CHAPTER 32

2.3K 291 3
                                    

CHAPTER 32

Dunia begitu kelam. Dia pernah merasakan dunianya kelam, tapi tidak sekelam hari ini. dia merasa bahwa dia sudah tidak berguna. Orang-orang yang disayanginya meninggal karena berusaha melindunginya. Tapi, bahkan dia tidak dapat melindungi dirinya sendiri.

Tubuh kedua orang tuanya terbaring berdampingan didalam dua peti. Kacamata hitam yang dia kenakan bahkan tidak dapat menutupi airmata yang keluar dari matanya.

Katniss hanya bisa menyenderkan kepalanya kepada bahu Zayn yang duduk tepat disampingnya. Tangan Katniss masing-masing menggenggam tangan Zayn juga Harry. Mereka berdua bertindak seolah menjadi tameng bagi Katniss hari itu.

Bagi Harry, ini sedikit menyakitkan. Tidak, ini bahkan sangat menyakitkan saat melihat kenyataan bahwa Katniss lebih memilih Zayn daripada dirinya. Harry sebenarnya tahu akan fakta itu. tapi, dengan bodohnya Harry masih bertahan dengan perasaannya kepada Katniss.

Katniss tidak mampu membacakan euloginya sekarang. dia hanya berdiri didepan mimbar gereja menatap semua orang yang turut hadir diupacara pemakaman orang tuanya yang meninggal tadi malam.

Katniss menarik napas panjang, "aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Karena aku tidak pernah menyiapkan eulogi untuk mereka sebelumnya." Ujar Katniss membuka euloginya, "tapi, bukan berarti aku tidak mempunyai beberapa kalimat untuk mereka."

"setelah Louis dan Elle meninggalkanku, sekarang giliran kedua orang tuaku yang menyusul mereka. Aku merasa sendirian. Tapi, sebenarnya tidak. aku mempunyai orang-orang yang mencintaiku." Katniss mencoba tersenyum kepada Zayn, Harry, Maddy, Niall, Liam dan Sophia.

"dan.. aku tahu bahwa ayahku tidak akan meninggalkanku sendirian. Dia telah mengirim seorang malaikat untuk menjagaku. Mungkin malaikat itu tidak pernah mengatakan secara langsung bahwa dia sedang menjagaku, tapi aku tahu bahwa dialah malaikatku." Dari balik kacamatanya Katniss memandang kearah Zayn yang sedang tersenyum kearahnya, "ayahku mempercayakan malaikat itu untuk menjagaku. Jadi, aku percaya dengan apa yang ayahku lakukan. Aku telah mencintai malaikat itu sejak dulu. Jauh sebelum dia menyadarinya..."

Harry menelan liurnya begitu susah. Harry berusaha untuk tidak mendengar kelanjutan dari eulogi Katniss lagi. Hatinya terasa begitu sakit mendengar apa yang Katniss katakan. Harry tidak bodoh. Harry tahu siapa malaikat yang dimaksud Katniss. Dan itu bukan Harry.

***

"Zayn, kau pulanglah. Aku masih ingin bersama dengan um. Mungkin akan sedikit lama." tanya Katniss, "aku akan menunggumu." Jawab Zayn.

"tidak perlu." Tolak Katniss, "aku akan pulang bersama Mark." Katniss hanya terpikir nama Mark dikepalanya. Zayn selalu menyuruh Mark menemani Katniss kemanapun Katniss pergi saat Zayn tidak bisa menemaminya.

Zayn berdecak, "baiklah. Pastikan kau pulang bersama Mark." Katniss mengangguk pasti.

"tentu. Kau hati-hati, Zayn." Zayn mengacak puncak rambut Katniss sebelum akhirnya pergi.

Senyuman Katniss menghilang dari wajahnya seiring dengan menghilangnya sosok Zayn. Setelah pemakaman ibu Katniss, Lucy datang bersama dengan John, suami nya. mereka mengambil penerbangan secepat mungkin untuk datang ke London saat mendapat kabar bahwa mantan suaminya meninggal bersama dengan istri barunya.

Zayn sebenarnya sangat enggan dengan permintaan Katniss dengan meninggalkannya sendirian. Tapi, mendengar bahwa Katniss akan pulang bersama dengan Mark itu sedikit menenangkan hatinya.

Katniss melangkahkan kakinya kearah Lucy. Kehadiran Lucy memberikan arti tersendiri untuk Katniss. Karena, hanya Lucy-lah satu-satunya keluarga yang dia miliki juga dengan John.

Sudah cukup Katniss kehilangan anggota keluarganya dalam waktu singkat dan—yang menurut Katniss—cukup tidak wajar.

Semalam sebelum Sam dan Joannah meninggal dunia, Katniss hampir saja mengetahui sebuah nama yang akan menyingkirkan semua kabut misteri didalam hidupnya selama ini.

Tapi, sebelum Joannah menyebut nama orang itu sambungan telpon mereka terputus. Dan pada saat itu juga Katniss tahu bahwa mereka dalam bahaya. Terlambat bagi Katniss untuk meminta orang suruhannya untuk mengecek keadaan mereka, karena saat Katniss menerima kabar dari orang suruhannya tersebut adalah kabar bahwa mereka sudah meninggal dunia.

"apa yang kau pikirkan, darling?" tanya Lucy sambil merengkuh Katniss kedalam pelukannya, "tidak ada, mum." Katniss mencoba tersenyum kepada Lucy.

Tapi Lucy tidak bodoh, dia tahu akan kepribadian putri tunggalnya itu.

"mum tahu ada suatu hal yang kau sembunyikan dari mum. kau bisa menceritakan nya kepada mum." Bujuk Lucy.

Katniss memperbaiki posisinya dan menatap lurus kedalam bola mata Lucy lalu John bergantian, "ini bukan tentang suatu hal. Ini tentang banyak hal."

Lucy mendengarkan seluruh cerita Katniss dengan seksama. Katniss menceritakan bagaimana pertama kali dia mendapatkan surat aneh didepan flat nya, kebakaran rumah Louis juga gedung flat dia tinggal, kecelakaan yang menimpanya juga Zayn, kejadian tertusuk nya dia saat wedding party Niall, dan terakhir tentang kecelakaan yang menimpa Sam juga Joannah.

Katniss tidak melewatkan satu detailpun dalam ceritanya. Dia merasa bebannya sedikit terangkat dengan menceritakan itu semua pada Lucy juga John.

Lucy tidak menyangka bahwa dalam kurun waktu beberapa bulan saja dia telah melewatkan berbagai kejadian penting dalam hidup putri nya. Lucy merasa gagal menjadi seorang ibu.

"sayang, bagaimana kalau untuk sementara waktu kau tinggal bersama kami di Indonesia?" tanya Lucy, "dan meninggalkan Zayn sendirian disini? Tidak, mum." Tolak Katniss.

Katniss tahu bahwa pria itu tidak hanya menginginkan Katniss, tapi dia juga mengincar Zayn. Mengincar dalam artian buruk. Sangat buruk.

"kau tidak perlu meninggalkan Zayn. Kalau Zayn mau, dia boleh ikut bersama kita." Usul John, "baiklah, akan kupikirkan." Sebenarnya usul mereka sangat bagus. mereka mencoba menjauhi Katniss dari pria itu dengan membawa Katniss keluar dari London.

Tapi, apa pria itu cukup bodoh dengan hanya melihat Katniss keluar dari London bersama dengan Zayn? Katniss merasa bahwa pria itu pintar. Tidak—pria itu tidak pintar. Tapi, dia cerdik.


***


ok. ini chapter beneran absurd banget.

maaf ya kalo ini chapter juelek.

VOMMENTS!


luvya,

-ichanfta

My Reason [COMPLETED // ZAYN's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang