Namanya Surya Aditya.
Seperti sebuah mimpi yang tidak nyata. Kilas balik hidupnya berputar seperti film didalam benaknya, dan sekarang Surya kembali menginjakkan kakinya di rumah ini lagi, yang sebelumnya tidak pernah dia sangka-sangka.
Rumah yang penuh kenangan. Merekam semua jejak pahit-manis hidupnya.
Tetapi sekarang sangat asing. Jejak-jejak tentang diirinya sudah lama hilang, ketika melihat ke dalamnya, dia merasa kedinginan. Merasa familiar, seperti melihat kembali dia yang asing dulu.
Surya tidak bisa tidak tersenyum kecut, memahami bahwa dia tidak akan pernah di terima di rumah ini baik dulu maupun sekarang. Meskipun saat ini dia datang hanya untuk mengambil barang-barangnya kembali, dan mengucapkan selamat tinggal, sebenarnya ada sedikit rasa kecewa di hatinya yang tidak dia sadari.
Bukannya dia tidak mampu membeli barang-barang baru, tetapi akan selalu ada barang yang memiliki kenangan dan menjadi berharga bagi pemiliknya.
Berdebu, terpojok dan tidak di pedulikan, kemudian disimpan dalam gudang gelap. Ternyata semua tentang dirinya hanyalah sampah yang siap dibuang kapan saja di benak mereka.
Ketika mengetahuinya, sepertinya Surya merasa tidak sesakit itu.
Yang penting sekarang dia sudah tidak peduli, sebenarnya lebih ke mati rasa.
Hanya, dia tidak akan pernah melupakannya. Semua kejadian itu.
Surya mulai mengepak satu persatu barang-barangnya yang berdebu di dalam gudang ke dalam kardus. Tidak sengaja dia melihat barang-barang peninggalan almarhum mamahnya disudut ruangan, dan mengambilnya.
Sebuah buku kecil berupa foto dirinya, mamahnya dan orang itu. Sepertinya kehangatan di rumahnya hanya berhenti dan membeku di dalam foto ini, semuanya sudah tidak ada sekarang.
Album yang berharga. ketika dia kembali, dia akan segera memotong gambar orang itu, sangat mengganggu melihatnya. Di dunia ini hanya ada dia dan mamanya, tidak perlu ada orang brengsek itu.
Setelah mengelap debu tebal buku dengan lengan kemejanya, dia dengan hati-hati menyimpannya di dalam kardus. Dia juga memasukkan beberapa kerajinan tangan yang pernah di buat langsung oleh almarhum mamahnya kedalamnya.
Saat dia sedang serius menata barang-barang mamahnya. Suara benda berat yang jatuh ke lantai mengejutkan Surya, menghentikkan aktivitasnya dan mengalihkan perhatiannya untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Tumpukan-tumpukan buku di pojok terlihat menggunung jatuh berserakan di lantai karena salah satu buku berat diatasnya jatuh ke lantai. Sepertinya karena dia menarik asal buku mamah sebelumnya, membuat tumpukan buku itu menjadi tidak seimbang dan jatuh berserakan.
Awalnya dia tidak ingin peduli dengan buku-buku itu, lagipula itu bukan buku penting, sepertinya hanya berupa kertas ujian dan buku bekas sekolah dulu. Tetapi perhatiannya langsung teralihkan oleh salah satu buku yang berjudul ALBUM SEKOLAH yang tidak sengaja dilihatnya.
Dia segera berjalan untuk mengambilnya dengan penasaran.
Setelah mengusap debu tebal di permukaannya, dia membuka cover buku album tersebut dan satu persatu membuka lembarannya.Surya tercengang. Saat lembaran mulai terbuka dan satu persatu foto-foto itu terlihat, Surya seperti melihat Dia di kehidupan lainnya.
Karena benar-benar sangat berbeda dengan kehidupannya sekarang. Surya tidak pernah menyangka kalau dia adalah orang yang seperti itu saat SMA dulu.
Surya hampir mengumpat, dan jijik melihat gambar itu.
Dia benar-benar ingin langsung menghancurkan nya ketika melihatnya lebih lama, dan buru-buru menutupnya kembali. Surya bersumpah tidak akan melihat buku ini kembali, dan akan menyimpannya rapat-rapat agar tidak ada orang lain yang bisa melihatnya.
Kemudian kehidupan masa SMA nya seperti ditayang ulang di kepalanya. Surya hanya bisa menghela nafas, karena pada waktu itu sepertinya adalah masa-masa tergelapnya.
Mengingatnya kembali, dia sebenarnya hanyalah seorang anak yang krisis identitas dan haus akan kasih sayang dari orang tuanya. Tetapi yang dia terima di rumah hanyalah pengabaian dan omelan terus-menerus, yang membuatnya semakin memberontak dan mencari perhatian di luar rumah.
Dia masih ingat pemikirannya dulu. Setelah acara perpisahan sekolah, dia mengira kalau kebebasan akan datang kedalam kehidupannya, dia tidak perlu lagi datang ke penjara itu dan menemui orang-orang munafik itu.
Dia bisa kuliah diluar dan menjalani kehidupannya sendiri.
Angan-angannya indah, tetapi kemudian kenyataan menamparnya dengan keras. Hidup sendiri di luar nyatanya tidak semudah itu, dia harus memulai kembali hidupnya dari bawah, karena orang itu hanya memberikannya biaya hidup di tahun-tahun awal kuliahnya saja, kemudian ditahun kedua, ketiga dan keempatnya, dia benar-benar harus berusaha keras sendiri mencari uang.
Karena itu dia baru menyelesaikan perkuliahannya di tahun ke - 7 nya.
Yaaa, dia sedikit bangga. Lagipula ijasah kelulusan itu sekaligus dia anggap sebagai trofi kemenangannya dalam melawan kerasnya kehidupan.
Hidupnya naik-turun, adakalanya dia berfikir untuk berhenti kuliah, untungnya dia tetap melanjutkannya meskipun harus terseok-seok.
Sejak saat itu kehidupannya semakin lancar, dan sampai sekarang dia sudah bisa menghasilkan rumah dan sebuah mobil yang cukup untuk keluarga kecilnya nanti.
Sedari dulu dia sudah bercita-cita untuk membangun sebuah keluarga kecil bahagia yang di dalamnya penuh dengan kehangatan. Memiliki istri cantik dan anak-anak yang lucu. Dia juga ingin menebus semua kekurangannya sewaktu kecil kepada anak-anaknya nanti.
Benar, ini adalah waktu yang tepat untuk segera bangun dan menerima kenyataan tanpa menoleh kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pet Love
Narrativa generaleBulan Setyaningrum. Seperti namanya, Bulan. dia misterius, dingin dan tidak mudah di dekati. Seperti namanya juga, dia adalah teman setia yang menemani di kala gelapnya malam. Bulan seorang Psikolog sekaligus Penulis. dia mendekati tetangga barunya...