"Narkoba dan perjudian adalah surga dunia sampah Indonesia. "
-Ramos-♟️♟️♟️
Dini hari yang tenang di klub tiba-tiba dipecahkan oleh suara deru mesin yang beriringan. Sebanyak 25 mobil boks merek Iveco Daily memasuki area parkir dengan tertib, seperti sebuah konvoi yang telah terencana dengan matang. Setiap mobil berwarna putih dengan logo perusahaan yang terpampang jelas di pintunya, menandakan profesionalisme dan kepercayaan.
Para pengemudi dengan cekatan memarkir kendaraan mereka, satu per satu, membentuk barisan rapi.
Di antara mereka ada bos klub, seorang pria bertubuh besar dengan wajah serius dan tangan terlipat di depan dada. Ia mengawasi setiap mobil boks Iveco Daily yang datang dengan tatapan tajam
"Sedikit terlambat, saya benci itu," ucap pria yang berdiri ditengah-tengah pekerjanya
Para pekerja yang berdiri di sekitarnya merasakan ketegangan itu, mencoba untuk tetap tenang meski ada kekhawatiran di wajah mereka. Waktu memang berharga bagi mereka, dan setiap menit yang berlalu tanpa barang-barang tersebut membuat mereka semakin cemas.
Para pengemudi keluar dan dengan segera menuju Rama untuk meminta maaf atas keterlambatan,"Kami minta maaf, Bos."
"Baiklah, kita tidak punya waktu untuk menyalahkan siapa pun sekarang. Kita harus segera memulai," katanya dengan suara tegas.
Para pekerja langsung bergerak cepat menuju mobil-mobil boks, membuka pintu belakang dan mulai menurunkan barang-barang. Setiap kotak diperiksa dengan cepat namun teliti, memastikan tidak ada kerusakan atau kekurangan.
"Satu ton narkotika, satu milyar uang yang akan saya terima," gumam Rama pelan sambil menyeringai
Rama berjalan berkeliling, memantau proses pemindahan barang dengan saksama. Meski sedikit kesal, ia tahu bahwa yang terpenting sekarang adalah memastikan semua barang masuk ke dalam klub tepat waktu dan dalam kondisi baik, agar semua yang sudah direncanakan berjalan lancar.
Saat Rama berkeliling mengawasi proses pemindahan barang, Diego mendekatinya dengan ragu-ragu. Diego adalah salah satu pemilik klub Ricino yang sudah lama Rama percaya, Diego adalah adiknya. Diego dan Rama berselisih usia 5 tahun, meski mereka adik-kakak tapi Diego begitu sangat menghormati Rama sebagai bosnya daripada seorang kakak. Ia terkenal dengan kejujurannya meski terkadang pertanyaannya membuat orang lain terkejut.
"Bos, boleh tanya sesuatu?" kata Diego dengan nada hati-hati.
Rama berhenti dan menatap Diego dengan alis terangkat. "Apa yang ingin kamu tanyakan?"
Diego menelan ludah, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Kita kan sudah lama bekerja di kartel, dan saya mau tahu, bos pernah mengonsumsi narkotika kita?"
Pertanyaan itu menggantung di udara sejenak, membuat suasana semakin tegang. Beberapa pekerja yang berada di dekat mereka tiba-tiba berhenti bekerja, menoleh ke arah bos dan Diego dengan penasaran.
Rama menarik napas dalam, matanya menatap tajam ke arah Diego. "Itu pertanyaan yang berani, Diego," katanya dengan suara rendah namun penuh kewibawaan.
"Dan jawabannya adalah tidak. Saya tidak pernah dan tidak akan pernah mengonsumsinya, saya hanya menjual dan berbisnis. Saya yang membuat dan saya tahu isinya apa, saya tidak akan mati di tangan saya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness of Ramos
ActionKeberadaan kartel narkoba Sinaga Merah semakin mengkhawatirkan. Dipimpin oleh Ramos, kartel ini mengendalikan perdagangan narkoba dan perjudian lintas pulau. Kartel yang sudah lahir sejak 10 tahun yang lalu, namun sayang sekali kartel itu harus hanc...