Malioboro

5 1 0
                                    

Jogja Gallery adalah tempat yang akhirnya dipilih Lana untuk mengistirahatkan otaknya setelah seharian dipusingkan dengan tulisannya yang mulai kehilangan arah. Sebuah galeri seni visual di Jogja yang berdiri sejak 19 September 2006 dan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X itu berhasil menemani setengah hari libur yang Lana miliki di minggu sore ini, sederet karya yang terpajang di dinding gallery itu seperti memberikan energi baru untuk jiwa lelahnya.

Lana bukanlah penikmat seni yang ahli menafsirkan lukisan-lukisan di luar nalar  yang terkadang memiliki segudang cerita dibaliknya, namun entah mengapa setiap dirinya membaca maksud dari sebuah lukisan yang dilihatnya, seakan ada sisi lain dari dirinya yang menikmati setiap liukan kuas yang tergambar di dalam lukisan tersebut.
Entahlah, mungkin karena dulu dirinya sempat tertarik menekuni bidang itu.

Setelah puas mengitari seluruh penjuru gallery tersebut, Lana memutuskan untuk kembali menjelajahi kota istimewa ini,ia sangat penasaran dengan suasana Malioboro yang katanya akan tampak lebih hidup saat malam tiba.
Dan kali ini pilihannya jatuh pada sebuah tempat yang sangat ramai, tentunya tempat yang sebisa mungkin selalu ia hindari karena terlalu berisik katanya.
Namun sekarang,entah mendapat hidayah dari mana Lana berani menembus padatnya wisatawan di Alun-Alun Kidul yogyakarta itu seorang diri.

Saat malam hari, Alun-Alun Kidul akan dipenuhi dengan kerlap-kerlip lampu dari odong-odong yang mengelilingi alun-alun, menciptakan suasana yang meriah. Lana juga ikut serta memeriahkan malam itu dengan menaiki odong-odong tersebut, sesekali senyumanya merekah menyaksikan beberapa kejadian konyol yang tertangkap oleh kameranya.
Baginya memotret beberapa hal yang pernah ia alami adalah sebuah upaya menyimpan memori indah yang tidak terekam baik di otaknya.

Kruk, krukk...

Suara yang berasal dari perutnya itu mengingatkan bahwa sedari sore tadi belum ada setetes air pun yang membasahi tenggorokannya, dan kini cacing diperutnya sudah demo meminta makanan.
Sebelum pulang Lana menyempatkan diri mampir ke salah satu angkringan yang berada disana, membeli beberapa makanan dan melahapnya ditempat.

***

Siapa yang setuju kalau senin pagi adalah musuh sejuta umat? Entahlah, rasanya semua pekerjaan menjadi 2x lebih banyak dan membosankan. Padahal rasanya baru saja kemarin bebas dari kegiatan monoton yang dikerjakan selama 6 hari berturut-turut, dan sekarang harus kembali bergelut dengan kegiatan ini lagi sampai 5 hari kedepan.

Lana mulai melakukan pekerjaanya, dari menyiram beberapa bunga yang memang ditanam langsung di belakang florist oleh Nadia, sampai memilah bunga-bunga yang sudah tidak layak dijual, dan membersihkan beberapa peralatan wrapping yang berserakan.
Hari ini di toko hanya ada 2 karyawan, Nisa izin pagi tadi karena ibunya mendadak harus dilarikan ke rumah sakit. Alhasil semua pekerjaan Nisa menjadi tanggung jawab dirinya dan satu karyawan lain yang bersamanya.

"Besok gue titip toko ke lo ya!" Seru Nadia tiba-tiba yang sukses membuat Lana terkejut

"Mau kemana emang?" Balasnya singkat

"Pulang, Bandung."

Mendengar kata Bandung, membuat Lana menghentikan pekerjaan sejenak,

"Lah, orang Bandung?" Lirihnya hampir tak terdengar oleh siapapun

Meskipun Lana dan Nadia sudah sangat akrab, tapi tidak pernah ada kesempatan untuk keduanya saling berbagi cerita karena banyaknya kesibukan yang mereka jalani setiap harinya, terlebih lagi Lana sedikit tertutup tentang dirinya, ia tidak akan menceritakan apapun tentang hidupnya kepada orang baru.
Oleh karena itu, Lana sedikit terkejut saat mengetahui bahwa Nadia lahir di kota yang sama seperti dirinya berasal.

"Tuhan... Kebetulan macam apalagi ini? Semoga Nadia ngaa ada sangkut pautnya dengan hal-hal yang akan membuatku kecewa lagi kali ini."

Bandung memang menyimpan banyak cerita bagi Lana, semua kenangan manis bersama orangtuanya sebagian besar tertinggal disana.
Namun, begitulah hidup, Tuhan selalu punya cara untuk menyeimbangkan segalanya, jika dipenuhi tawa maka akan ada luka yang menanti.
Bukankah Tuhan memang menciptakan semua hal di dunia ini berpasang-pasangan, jadi jangan heran jikalau harimu tidak selalu baik.
Seperti kata pepatah dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, dan itu berlaku untuk kebalikannya.


"Heh! Malah bengong. Titip yaaa!! Please."ucap Nadia lagi, seraya menggabungkan kedua telapak tangannya tanda memohon dan dibalas anggukan kecil oleh Lana.

***

Maaf telat up🙏
Hari ini lumayan banyak hal-hal tidak penting yang memenuhi otak, jadi ngehambat banyak pekerjaan huhuu🥺

Btw, maapin ya part kali ini full narasi, dan sedikit bangett.
Maaf juga kalo deskripsi tentang Jogja nggak begitu nyata dan akurat. Soalnya aku belum pernah kesana hehe, semoga next time ada kesempatan bisa main ke Jogja. Aamiin.

Oiya, disini ada orang Jogja ngga? Salken ya!

Jangan lupa juga support aku terus dengan vote cerita aku ya, semoga Lana bisa tumbuh lebih baik disini.
Ditunggu loh kritik dan sarannya, aku nunggu banget tauuu☺

Terimakasih💕
_AM

BerkeLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang