9 "Ataksia"

79 13 3
                                    

"Sebenarnya kau sakit apa, Jin?" cemasnya.

"Aku juga belum menerima hasilnya. Namun..." Seokjin diam sejenak, lalu ia memalingkan atensinya ke arah jendela, "aku mencari tahu mengenai gejala yang aku rasakan. Dan semua gejala itu mengarah pada satu penyakit yang akan merusak saraf motorikku," ia kembali menatap sahabatnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ataksia ..." ucapnya.

"Gejala yang kurasakan sama dengan gejala Ataksia, Chanyeol..." ia menjeda kalimatnya dan memandangi kedua tangannya, "kemungkinan besar...aku juga tidak bisa menulis lagi...aku...tidak bisa berjalan atau berlari..." kini air mata itu berhasil jatuh mengenai pipinya. Chanyeol menatapnya lirih. Ia menyeka air mata sahabatnya, "Ada aku. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan selalu membantumu," itu jawab Chanyeol. Seokjin sangat bahagia karena memiliki sahabat sepertinya.

"Terima kasih karena peduli padaku," ucapnya.

"Kau adalah sahabatku. Sudah seharusnya aku membantu sahabatku, dan kau harus ingat..." Chanyeol memegang pundaknya, "jangan pernah menyerah...kau harus kuat" ia memberinya semangat. Senyum simpul terbentuk dari bibir pucatnya. Ia mengangguk mengiyakan, meskipun ia sendiri tidak yakin apakah dirinya mampu untuk terus berjuang atau...ia akan menyerah pada keadaan.

-

-

-

Waktu terus berjalan, hari demi hari pun berganti. Sudah 3 bulan lamanya Yoongi berada di London bersama Namjoon.  Bahkan sudah dua minggu, Yoongi tidak ada menghubungi adiknya untuk sekedar bertanya akan kabarnya. Kini kondisi Seokjin mengalami penurunan, setelah sekitar  sebulan lalu, Seokjin kembali terjatuh saat makan di kantin sekolah, dan sejak saat itu kaki kirinya sulit untuk di gerakkan, dan saat ini --- Seokjin berjalan dengan menyeret kaki kirinya.  Ia juga sering di papah oleh Chanyeol jika berada di sekolahnya.

Seokjin selalu berharap jika sang kakak akan menghubunginya. Ia sangat merindukan Yoongi. Ia tidak mengerti; mengapa sudah dua minggu Yoongi tidak menanyakan kabarnya, bahkan lewat pesan pun tidak ada. 

Seokjin duduk termenung memandangi sahabatnya yang tampak semangat berlatih Basket bersama anggota lainnya. Kedua matanya berkaca-kaca...tenggorokannya terasa tercekat. Ia menundukkan wajahnya dan menatap lekat pada kaki kirinya. 

Seandainya aku tidak sakit...mungkin saat ini aku bisa bermain bersama mereka.

Seokjin menarik napas panjang, lalu menghelanya. Kini dirinya memasang senyum lebar dan memberi semangat pada sahabatnya. Chanyeol membalas melalui senyumannya, kemudian kembali latihan bersama yang lain. 

-

-

-

"Bagaimana hasil dari tes yang dilakukan adikku, Dok?" Yoongi berinisiatif untuk menanyakan kabar Seokjin pada Siwon. Ia merasa curiga, karena sudah lewat dua bulan, namun Siwon belum juga memberikan kabar mengenai hasil dari begitu banyak tes kesehatan yang harus dijalani oleh adiknya saat itu.

"Maaf baru memberimu kabar mengenai Seokjin. Sebenarnya Seokjin melarangku untuk memberitahu padamu, namun kau tetap harus mengetahui yang sebenarnya,"

"Tolong jangan berbelit-belit. Katakan padaku!" Yoongi bertanya dengan nada sedikit tinggi, ketika dirinya sengaja video call Siwon. 

Siwon memperlihatkan hasil MRI otak Seokjin padanya. Ia menjelaskan padanya mengenai penyakit yang diderita oleh adiknya. Betapa terkejutnya Yoongi saat dirinya tahu bahwa adik kesayangannya harus menderita kegagalan sistem saraf juga dibagian otak kecilnya hingga menyebabkan gangguan pada otot-otot juga motoriknya.

"Fighting!  My Brother" (YOONJIN BROTHER) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang