1.1 | END

10 0 0
                                    

Bagian terbaik dari kesedihan yang tengah dihadapi oleh Harua adalah, ketika dia sedang dalam kondisi hancur seperti ini, dia tahu jika ada seseorang yang menunggunya dan siap untuk memeluknya di momentum menyakitkan seperti ini.

Maki, pria muda itu menepati perkataannya. Dia dengan sabar menunggu Harua. Dan ketika waktu ini tiba, dia bersyukur jika Harua akhirnya memilih untuk pergi kepadanya. Mengeluarkan dan menyalurkan segala keluh kesedihan yang dia rasakan.

Alpha muda itu dengan sabar menenangkan sang omega dengan perlakuan-perlakuan serta tutur katanya yang lembut. Harua tersenyum berterimakasih kepada Maki atas hal tersebut.

"Rua, jika kau telah memutuskan hatimu, aku siap untuk menunggu jawabanmu, aku ingin kau menjadi kekasihku..."

•••

Hati Yuma rasanya seperti diiris oleh pisau tajam akhir-akhir ini. Begitu sakit sampai dia sendiri sering menangis entah kenapa. Yuma merasa jika dirinya selalu saja menjadi omega bodoh yang mudah dipermainkan oleh alpha.

Sudah berkali-kali Yuma coba untuk menghubungi Nicholas. Tapi nihil, tak satupun panggilan darinya dijawab oleh pria tersebut. Padahal, di waktu-waktu sebelumnya, Nicholas adalah orang pertama yang akan selalu mencari keberadaannya.

Namun sekarang, pria itu benar-benar menghilang dari pandangan Yuma. Mungkin pikir Yuma, Nicholas sudah tak membutuhkannya lagi karena dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan.

Yuma menghela nafas dalam begitu melangkahkan kaki keluar dari ruangan kantor Nicholas setelah dia datang untuk memberikan beberapa berkas. Tak ada penampakan orang tersebut disana. Membuat Yuma menaruh apa yang perlu diberikannya keatas meja.

Yuma memasuki lift dengan raut lesunya. Dia sungguh lelah dengan apa yang terjadi dengan hatinya, ditambah pekerjaan akhir-akhir ini semakin berat untuk Yuma. Yuma benar-benar membutuhkan hiburan.

Yuma kemudian memutuskan untuk pergi ke bar yang berada tak jauh dari bangunan kantor Sakaguchi Group. Dan untung saja, disana tak terlalu ramai, dan Yuma menyukai itu. Dia jadi memiliki waktu tenang hanya untuk dirinya sendiri.

Omega berambut pink itu memesan meja untuknya dan beberapa minuman kesukaannya. Tak lama, Yuma segera menegak minuman yang membakar kerongkongannya itu dengan terlalu bersemangat.

Sampai-sampai, Yuma sendiri mulai kehilangan kesadarannya. Sampai ketika pria itu ingin pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Tanpa sengaja dia menabrak seseorang.

Yang dimana, orang tersebut nampak tak asing di matanya, "Oh! Sakaguci!" panggilnya setengah berteriak menunjuk pria tersebut.

Pria tersebut tersenyum dan membantu tubuh Yuma yang terjatuh, "Yuma? kau tak apa-apa?" tanyanya.

Yuma terkekeh dan menggeleng, "Aku tidak baik-baik saja Taki, kakakmu itu menghancurkan segalanya." balasnya dengan suara mabuknya.

Pria itu, Taki yang mendengar ucapan Yuma tersenyum tipis, dia tahu persis apa yang baru saja Yuma katakan, "Apa kau ingin ke kamar mandi? biarkan aku mengantarmu." final Taki mengalihkan arah pembicaraan.

Taki pun dengan sigap menuntun Yuma untuk pergi ke kamar mandi. Pria beta itu kemudian dengan lembut mengurusi Yuma yang dengan kuat memuntahkan isi perutnya. Memberi pria itu air putih ketika dia kembali ke meja Yuma.

Taki yang melihat Yuma sekiranya sudah cukup baikan, ingin berlalu pergi. Namun dengan cepat Yuma menahan tangannya.

"Bisakah kau menemaniku malam ini?" pinta Yuma yang sudah menitikkan air matanya kepada Taki.

Taki yang melihat Yuma menangis itu hanya mengangguk dan kembali mendudukkan dirinya. Yuma pun kemudian menjadikan bahu Taki sebagai sandarannya, membasahi jas hitam yang dipakai oleh Taki.

•••

Taki benar-benar bingung bagaimana akhirnya bisa dia berakhir seperti ini. Berada di kamar Yuma dengan udara hangat yang menyelimuti sekitarnya. Yuma sungguh membuatnya menggila.

Taki bisa melihat bagaimana raut Yuma yang sangat terlihat sangat terhanyut oleh sentuhan dirinya. Dan dirinya sendiri juga tak bisa menahan diri untuk tak menyentuh omega cantik tersebut.

"Yuma..? are you really want to do this?" Taki bertanya lagi memastikan.

Yuma mengangguk, "Yes, i want you... please.." jawabnya penuh keputus-asaanya.

•••

Yudai memasuki ruangan kerja sang adik tersebut, Nicholas. Terlihat jika alpha tersebut sedang dalam panggilan dengan seseorang. Jadi dia memutuskan untuk mendudukkan dirinya di sofa dan menunggu.

Tak lama Yudai menunggu Nicholas untuk menyelesaikan panggilannya. Dan adiknya itu kemudian menghampiri dirinya, mendudukkan dirinya di sebelahnya.

"Jo benar-benar merelakan segalanya hanya agar bisa bersama dengan cinta lamanya." ujar Yudai seketika.

Nicholas terkekeh mendengar perkataan sang kakak itu, "Cinta memang terkadang membuat kita buta."

"Kau harus berbicara kepadanya, meminta maaflah atas perkataanmu dulu kepadanya." sahut Yudai meminta Nicholas, yang hanya diangguki Nicholas.

"So, kenapa kau kesini?" tanya Nicholas menatap kearah Yudai.

Yudai mengalihkan pandangannya dari sang adik, "Tentang taruhan kita dulu, apa itu masih berlaku jika kita mendapatkan hal yang sama?" tanyanya balik.

Nicholas terlihat berpikir, dia teringat dengan hal tersebut, dia tersenyum miring mengingat kesepakatan tersebut. Dirinya pun kemudian meraih tangan Yudai, membuat Yudai kembali menatapnya.

"However, i still one who got father's position, i'm still the winner." ujar Nicholas bangga.

Nicholas dengan sepersekian detik mendekatkan wajahnya dengan wajah Yudai, "Jadi kau harus tetap menurutiku." imbuhnya mengecup bibir Yudai.

"Fuck, we're crazy isn't?"

"Yes!"


END.

SUCCESSION | &Team ✓Where stories live. Discover now