Faiz berjalan menyusuri lorong menuju ruangan Ashraf dan mempersiapkan dokumen-dokumen yang akan diperiksa Ashraf nanti.Waktu berlalu ia menatap layar monitor yang kosong, tak ada Zaniya disana.
1 jam sudah ia berkutat dengan dokumen namun ternyata Ashraf tak kunjung datang, Faiz mulai khawatir pada Bos nya itu, yang segala sesuatu nya selalu ia kerjakan sendiri tak payau untuk hal-hal seperti ini akan susah mendapatkan informasi keadaan nya jika tidak ada orang disekitarnya.
"Zaniya gak masuk, Pak Ashraf gak ada kabar" gumam Faiz.
Akhirnya Faiz mencoba menelfon Ashraf, namun tak kunjung diangkat.
"Halo"
"Iya, kenapa?"
"Pak Ashraf gak ada kabar, sebelum nya ada komunikasi terkahir gak sama lu"
Zaniya terdiam, sebenarnya ia tau dimana Ashraf namun tidak mungkin memberi tau Faiz dimana Bos nya berada.
"Waduh, gua juga kurang tau nih, tapi gua coba bantu cari tau juga ya iz" Yap inilah jawaban yang lebih baik agar Faiz tidak curiga.
"Gua kira dia sama loe heh, lagian berduaan gak masuk" tuduh Faiz.
Uhuk uhuk
Zaniya tersedak diujung sana.
"Mulai deh gak jelas, udah ya gua tutup, bye"
Zaniya tidak bisa berlama-lama seperti ini, takut dirinya tak bisa menahan rahasia ini, sekarang ia memutar otak bagaimana cara memberi tau Faiz keberadaan Ashraf.
Ashraf yang ia kenal bisa mengontrol segala apa yang ia lakukan, namun kali ini dirinya sedikit terlibat dan juga takut jika sampai Ashraf tau bahwa dirinya yang membantu nya.
Telfon pertama tak digubris Ashraf, telfon kedua pun sama, Zaniya merutuk dirinya kenapa ia perlu repot-repot seperti ini pikirannya melayang mungkin Ashraf sedang bersama wanita-wanita panggilannya, namun ia tersadar bahwa kemarin Ashraf tak berdaya karena alkohol.
Bip!
"Halo Pak?--- Zaniya terdiam beberapa saat "are you okay?" Zaniya merasa ada yang tidak beres dengan Ashraf.
"I'm not okay"
Bip! Sambungan terputus, suara serak Ashraf membuat Zaniya yakin bahwa ia sedang tidak baik-baik saja, tiba-tiba saja timbul rasa tidak enak karena meninggalkan Ashraf tanpa menitipkan pada pihak hotel, khawatir! Satu kata yang terngiang di otak Zaniya saat ini.
Akhirnya Zaniya memberitahu Faiz dimana keberadaan Ashraf, berusaha menggunakan bahasa se logika mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan dari Faiz.
Fiuhhh!
Zaniya yang sedari tadi bolak balik sekarang bisa duduk lebih tenang, secara kekhawatiran nya sedikit berkurang karena Faiz yang sudah mengambil alih.
Tidak masuk kerja pun seperti nya tak pernah lepas atau berkaitan dengan pekerjaan nya, Zaniya menggerutu sedari tadi dan perut nya sudah meronta-ronta ingin diisi, ia belum sempat membereskan bahan-bahan yang kemarin ia beli, lantaran pertemuan nya dengan Ashraf-lah yang membuat kegiatan nya tertunda.
Zaniya berjalan kearah dapur, mengamati dan hanya ada mie instan penolong nya hari ini.
Bruk!
"Awss" Zaniya meringis lantaran dahi nya terkena ujung meja.
"Darah!" Zaniya panik saat melihat darah ditangannya disaat setelah menyentuh dahi nya, tangannya gemetar, dengan menahan rasa lemas ia segera mengambil tisu dan segera menuju rumah sakit atau jika ada klinik terdekat Zaniya akan segera berbelok karena ia tidak bisa melihat yang seperti ini.
Ia tak beruntung hari ini lantaran sepanjang jalan yang ia lewati tak menemukan satupun klinik, jadi ia harus ke Rumah Sakit, entah sudah tisu keberapa yang ia pakai karena darah yang terus mengalir. Setelah sampai, ia segera masuk agar segera ditangani.
Brukk!
Lagi-lagi Zaniya dibuat kesal, ada apasih dengan hari ini, sudah terluka masih menabrak pula.
"Maaf maaf saya buru-buru" ucap Zaniya sambil menunjukan dahi nya dan melenggang pergi. Karena perawat melihat keadaan nya yang urgent lalu ia segera ditangani oleh mereka.
"Tahan sedikit ya kak" ucap perawat yang ingin membersihkan luka Zaniya.
"Aduhh" Zaniya menahan sakit karena ternyata se perih ini rasanya ya.
"Ini harus di jahit ya kak"
"Harus ya ?" Zaniya semakin kesal lantaran luka seperti ini saja kenapa harus dijahit, pasti lebih sakit.
"Iya kak, paling 3 jahitan" jawab perawat itu.
Selama proses penjahitan luka Zaniya berangsur lancar, namun dibalik itu ada Zaniya yang mati-matian menahan sakit sampai memeras sprei ranjang yang ia duduki.
"Oke kak sudah selesai, nanti segera ke bagian administrasi ya kak untuk penyelesaian" perawat itupun pamit undur diri.
"Gak lagi-lagi deh kayak gini huftt, loh dompet kemana ya!" Zaniya panik lantaran dompet nya tidak ada.
"Cari ini!" Ucap seseorang sambil menyibak gorden yang menjadi pembatas.
"FAIZ!"
Zaniya terlonjak lantaran pasien disebelah adalah Faiz--eh ralat, saat menoleh ternyata Ashraf yang terbaring diatas ranjang.
*-*
Saat ini mereka sedang di kantin rumah sakit, setelah menyelesaikan administrasi tidak mungkin Zaniya dilepaskan begitu saja oleh Faiz, lantaran ini kali pertama mereka bertemu, lagi-lagi dalam keadaan yang tidak tepat seperti ia kali pertama bertemu dengan Ashraf.
Zaniya tertunduk malu, keadaanya yang seperti gembel ini harus berhadapan dengan Faiz musuh bebuyutan nya, Faiz masih memperhatikan Zaniya, ia pun tak menyangka akan bertemu pertama kalinya dengan Zaniya di tempat seperti ini.
"Dari pada lu ngeliatin gua mending lu pesen makanan buat gua, kelaperan ini gua makanya sampe bocor begini!" Zaniya sudah tidak bisa menahan lapar nya lagi, karena sedari pagi ia belum makan.
"Dih pesen sana!"
"Heh oncom, dompet gua kan di lu pea!" Ucap Zaniya sambil menunjuk dompet nya yang masih dipegang Faiz sambil menyilangkan tangannya.
Lalu Faiz mengikuti arah tangan Zaniya.
"Oiya hehe, yaudah bentar, awas lu kabur!" Ucap Faiz beranjak lalu sambil memicingkan matanya dengan kedua jari nya.
*-*
Hola hola i'm back, yuk vote, coment and follow.
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret'arys
ChickLitMenjadi Sekertaris rahasia bukanlah hal yang mudah, penampilannya yang kuno membuatnya enggan untuk menampakan diri namun untuk kinerja nya tidak usah diragukan lagi Zaniya Altasia, sudah menjadi Sekertaris selama 5 tahun lamanya untuk Perusahaan Ba...