6.

51 3 1
                                    


Pagi yang suram, bagi Ashraf dan Zaniya, keduanya larut dalam kesedihan.

Diatas tempat tidur Zaniya menatap langit-langit kamarnya, mata nya rasanya sangat berat karena bengkak namun enggan tertutup, semalaman ia menangis, terlebih saat mengetik surat pengunduran dirinya, memang sempat terfikir kan untuk melepas pekerjaan ini, namun ternyata ia harus melepas pekerjaan nya dengan cara teramat menyakitkan, ia tak habis fikir ada orang yang sejahat itu membuat nya harus diberhentikan secara tiba-tiba.

Dedikasi nya untuk perusahaan nya sangatlah banyak, ke profesional nya pun tidak diragukan lagi dan Ashraf tau itu, mengingat Ashraf rasanya sekarang hanya ada sakit yang bergelumut dihatinya.

*-*

Ashraf memasuki ruangannya, sebelum menduduki kursi nya dari arah pintu ia sudah melihat satu surat yang sudah tergeletak rapi diatas meja nya, surat yang ia tidak ingin ia buka karena sudah tau apa isi dari surat tersebut.

"Surat Pengunduran Diri"

Ashraf menghela nafas panjang, menatap surat itu dengan seksama, mencoba menetralisir gemuruh hati nya, sekertaris kebanggaan nya sekarang telah usai, ingatan 5 tahun lalu muncul kala itu, Ashraf sangat terbantu dengan kinerja Zaniya yang sigap dan telaten walau tak bertatap muka.

Pintu terketuk dan muncullah Faiz dihadapannya dengan wajah yang tak terbaca.

"Pak... Maaf, bapak yakin ?" Faiz memberi jeda saat mata nya tak sengaja melihat secarik kertas diatas meja Ashraf bertuliskan pengunduran diri "Pak kita bisa selidiki dulu" Faiz mencoba menawarkan pada Ashraf

Ashraf mengangkat tangannya,
"Saya tidak ingin diganggu, silahkan keluar"

Faiz akhirnya mengikuti perintah Ashraf, keluar ruangan dengan rasa kecewa, partner kerja nya selama ini, yang membantu nya jika ada hal yang Faiz tidak bisa, Zaniya dengan baik nya akan mengajarkan pada Faiz, walaupun mereka sering bertengkar namun memang seperti itu adanya, Zaniya seperti adik nya sendiri, namun sekarang ia harus bekerja lebih keras lagi karena sudah tidak ada Zaniya.

Faiz mencoba menghubungi Zaniya sedari malam, namun sang empu seperti nya tidak ingin diganggu, Faiz sendiri pun tidak percaya dengan apa yang terjadi, ia yakin Zaniya bukanlah pelaku dari penyebaran foto tersebut.

*-*

Hari bergulir begitu saja, Zaniya yang masih meratapi kepedihan hati nya, di fitnah secara terang-terangan, ia mengurung diri dalam kamar, mencoba mengintropeksi diri nya apa ada yang salah dengan perilaku nya. Tapi apa! Ia saja tidak berada di dalam kantor tersebut, bagaimana ia bisa punya musuh!

Rasanya untung bangkit dari tempat tidur nya ini sangatlah susah, beberapa hari ini Zaniya hanya bermalas-malasan di dalam kamar nya, terkadang menangis, menggerutu atau bahkan menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong.

Apa hidup se konyol ini ya! Apa ia baru merasakan apa yang namanya ujian dunia, lalu apa yang menimpa nya sewaktu kecil itu apa!hah! Ingatan suram itu kembali muncul.

"Engga! Gue gak boleh kalah sama keadaan!" Zaniya bangun dari tidurnya, mencoba memotivasi diri nya "tapi gua juga syedihhhhh hwahhhh" tangis nya pun pecah, ternyata se mellow ini ya rasanya, entah kenapa Zaniya sekarang lebih sering menangis sampai mata nya membengkak keesokan hari nya.

*-*

Beberapa hari ini Faiz bekerja namun seperti tidak mempunyai atasan, Ashraf yang seringkali menghilang dan susah dihubungi membuat Faiz kewalahan menangani client dan meeting perusahaan, ia mencoba segala cara agar bisa meng handle pekerjaan, sungguh tak ada Zaniya membuat nya keteter mengerjakannya sendirian.

"Faiz dokumen gua mana ? Udah di TTD belum ?" Tanya salah satu pegawai.

"Aduh Bu maaf, bapak lagi gak ada, nanti saya info ya" jawab Faiz.

Secret'arysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang