0.4

6 0 0
                                    

Jo dan Harua telah menyelesaikan sesi privat mereka. Dan kini mereka tengah berada di sebuah cafe untuk menikmati makan siang mereka bersama.

"Jadi kak Jo, bagaimana perasaanmu soal keputusan paman Kentaro? kak Fuma sudah menceritakan segalanya kepadaku." tanya Harua menyeruput matcha pesanannya.

Jo tak langsung menjawab Harua, pria bermata sipit itu terlihat berpikir sebentar, karena pada dasarnya, dia tak tahu harus menjawab seperti apa.

"Jujur saja, kakak tak menginginkan posisi paman Kentaro, tapi beliau mendorongku untuk menyetujui tawarannya, jadi mau tak mau aku harus menerimanya." jawab Jo seadanya.

Harua mengangguk paham dan tersenyum. Tangannya bergerak untuk meraih telapak punggung telapak tangan Jo yang berada di atas meja. Membuat si pemilik sedikit terkejut akan perlakuan Harua tersebut.

"Apa kak Jo membutuhkan bantuan?" tanya Harua lagi, namun dibalas dengan kekehan oleh Jo.

"Jika aku memang memerlukan bantuan, apa kau bisa membantuku?" tanya balik Jo, menarik telapak tangannya supaya berada di atas milik Harua.

Harua menggeleng dan tertawa kecil, "Tentu saja aku tidak bisa membantu kakak, aku belum memiliki apapun agar bisa membantu kakak." balasnya.

Jo tersenyum tipis, tangannya bergerak mengusak rambut lembut Harua. Makan siang mereka pun berakhir. Dan Jo memutuskan untuk mengantar Harua kembali ke kampus sebelum dia pergi ke kantor.

"So, apakah kita akan bertemu kembali?" Harua berbalik untuk terakhir kali sebelum melangkah masuk.

Jo hanya tersenyum dan mengangguk menjawab pertanyaan Harua tersebut. Melihat itu, seketika Harua menjadi sangat riang. Dia dengan sigap menghampiri Jo dan memberikan kecupan singkat di bibir professornya tersebut.

Membuat Jo yang mendapatkan kecupan itu melebarkan matanya karena terkejut. Namun bukannya dia merasa marah akan perilaku Harua tersebut. Jo hanya membalas kecupan Harua dengan pat-patan kepala kepada Harua.

"See you, Rua!"

•••

Langkah Harua dihentikan oleh Maki yang menariknya pergi entah kemana. Pria yang lebih muda setahun darinya itu terlihat sangat marah. Dan itu membuat Harua bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan Maki.

Harua seketika merasakan sakit di punggungnya begitu Maki membanting dirinya ke tembok. Dengan cepat Maki menahan Harua dengan kedua tangannya yang dia gunakan untuk mengungkung Harua ke tembok.

"Maki? ada apa denganmu? lepaskan aku?!" Harua coba untuk mendorong Maki menjauh, namun tenaganya tak terlalu kuat untuk mengimbangi kekuatan sang alpha.

Maki menghela nafasnya dan menatap tajam kearah Harua, "Jadi, kau benar-benar menyukai kak Jo?" tanyanya tiba-tiba.

Dan tentu, semua menjadi sangat jelas bagi Harua sekarang. Maki sedang cemburu dengan dirinya dan Jo. Yang tak tahu mengapa, itu terlihat sangat lucu dimata Harua, Maki terlihat sangat kekanak-kanakan.

Harua terkekeh, "Maki, apa kau merasa cemburu?" tanyanya balik.

Maki tak menjawab, dia mendengus, "Tentu, aku memang menyukai kak Jo, dan aku berniat untuk menyatakan perasaanku padanya akhir minggu ini." jelas Harua tanpa takut.

Mendengar itu, Maki meninju keras tembok yang berada tepat di samping kepala Harua, melepaskan segala amarah dan kekesalan yang dia miliki. Sebelum melepaskan Harua dari kungkungannya.

"Jadi, aku benar-benar sudah tak memiliki kesempatan?" racau Maki menundukkan kepalanya.

Tangan Harua tergerak untuk mengangkat kepala Maki, membuat pria muda itu menatap dirinya, "Kupikir, jika menyangkut tentang kesempatan, aku hanya bisa mengatakan kalau mungkin kau perlu bersabar saja." ujarnya.

Membuat Maki memandangnya bingung, "Jadi kau ingin aku menjadi tempat pelarianmu ketika hatimu sakit nanti?"

Harua menggeleng menyangkal pertanyaan Maki, "Aku tak ingin kau berpikir seperti itu, aku akan terlihat sangat kejam jika aku membuatmu berpikir seperti itu."

"Tapi kau memang menginginkannya terjadi seperti itu kan?" sahut Maki tersenyum sarkas.

Harua tak membalas, Maki terkekeh, "Baiklah, aku akan menunggumu sampai saat itu tiba, aku hanya ingin kau tahu, bahwa hatiku selalu terbuka untukmu."

•••

Jo dengan terburu-buru segera memasuki bangunan kantor. Dia sudah terlambat untuk menghadiri rapat yang sudah dimulai sejak lima belas menit yang lalu.

Dan sepertinya, hari ini adalah hari sial Jo. Karena terlalu hectic dengan kepanikannya. Jo sampai-sampai tak melihat jalanan dengan benar. Hingga tanpa sengaja, Jo menabrak seseorang hingga orang itu terjatuh.

"Hei, maafkan aku, kau tak apa-apa, kan?" tanya Jo khawatir membungkuk untuk menolong pria itu berdiri.

Untuk seketika, Jo bisa melihat senyum manis pria omega berambut pink di hadapannya tersebut. Dia juga bisa menghirup aroma cherry yang menyeruak dari tubuhnya. Dan entah mengapa Jo seperti tak asing dengan pria asing di hadapannya tersebut.

"Aku baik-baik saja, terimakasih sudah menolongku, kau bisa melanjutkan perjalananmu." balas pria omega tersebut, dan berniat untuk segera pergi dari hadapan Jo.

Namun dengan sigap Jo menahannya, "Hei, apa kau Nakakita Yuma? pemilik Nakakita's Enterprise?" tanyanya penasaran.

Pria omega itu tersenyum dan mengangguk, "Ya itu aku, aku baru saja menemui atasanmu, kau Jo Sakaguchi, kan? kepala departemen marketing?" tanya Yuma kembali.

Jo tersenyum dan mengangguk, "Aku sungguh maaf telah menabrakmu, apa kau memiliki waktu senggang nanti sore, aku ingin menebus kesalahanku dengan mengajakku makan malam, mungkin?" tawarnya.

Yuma terlihat berpikir sebentar sebelum mengangguk, "Tentu, aku akan berada di cafetaria."

•••

Rapat Jo akhirnya selesai. Dan dengan segera Jo melangkah menuju area cafetaria. Yang tak lama matanya menangkap penampakan Yuma yang tengah duduk sendirian di salah satu meja disana.

"Hei!" sapa Jo mendudukkan dirinya di depan Yuma. Yuma yang melihat kedatangan Jo mengulas senyumnya.

"Bisakah kita pergi?" tanya Jo yang langsung diangguki oleh Yuma. Keduanya pun kemudian pergi ke menuju ke mobil Jo.

Jo pun membawa Yuma untuk pergi ke restoran yang berada di hotel ternama. Yang itu, sedikit membuat Yuma kagum dengan selera Jo yang sangat berkelas. Walaupun Jo sendiri terlihat sangat sederhana.

Mereka berdua pun memesan makanan keinginan mereka. Dan tak lama makanan mereka pun sampai. Dan keduanya menikmati makan malam mereka ditemani oleh obrolan-obrolan santai.

Yuma sangat tertarik dengan bagaimana Jo menceritakan tentang dirinya. Yang dimana itu membuatnya tertarik lebih dalam dengan kehidupan pribadi Jo, atau bisa dibilang, Yuma sudah terpana dengan bagaimana kelembutan Jo berbicara kepadanya.

Sial, Yuma perlu menenangkan hatinya.


TBC.

SUCCESSION | &Team ✓Where stories live. Discover now