Bagian 1. Chasing Lost Echoes

64 39 86
                                    

Embun pagi menyelimuti rerumputan, berkilauan bak permata di bawah sinar mentari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Embun pagi menyelimuti rerumputan, berkilauan bak permata di bawah sinar mentari. Udara sejuk membelai kulit, membawa kesegaran yang menenangkan. Suara gemericik air dari taman kecil di luar menambah keindahan suasana pagi yang damai. Terdengar suara sahut-menyahut dari dapur yang sibuk menyiapkan beberapa jenis makanan untuk disantap oleh beberapa orang yang ada di rumah itu.

TOK...TOK...TOK...

"Anin. Bangun sayang, udah siang. Kamu memangnya nggak ada kuliah?"

"Iya Pi, Anin udah bangun kok. Tapi, Anin hari ini libur dulu. Dosennya lagi liburan ke Thailand," teriak Anin dari dalam kamar sambil masih meregangkan tubuhnya yang lumayan pegal.

"Ya udah, kalau gitu temani Papi yuk ke sekolah. Mau nggak? Daripada kamu nggak ada kegiatan dirumah," lanjut pak Ramadhan membujuk putri sulung nya yang kini juga tengah disibukkan dengan tugas akhir yang berhasil membuat tubuh putrinya kurus.

"Ya Pi, bentar Anin siap-siap dulu," sahut Anin dari dalam kamarnya.

Setelah mendapatkan persetujuan dari putrinya, pak Ramadhan langsung menuju meja makan untuk kembali melanjutkan sarapannya. Sedangkan, Anin segera membersihkan tubuhnya untuk menemani papi nya pergi ke sekolah tempat papi bekerja.

Dua puluh menit berlalu dan akhirnya Anin keluar dengan menggunakan blazer abu-abu tua yang dipadukan dengan kemeja putih serta celana panjang berwarna abu-abu muda dan menggunakan flat shoes berwarna senada dengan baju yang dikenakannya.

"Yuk Pi berangkat. Kali ini, Anin yang nyetir ya. Kan Anin udah bisa nyetir. Papi istirahat aja disampingnya Anin. Okeii."

"Iya ya. Tapi, kamu sarapan dulu ya. Biar fokus nanti nyetir nya. Atau nggak nanti Papi suapin aja waktu kamu nyetir. Udah mau telat nih Papi. Ayo ayo," Pak Ramadhan segera menuju mobil dikarenakan ia tadi bangun kesiangan. Sedangkan, jarak dari rumah ke sekolah memakan waktu kurang lebih satu jam setengah.

"Bye bye Ibu. Anin pergi dulu ya. Assalamualaikum," kata Anin sambil meraih punggung tangan ibunya dan langsung bergegas menuju garasi rumahnya tepat dimana "Mbak Rush" diparkirkan. Mereka memiliki nama khusus untuk beberapa kendaraan. Mobil Rush punya bu Sadya diberikan nama "Mbak Rush" sedangkan Jeep tua punya pak Ramadhan diberi nama "Mas Jeep".

Bu Sadya mengantarkan kedua orang terkasihnya itu dengan senyuman serta lambaian tangan. Mobil Rush putih bercorak hitam itu akhirnya perlahan menghilang dari pandangan bu Sadya. Beliau langsung menyiapkan beberapa barang yang diperlukan untuk adik bungsu Anin yaitu Sadewa.

****

"Nak.. nak. Melonnya mau masuk. Buka mulut mu. AAAAA," goda pak Ramadhan kepada putrinya.

Anin yang melihat tingkah papinya hanya tersenyum bahagia. Anin merasa hidupnya sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Anin beruntung sekali memiliki kedua orangtua dan adik-adik yang sangat mendukungnya di segala situasi. Dikarenakan tingkah lucu yang dibuat papinya, perjalanan satu jam setengah pun tak terasa. Akhirnya, mereka sampai juga di sekolah SMA Negeri 1 Bakti Terang. Papinya langsung turun dan absen kemudian menuju ke ruangan kepala sekolah.

Chasing Lost EchoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang