Setelah membelah hiruk-pikuk jalanan tugu muda, Anin akhirnya sampai di kampus. Dengan membawa dua gelas kopi dan setumpuk tugas akhir yang akhir-akhir ini membuat kepalanya sakit setiap malam. Selain itu, ia juga membawa beberapa pertanyaan yang masih menyangkut di kepalanya. Tentang bagaimana bisa, Papinya selama ini memendam semua rasa sakit itu.
Tring...
"Anin, apakah kamu sudah di kampus hari ini? Kalau di kampus, segera temui saya. Saya sepuluh menit lagi ada rapat bersama dekan di fakultas."
Seketika, pesan yang muncul di layar gawainya membuat Anin kembali tersadar dari lamunannya. Ia tunggang-langgang menuju ke ruangan Pak Dewa. Tak lupa, membawa setumpuk tugas yang sudah ia bawa untuk dikonsultasikan.
TAP...
TAP...
TAP...Langkah buru-buru Anin pun tak sia-sia. Hampir saja ia ditinggal pergi pak Dewa. Telat beberapa detik saja, pak Dewa sudah lenyap dari pandangannya. "Pak Dewa, tunggu. Pak Dewa," teriak Anin yang berusaha untuk menghentikan langkah dosen pembimbing nya itu.
Pak dosen itu langsung membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memanggilnya dengan tergesa-gesa tadi. Rupanya, anak didiknya yang sudah janjian dengannya sehari yang lalu. Dengan wajah terheran dan khawatir, pak Dewa pun mempersilahkan Anin duduk dan menawarkan minum.
"Astaghfirullah Nduk Nduk. Santai santai, jangan lari-lari. Nanti kamu jatuh. Sini-sini duduk dulu. Nih nih minum dulu," ujar pak Dewa sambil mengulurkan sebotol air mineral yang ada di mejanya.
Setelah mendengar penawaran dari dosennya, Anin masih berusaha mengatur nafasnya dan menyamankan posisi duduknya. Setelah dirasanya nyaman, Anin mulai membuka obrolan dengan dosen yang sudah dianggap sebagai ayahnya sendiri.
"Maaf pak sebelumnya, tadi waktu Anin ke kampus di jalan sekitar tugu muda macet parah. Hehehe," Anin hanya tersenyum dan tertawa kaku dihadapan dosennya ini.
"Ya udah, nggak papa. Mana, bagian yang kemarin bapak suruh revisi. Udah selesai kan?"
Pak Dewa langsung mengambil beberapa tumpukan berkas yang dibawa Anin dengan kerepotan tadi. Setelah beberapa menit membaca tugas akhir yang telah di revisi Anin, pak Dewa langsung mengeluarkan pena hitam dan menandatangani lembar pengesahan skripsi yang telah Anin buat.
"Anin, saya tanda tangani skripsi mu ini. Semua sudah sesuai dengan revisi yang saya minta. Hari Selasa besok silahkan daftar sidang ya," ujar pak Dewa secara tiba-tiba.
Mendengar hal itu, Anin sempat kaget dan terbelalak akan pernyataan dari pak Dewa. Siapa sangka, dengan hanya bimbingan beberapa kali langsung diperbolehkan sidang.
"Ha.. Demi apa sih pak. Anin boleh langsung sidang? Udah di cek betul-betul nggak pak? Anin takut kalau waktu sidang, Anin dibantai sama dosen penguji pak," selidik Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Lost Echoes
Romance"Apakah kamu pernah merasa bahwa Tuhan itu jahat kepadamu?" "Apa yang terjadi. Are you okay?" "Tidak, hanya sekadar bertanya saja," ujar Anin kepada laki-laki bertubuh tegap yang tengah berdiri dihadapannya. "Do you need a hug?" Sebuah kisah yang me...