1.

33 2 2
                                    

Pagi yang cerah, namun tidak bagi Zaniya, berkutat pada kegelapan di dalam kamar nya, jam di nakas menunjukan pukul 05.00 ia segera bersiap-siap untuk pergi bekerja *ekhm ralat-- ia tidak melakukan 'pergi' namun berganti ruangan, dimana beberapa layar monitor terpanjang disana dengan apik.

Tak membutuhkan waktu lama ia pun sudah selesai dan segera pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk ? Untuk dirinya sendiri tentu saja.

Tak terasa waktu sudah memasuki jam nya untuk menyambung dengan Skype perusahaan. Setiap jam 07.00 layar monitor nya sudah otomatis terhubung.

Penampilan nya yang terbilang masih baik-baik saja menurut pandangannya itu tak membuat Ashraf atau Faiz ( sekertaris ke 2 ) protes, lantaran kinerja Zaniya yang sudah tidak diragukan lagi.

"Hellow kemana ni orang" ucap Faiz yang mencari-cari keberadaan Zaniya di layar monitor.

"I'm here!"

"Kamjagiya!" Faiz sontak oleng dan memundurkan kepala nya dari layar monitor karena kaget dengan kemunculan Zaniya yang tiba-tiba.

"Ekhm" Ashraf berdeham saat memasuki ruangan nya karena melihat ke absurd-an kedua sekertaris nya ini.

"Selamat Pagi Pak" ucap mereka berbarengan.

"Hari ini jadwal Bapak akan ada meeting di jam 09.00 ya pak, saya majukan karena nanti akan makan siang bersama Perusahaan A, lalu sore hari ada kekosongan, sekiranya ada yang ingin diubah Pak ?" Zaniya seperti biasa langsung mendikte kegiatan CEO-nya itu, sebagai pengingat agar tak ada yang terlewat.

"Saya ingin main golf nanti sore" Ujar Ashraf sambil tangannya sibuk membolak-balikkan kertas dokumen diatas meja nya.

"Baik pak privat or--" Zaniya menggantung ucapannya.

"With you"

"Maaf pak boleh diulangi lagi ? Sinyal saya tadi tidak stabil" Zaniya yang memang benar-benar tidak mendengar ucapan Ashraf dengan hati-hati bertanya kembali, takut CEO nya itu akan marah jika menanyakan hal yang berulang.

"Privat!" Jawabnya singkat.

Zaniya membetulkan kacamata nya yang menurun lalu mencatat pada memo nya agar ia nanti segera menghubungi tempat dimana Ashraf akan bermain golf.

Faiz yang sedari tadi berada diluar karena sedang mempersiapkan ruang yang akan dipakai untuk meeting pada saat nanti.

"Untuk makan siang nya mau di luar atau--" lagi-lagi Zaniya menggantung ucapannya.

"Saya tidak ingin keluar dari ruangan ini"

"Baik pak, untuk berkas yang kemarin sudah saya kirim via email ya pak"

Ashraf lalu membuka laptop nya, mencari keberadaan berkas yang dimaksud Zaniya.

Zaniya yang sedang sibuk dengan layar yang berbeda dan Ashraf yang sedang menatap ke layar tv yang menampilkan Zaniya disana, terlihat Zaniya yang sibuk mengetik sesuatu.

"Zaniya!" Panggil Ashraf

"Iya pak" Zaniya lalu mengalihkan pandangannya melihat Ashraf di sebrang sana.

"Ada sisa makanan di wajahmu" ucap Ashraf datar.

Tentu saja ucapan Ashraf membuat Zaniya menjauhkan dirinya dari layar "maaf pak sebentar" mencoba berlari kearah kamar mandi dan berkaca, dan benar saja ada selai yang menempel pada sudut bibirnya dan melewati gari bibir hampir menuju pipi nya.

Zaniya merutuk dirinya yang ceroboh, namun ia sangat malu sekali rasanya ia ingin berteriak sekencang kencangnya.

"Aaakkkk malu hwahhh"

Dengan berat hati ia harus kembali pada posisi nya, mencoba duduk dengan tenang agar kedatangan nya tidak diketahui Ashraf.

Jam menunjukan pukul 08.30. Sudah waktu nya ia mengingatkan Ashraf untuk menuju ruang meeting, CEO nya ini adalah orang yang tepat waktu, dimana jam sudah di tentukan disitulah ia akan berada pada di tempat itu sebelum waktu nya.

"Pak maaf, sudah waktunya bapak ke ruang meeting" ucap Zaniya hati-hati.

Ashraf melihat jam di pergelangan tangannya. Lalu segera membereskan berkasnya dan beranjak dari kursinya.

Zaniya pun juga segera beralih pada ruang meeting yang ia lihat Faiz sedang sibuk menata-nata segala keperluan untuk meeting yang akan dimulai sebentar lagi.

Ashraf datang dengan gagah nya, mengambil kopi yang sudah di sediakan di meja nya dan membawa nya kedepan kaca ruang meeting, melihat pemandangan yang masih cerah ini sambil menyesap kopi nya.

Pegawai nya satu persatu berdatangan dan meeting kali ini hanya bersama divisi yang ada di Baswara Nusantara saja, karena meeting ini perihal laporan keuangan perusahaan.

Jam sudah menunjukkan pukul 08.50, Ashraf berjalan ke arah meja nya dan menunggu arahan dari Faiz yang menjadi pembuka dalam meeting kali ini.

"Baik bapak ibu, meeting akan segera di mulai, mohon mempersiapkan berkas kalian untuk di laporkan pada meeting kali ini"

Selama meeting tak banyak terjadi perdebatan lantaran Perusahaan yang masih stabil dalam mempertahankan keunggulannya dari perusahaan lain.

Meeting berjalan dengan baik dan Ashraf lalu pergi kembali menuju ruangan nya. Zaniya kemudian beralih pada ruangan Ashraf.

"Notulen akan saya kirimkan pada saat jam makan siang ya pak, saya pamit sejenak ya pak"

Tak ada sanggahan dari Ashraf akhirnya Zaniya bisa rehat sejenak dari ke formal'an nya ini, bisa mengerjakan notulen nya dengan tenang tanpa takut diperhatikan oleh Ashraf (ge'er dikit gapapa ya)

Ketika ada jarak luang seperti ini akan Zaniya manfaatkan untuk mematikan atau mengalihkan sambungan layar nya dengan perusahaan.

Bisa melepas image formal nya atau bahkan berkata kasar karna kebodohan nya sendiri, selama kurang lebih 5 tahun menjadi Sekertaris Ashraf membuatnya terbiasa dengan CEO nya yang dingin, ketus, dan kadang marah-marah adalah hal yang sangat jarang ia lihat, oiya satu lagi Zaniya tidak pernah sekalipun melihat Ashraf menyuruh nya membuat pertemuan dengan seorang wanita seperti atasan-atasa. Perusahaan lain, jangankan hal seperti itu, untuk hal-hal yang sensitif pun terkadang Zaniya-lah yang memesankan nya untuk Ashraf contoh lain nya pakaian dalam.

Ashraf yang seringkali tidak ingin ribet dan praktis pun mengandalkan Zaniya yang notabene nya adalah sekertaris nya namun bisa tiba-tiba berubah seperti asisten pribadi nya. Zaniya pun kadang terkejut dengan ke random-an atasannya itu.

Grup wa yang ramai membicarakan atasannya bahwa Ashraf memang tidak menyukai wanita pun berbeda dengan pemikiran Zaniya, ia yang biasa saja menanggapi hal itu lantaran tak ada untungnya bagi diri nya.

Namun jika ada perhatian-perhatian kecil yang diberikan Ashraf tak payau membuat Zaniya pun turut lemah, yah namanya wanita ada pria tampan didepannya saja bisa membuat nya Tremor, apalagi Ashraf yang menurut Zaniya tidak pernah menampakkan senyuman atau bahkan kekehan sekecil apapun di ujung bibir nya. Dan sekali nya hal itu tercipta di wajahnya yah kalian bisa bayangkan sendiri ya gimana rasanya jadi Zaniya.

Waktu berjalan dengan cepat!.

Tinggg

Sebuah pesan masuk kedalam chat nya.

"Siapa perwakilan dari perusahaan A ?" Tanya Ashraf yang kepo karena ada hal yang sangat ia hindari dari perusahaan tersebut.

Zaniya pun kembali menyalakan layar nya dan berbarengan dengan masuk nya seorang wanita cantik nan sexy itu kedalam ruangan Ashraf.

"Helo Ashraf we meet again" ucapnya yang bernama Jenni.

Ashraf memijat dahi nya lalu menatap layar monitor menampilkan Zaniya yang juga sedang menatapnya dan tidak tau bahwa ternyata perwakilan dari perusahaan A adalah orang yang paling Ashraf hindari.

~








Hola hola

My new story

Gimana?

Jangan lupa vote, coment and follow ya.
.
.
.
SeeYou

Secret'arysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang