Bulan Setyaningrum

9 1 0
                                    

Namanya Bulan Setyaningrum, salah satu siswi di kelas Ips 1.

"Terus, ini benarkan?" Dia memiringkan kepalanya bingung, menoleh kesamping melihat teman sebangkunya.

Teman itu, Cindy namanya terdiam sejenak, karena dia pun tidak begitu ahli dalam menggambar. "Coba kita lihat lagi Peta Globe di depan."

Mereka berdua berjalan pergi ke depan untuk melihat Peta bulat yang di simpan diatas meja guru.

Pemandangan itu bukan hanya terjadi di bangku mereka saja, tapi juga di meja-meja lain terlihat jelas wajah-wajah bingung dan khawatir mereka. Ada beberapa yang terlihat lancar, mungkin karena mereka lebih sering menggambar dari yang lain atau memiliki bakat.

Sekarang adalah waktunya mata pelajaran Geografi yang diajar oleh pak Munif sebagai gurunya, dia telah memberikan mereka siswanya tugas praktek kelompok, untuk membuat sebuah Peta dunia lengkap dengan penjelasannya, diatas kertas karton putih.

Dan satu kelompok hanya terdiri dari dua orang. Karena setiap meja terdiri dari dua orang, tugas itu bisa dibilang dikerjakan oleh satu meja.

Di dua barisan dari belakang, dua orang anak laki-laki yang satu terlihat malas dan yang lain terlihat bingung. Ada sebuah kertas karton putih yang terbuka lebar di atas meja mereka.

"Harus kita kerjain nih tugas? Nunggu aja nggak sih sampai jam istirahat." Anak laki-laki itu terlihat tidak peduli pada tugas dan malas.

"Nunggu!? Masih 30 menit lagi jam pelajarannya baru selesai!"

Menyanggah kepalanya diatas meja dan duduk dengan ceroboh diatas kursi, anak laki-laki itu bingung mengerutkan hidungnya, mengusap alisnya. "Coba-coba sini. Pinjam penghapus sana! Tapi punya pensilkan?"

Dengan polosnya teman disampingnya itu menggelengkan kepala. "Pensil juga nggak punya."

Dia berdecak, "Pinjam sana sekalian!"

Entah karena terburu-buru, atau tidak memperhatikan, anak laki-laki itu langsung berdiri menerima perintah temannya. "Ya ya Sabar, gua cari."

Pertama dia mencari mangsanya di meja ketiga barisan depan, meja dua anak perempuan. Biasanya perempuan menyimpan beberapa pensil di kotak tempat pensil mereka, sedangkan penghapus dia bisa meminjamnya dari beberapa orang.

Setelah memikirkan rencananya, dia berjalan ke meja itu dengan percaya diri.

"Pinjam pensil dong." Berdiri disamping meja keduanya. Mereka terlihat sibuk berbisik-bisik, dia sebenarnya tidak tahu apa yang sedang mereka diskusikan.

Anak perempuan yang paling dekat dengannya, akhirnya menoleh selesai bisik-bisik. "Balikin lagi kalau udah selesai."

Matanya terlihat menatapnya dengan sinis sambil menyerahkan pensil dari dalam kotak pensilnya. Dia berpura-pura tidak melihatnya.

"Oke." Dia menerima pensil itu menjawab asal-asalan, yang pentingkan dia bilang saja dulu, urusan nanti gimana dia tidak peduli.

Kemudian dia berbalik kembali ke kursinya di belakang, sebelumnya dia berhenti di salah satu meja temannya yang ada penghapus diatasnya. "Kalian bisa ngerjainnya?"

"Iya. Lo ngapain jalan-jalan nggak jelas, bukan kerjain tugasnya." Temannya yang bernama Fadil ini memang agak bertele-tele. Tetapi kalau soal diajak main, dia seru sih.

"Heh. Ini gua lagi minjem pensil. Gambar lu juga belum jelas, tuh!" Tunjuknya pada kertas tugasnya yang masih berupa garis-garis abstrak.

"Apa? Mau ngebandingin?sendirinya aja belum ngapa-ngapain."

"Hhm. Gua cuma mau pinjam penghapus, lagian yang ngerjain gambarnya si Galih." Tangannya dengan alami mengambil penghapus yang ada di atas meja.

Fadil terlihat terkejut. Menoleh kebelakang, melihat Galih seperti manusia tulang lunak yang sedang tidur-tiduran diatas meja. "Beneran si Galih yang gambar?"

Pet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang