Embun yang menempel di daun-daun tampak seperti permata kecil, berkilauan saat terkena cahaya matahari. Suara angin yang lembut menggerakkan ranting-ranting pohon, memberi sensasi sejuk yang menenangkan. Pagi ini terasa penuh dengan harapan, seperti awal baru yang menyegarkan.
Suara kopi yang mulai menetes dari mesin pembuat kopi membangkitkan rasa kenyamanan yang dalam. Perlahan, bau harum kopi yang segar memenuhi ruang dapur, menyebar ke seluruh rumah, mengundang siapa saja yang belum terbangun untuk membuka mata dan menikmati kehangatannya. Di atas meja, cangkir-cangkir yang sudah disiapkan menunggu untuk diisi, siap menyambut tegukan pertama yang menenangkan.
Terdengar derap langkah yang berat menaiki kamar Anin. Itu tidak lain tidak bukan adalah pak Ramadhan. Papi kesayangan Anin. Beliau berniat untuk membangunkan putrinya untuk bertanya apakah ia hari ini ada janjian bimbingan atau libur.
Tok...
Tok...
Tok...
"Sayang, hari ini ada janjian dengan pak Dewa nggak? Kalau ada, buruan gih. Nanti Papi anterin, jangan buat pak Dewa menunggu. Nggak baik," tutur Ramadhan yang masih di balik pintu kamar Anin.
"Nggak Pi, hari ini Anin libur dulu sama pak Dewa. Kan, udah ada jadwal sidang Anin Pi,"teriak Anin dari dalam kamarnya untuk merespon pertanyaan Papinya. Di kamarnya, Anin sudah siap untuk ikut Papinya ke sekolah. Anin ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Papinya. Tidak bermaksud yang aneh-aneh, tapi Anin takut sesuatu yang buruk akan terjadi.
Tidak lama setelah mendengar respon dari Anin, Ramadhan bergegas kembali turun untuk menyantap makanan dan bercerita panjang lebar kepada Sadya. Tak lama setelah ayahnya bergabung dengan ibu beserta adik-adiknya, Anin kembali mengecek beberapa barang yang akan dibawanya untuk ke sekolah.
Setelah dirasa sudah lengkap, Anin segera bergabung dengan keluarganya di meja makan. Dengan setelan chiffon motif bunga-bunga berwarna putih dengan bawahan rok pensil berwarna hitam, tak lupa kalung berbentuk hati dan arloji berwarna abu-abu dan flatshoes berwarna senada. Anin hari ini tampil sangat menawan.
"Waduh. Mbak Anin mau ketemu sama siapa nih, tumben rapi bener," goda Sadewa kepada Anin yang masih menyantap nasi pecel.
"Iya nih, mbak mau kemana. Mau ketemu sama pacarnya kah?" timpal Saras yang baru saja keluar dari dapur mengambil jus Mangga yang baru saja dibuatnya.
"Nggak kok, mbak mau ikut papi aja. Mbak nggak punya pacar ya," cubit Anin gemas kepada Sadewa dan Saras.
Anin bergabung dengan keluarganya untuk makan pagi. Sepuluh menit berlalu, Anin dan Ramadhan sudah selesai menyantap makanan. Setelahnya, keduanya kompak menuju garasi dan bergegas meninggalkan rumah menuju sekolah dimana Ramadhan bekerja.
🌹🌹🌹🌹
Di sepanjang perjalanan menuju sekolah, ayah dan anak itu mengobrol ringan dan sesekali melontarkan candaan satu sama lain. Diiringi dengan lagu "Kemesraan".
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Lost Echoes
Romance"Apakah kamu pernah merasa bahwa Tuhan itu jahat kepadamu?" "Apa yang terjadi. Are you okay?" "Tidak, hanya sekadar bertanya saja," ujar Anin kepada laki-laki bertubuh tegap yang tengah berdiri dihadapannya. "Do you need a hug?" Sebuah kisah yang me...