjijikan.

"Tidak ada yang bisa menghakimi kau nak, walaupun semua orang menganggap mu buruk aku akan selalu menjadikan mu nomor satu, tidak usah khawatir tentang kasih sayang aku akan dengan tulus memberikan itu," kata Gama dengan hati yang penuh cinta.

Ternya tuhan masih menyisakan satu bahagia untuk Arumi, mendapatkan suami seperti Gama adalah suatu hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

"Kau mencintaiku?," tanya Arumi mengelus pipi Gama.

"Apa kau ragu?

"Iya, bahkan kata cinta belum pernah kau layangkan padaku bagaimana aku bisa tau kalo kau mencintaiku?,"

"Aku sudah menyukai mu sejak pertama kita bertemu, bahkan rasa tak ingin jauh darimu aku rasakan setiap hari, jangan ragu dengan cinta yang datang secara tiba-tiba bisa saja itu adalah cinta yang benar-benar tulus untuk kau terima, Arumi aku memang bukan pria baik, aku pemabuk, hidipku kacau bahkan aku selalu di cap anak nakal oleh ayahku sendiri karena memang aku anak yang suka Melawai," jelas Gama panjang lebar , ia bercerita sambil memejamkan mata.

"Tapi kau datang dan membenahi hidupku yang kacau," ujar Gama yang kini melingkarkan tanganya pada pinggang sang istri memberi sensasi yang membuat Arumi salah tingkah.

"Rupanya kau sudah mulai terangsang ya, jangan disini Arumi aku tidak bisa bercinta di hadapan orang banyak, apalagi di pantai seperti ini," kata Gama tertawa renyah karena melihat wajah Arumi yang sudah memerah sempurna.

"Aku--- aku tidak sama sekali terangsang," kata Arumi mencoba membela diri.

"Kau yakin?," Tingkah jahil Gama datang lagi ia tak mau membiarkan situsi ini terlewat dengan sia-sia tubuh Gama mendekat ke arah Arumi memangkas semua jarak yang ada di antara mereka. Angin pantai dan suasana panas disana ternyata berhasil membawa Arumi masuk ke dalam permainan yang akan dilakukan suaminya.

Mata wanita itu terpejam dan dengan senang hati siap mendapat cumbuan mesra yang Arumi yakini akan ia dapat sekarang, tapi sial suara tawa Gama memecahkan keheningan saat itu ia memundurkan posisinya dan tertawa dengan sempurna saat melihat ucapan yang Arumi keluarkan tak sesuai dengan isi hatinya.

"Kau bilang tidak terangsang tapi kenapa kau terpejam?," suara tawa itu keluar dengan sempurna sedangkan Arumi hanya bisa menatap sang suami dengan penuh kekesalan.

Dangerous ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang