CHAPTER 4

3.5K 389 7
                                    

CHAPTER 4

MERRY CHRISTMAS!!!” suara Louis menggelegar keseluruh penjuru rumah. Dia menggunakan speaker untuk membangunkan seisi rumah. Dia bahkan tidak sadar jika Tom menangis kencang akibatnya sebelum Elle berteriak marah kepadanya.

Aku bangun dan mencuci serta menyikat gigiku sebelum keluar. Aku tidak mengganti bajuku karna aku belum berniat mandi sepagi ini. kupakai sandal kamar dengan kepala kelinci berwana pink keluar dari kamar.

Kuhempaskan tubuhku didepan sofa yang dimana terdapat sebuah pohon natal lengkap dengan banyak tumpukan hadiah dibawahnya. Aku menguap lebar saat Elle menggendong Tom turun.

“selamat natal, Katniss!” ujarnya, “se—hooaamm—selamat   natal juga, Elle..” ujarku disertai dengan aku menguap lebar untuk kedua kalinya.

“dimana Louis?” tanyaku, “sedang mencuci muka, kurasa.” Jawabnya.

Tidak lama Louis turun bersama dad dan Johannah. Ya, semalam dad dan Johannah sampai dirumah kami. Kami merayakan natal bersama tahun ini.

Pagi natal kami lewatkan dengan saling mengucapkan selamat natal satu sama lain dan bertukar kado. Aku mendapatkan sebuah sweater rajutan berwarna merah dari Johannah dengan huruf ‘K’ emas besar dibagian dada, sebuah beani hijau tua dengan banyak rusa putih mengelilingi bagian dasar beani yang kudapat dari Elle, sebuah tas Gucci yang sudah lama kuinginkan dari Louis, dan terakhir, sekotak coklat berisi kacang dari dad juga Johannah.

“daddy! Mum! This is perfect!” aku memeluk mereka semua. Coklat kacang ini adalah coklat favoritku.

Pagi natal lebih terasa hangat dibandingkan pada saat menjelang siang hari. Mengingat Zayn akan menjemputku dalam waktu setengah jam lagi. Jadi, Aku sudah siap dengan berbagai hadiah yang sudah kusiapkan untuk mereka.

Kubawa semua tasku kebawah dan mendapatkan semua perhatian dari semua mata, “jadi, ada yang akan pergi kencan lagi ternyata?” ledek Louis sambil melemparkan senyuman mengejeknya, “diamlah, Louis!”

Ada sesuatu yang bergelanyar aneh di diriku. Aku merasa… gugup. Perasaan ini seperti aku akan pergi kencan dengannya untuk kali pertamanya. Kuremas beani pemberian Elle untuk menghilangkan kegugupanku.

Dua puluh lima menit kemudian Zayn datang. Dia terlihat tampan seperti biasanya. Dan terlihat sama dingin nya seperti kemarin. Aku pamit kepada keluargaku dan segera memasukkan semua hadiah yang kubawa kedalam mobilnya.

“kau tidak seharusnya menjemputku. Aku bisa membawa mobil sendiri, Zayn.” Ujarku sambil memasang sabuk pengaman, “jangan terlalu percaya diri. Aku hanya menuruti perintah mum untuk menjemputmu. Itu saja.”

Dingin. Dan sebenarnya cukup menyakitkan. Tapi, aku tetap mencoba tersenyum kepadanya. Bukan salahnya dia menjadi seperti ini. dia seperti ini juga karenaku. Aku yang menyebabkan semua ini. semua kesalahan ini.

“apa yang kau bawa itu?” tanya nya. aku cukup tertegun dengan inisiatif nya untuk bertanya kepadaku terlebih dahulu. Aku tersenyum senang, “ini hadiah untuk kalian.” Jawabku.

Dia menoleh kepadaku sekilas dan kembali menatap lurus jalanan, “kau mau repot-repot membelikan hadiah untuk keluargaku?” tanyanya sedikit sinis, “aku tidak repot. Aku memang sudah menyiapkan nya. dan aku senang melakukannya, asal kau tahu saja.”

Dia mendengus sebal dan tidak menjawab perkataanku. Dia terus fokus menyetir. Tiba-tiba dia memberhentikan mobilnya didepan sebuah butik, “ken—“

“cukup ikut saja.” Potongnya sebelum keluar dari mobil. Kenapa Zayn sering sekali memotong ucapanku? bukankah itu menyebalkan?

Aku turun dan mengikuti Zayn. Kami berjalan berdampingan hingga masuk kesebuah butik. Ini butik wanita. Tapi, kenapa? Apa Zayn mau membelikan gaun untuk adiknya?

My Reason [COMPLETED // ZAYN's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang