2.

18 0 0
                                    


Jenni berjalan menuju meja Ashraf dan menopang tubuhnya di meja menghadap Ashraf dan membelakangi layar tv dimana Zaniya berada.

"Duduklah ditempat yang seharusnya" Ucap Ashraf yang masih memegangi dahi nya.

"Aku mau nya disini" Jenni memulai aksi nya, memajukan badan nya mendekati Ashraf.

Sontak reflek Ashraf sangat cepat, ia lantas memundurkan kursi nya menjauhi Jenni.

Di seberang sana Zaniya seperti merasakan hawa yang tercipta di ruangan itu. Saat ia ingin mematikan layar namun ternyata tidak bisa karena Ashraf yang sudah terlebih dahulu mengunci nya.

"Duduk! Zaniya!" Bentak Ashraf, Zaniya kaget lantaran ia yang baru saja ingin beranjak, rasanya bokong nya baru berjarak beberapa centimeter saja dari kursi itu sontak kembali terduduk, walaupun hanya dari ekor matanya ternyata Ashraf tau kalau Zaniya ingin beranjak dari kursinya.

"Jangan permalukan dirimu didepan orang lain!" Ucap Ashraf yang berdiri berjalan dan berhenti di depan kaca besar nya yang memperlihatkan lalu lalang jalan.

"Ups ternyata ada orang ya, tapi gak nyata haha" Jenni menyindir Zaniya.

Memang dalam hatinya ia kesal dengan Jenni, terlebih ya bisa dibilang ia tak tau malu, Ashraf seringkali ketus, tidak peduli bahkan tidak menganggap nya ada namun Jenni tetap berusaha mencari perhatian Ashraf, Jenni baru menetap di perusahaan A satu tahun lebih, namun gaya nya memang seperti sudah bertahun-tahun bekerja, ia akan menjadi orang pertama yang ingin di utus jika ada pertemuan dengan Perusahaan Baswara Nusantara.

"To the point!"

"Well, oke oke, perusahaan aku ingin bekerja sama lagi untuk prodak terbaru mu" akhirnya Jenni memberi tau maksud dan tujuannya kesini.

Ashraf masih diam, Jenni tau Ashraf menunggu Jenni menjelaskan apa yang membuat ia yakin harus menerima tawaran Jenni.

"Perusahaan A akan mencoba mempromosikan prodak mu ke benua Eropa, bagaiman ?"

Ashraf berbalik, tawaran yang menggiurkan, dengan cara seperti itu walaupun resiko nya besar namun sangat berpeluang untuk memperkenalkan produknya pada dunia luar, saat ini hanya sebatas Asia saja produk ini di pasarkan.

"Oke akan saya pertimbangkan, terimakasih atas tawarannya, setuju tidaknya saya akan mengusul melalui email sekertaris saya, silahkan kembali" Ashraf berucap lalu merentangkan sebelah tangan nya menunjukan pintu keluar kepada Jenni.

"Baik bapak Ashraf terimakasih kembali atas jamuan tidak sopan nya ini, semoga perusahaan kita bisa bekerja sama kembali" Jenni akhirnya bangkit dan berjalan menuju pintu dan menghilang begitu saja.

Zaniya yang begitu awkard masih dalam mode diamnya itu melihat moment atasannya ini yang bisa dibilang seringkali terjadi drama seperti ini tetap saja tidak enak hati, kenapa ia selalu dilibatkan untuk hal-hal seperti ini.

*-*

"Tapi resiko nya besar pak" ucap Zaniya.

"Tapi kalo berhasil lumayan juga sih keuntungan nya" timpal Faiz.

"Proposal ?" Ashraf menengok pada Zaniya.

"Sudah saya kirimkan pak" lantas Ashraf segera mengecek email yang dimaksud Zaniya, membacanya dengan teliti, memang beresiko besar namun ia perlu waktu untuk memikirkan hal ini.

"Saya minta waktu untuk memikirkan ini" ucap Ashraf.

"Baik pak saya pamit undur diri" Faiz meninggalkan ruangan Ashraf.

Secret'arysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang