setelah berhasil melarikan diri dari perkelahian sengit itu, Ferlin singgah sebentar untuk mengatur nafasnya disekitar taman pinggiran kota. sudah jauh sekali ia berlari hingga sampai disini, kaki nya sudah tak mampu untuk berdiri lagi jadi ia mendudukkan dirinya di trotoar taman itu.
"aduhh apes gue ni hari" gadis itu mengusap keringat dipelipis nya memandangi kendaraan yang berlalu lalang dihadapannya, jika bisa dibayangkan ia seperti seorang anak yang ditelantarkan ibunya di pinggir jalan.
beberapa saat kemudian saat hendak berdiri, sebuah mobil merah mewah berhenti dihadapannya. BMW m4, yang sukses membiay Ferlin berdecak kagum.
"anjaii, pulang-pulang gue mau beli mobil kayak gini juga ah" gumam gadis itu
kaca mobil terbuka menampakkan sosok pemuda yang duduk dikursi penumpang tersenyum manis ke arahnya, Ferlin mengerutkan alis dan menyipitkan matanya untuk mengenali siapa pemuda itu.
"Ervan?"
pintu mobil pun terbuka, Ervan si murid baru turun dengan girangnya menghampiri Ferlin.
"Ferlin kok bisa disini? emang ga pulang?" tanya pemuda itu lembut
Ferlin hanya memasang senyum kaku "y-yaa, ini baru mau pulang"
"emang Ferlin nya mau langsung pulang kan? ga mau bareng Ervan? ketimbang jalan kaki" tangan pemuda itu ia sampirkan ke belakang dengan kepala tertunduk malu
"e-euh? ga, ga usah deh. gue mau jalan aja, lagipula ga langsung pulang kok" Ferlin mencoba menolak secara halus tetapi melihat wajah kecewa pemuda imut itu ia menjadi tak enak hati "ehh boleh dehh, gue nebeng mobil lu ya?"
kedua mata Ervan langsung berbinar bahagia mendengar itu tanpa sadar melompat sambil bertepuk tangan riang. ekspresi Ferlin menjadi sedikit canggung menatap perilaku pemuda itu.
"ya sudah ayo naik" dengan semangat Ervan membukakan pintu untuk Ferlin, setelah memastikan Ferlin masuk ia langsung berlari ke pintu sebelah dan membukanya.
mobil itupun berjalan melewati jalanan sore yang sudah sangat ramai, di atas mobil tidak ada obrolan bagi keduanya. Ferlin hanya diam menatap keluar arah jendela, sedangkan Ervan terus saja melirik-lirik kecil ke arah Ferlin disamping nya.
"oh iya pak, tujuan saya ingin ke Hendriko Company" ucap Ferlin kepada supir Ervan.
kening pemuda itu tampak berkerut kemudian merubah mimik wajahnya menatap gadia disamping nya "Ferlin mau ngapain diperusahaan itu?" tanya nya
gadis itu diam sejenak "cuma mau ngunjungin seseorang doang" jawabnya singkat tanpa menoleh ke Ervan
"perusahaan itu ada sangkut pautnya dengan ferlin ya?"
mendengar itu ferlin langsung berbalik menatap Ervan curiga "napa lu jadi kepo gini dah?"
"E-ervan cu-cuma penasaran... maaf..."
/•/•/•/•/•/
"kenapa lu ga nelpon gue coba?!"
"ya gimana mau nelpon monyet, handphone gue aja kehabisan daya" Ferlin merebahkan tubuhnya disofa empuk ruangan itu
Queena tampak sibuk mengotak-atik macbook dihadapan nya "jadi? siapa yang menang?"
"mana gue tau, orang gue langsung lari. oh iya soal uang yang waktu itu lu sogokin ke kepsek gue gimana?" Ferlin mengambil toples yang berisikan beberapa kue kering dan menyeruput coklat panas yang telah dibawakan oleh salah satu bodyguard
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain
RandomSetelah insiden pembunuhan yang menimpa Erlin dan kedua orang tua nya dia masih diberi kesempatan untuk hidup ke dua kali nya dengan ber tukar jiwa ke tubuh seorang gadis yang bernama Christina Natalie Veronica anak dari Christiano Jonathan Veronica...