Dua Puluh Satu

6.1K 384 32
                                    

Happy Reading!

Karina masuk kedalam kelas, ia berjalan dengan santai tak ayal beberapa sapaan ia terima dari murid-murid sekolah yg ia lalui.

"Eh rin lo dari mana aja?" Tanya Melinda setelah mendapati Karina masuk ke kelas menjelang pelajaran dimulai.

"Gue tadi beli seragam, soalnya seragam gue basah" Jelas Karina seadanya.

"Btw tadi lo nabrak Adrian, lo gapapa kan?" Tanya Melinda lagi, karena ia tau sedikit banyak sifat Adrian yg kejam tak tersentuh itu, sedangkan tadi ia lihat Karina seolah santai ketika ingin menyentuh Adrian.

"Gapapa kok" Karina tersenyum ketika mengingat pertemuannya dengan Adrian.

Salsa hanya diam memperhatikan, tak lama ia menerima pesan dari seseorang.

Ting

Kak Adrian
"Pulang sekolah bareng gue"

Salsa mengernyit kan alisnya bingung, tumben kak Adrian mengajaknya pulang bersama.

"Aku pulang sama bang Alzhe kak"

"Gue pengen ngomong sesuatu, penting"

Salsa menimang-nimang, ia penasaran apa yg ingin disampaikan seniornya itu. Akhirnya ia pun mengiyakan ajakan Adrian.

"Okee"

"Good girl"

Menutup ponselnya, Salsa pun mengalihkan pandangan ketika melihat kedatangan seorang guru. Disisi lain Adrian yg melihat balasan Salsa pun tersenyum tipis.

Tak lama ketika mata pelajaran berlangsung, terdengar suara keributan di luar kelas hingga beberapa murid tertarik melihat apa yg sedang terjadi. Begitupun Salsa, ia dan Melinda diikuti oleh Karina juga ikut ingin melihat apa yg terjadi.

Di tengah-tengah koridor kelas 10 terlihat seorang siswa yg berjalan dengan menunduk di iringi oleh dua anggota osis disisi kanan kirinya, bajunya terlihat acak-acakan, rambutnya yg biasanya rapi kini tampak amburadul. Wajahnya juga terdapat sedikit memar, seperti habis kena pukul.

"Itu kenapa?" Tanya Salsa entah pada siapa.

Melinda melihat siswa itu tertegun, ia sedikit menyingkir berusaha tidak terlihat olehnya. Ketika siswa itu melewati kelas Salsa, tiba-tiba ia berhenti.

Siswa itu memandangi Salsa cukup lama, dibalik kacamatanya yg sedikit melorot. Ia tiba-tiba menunjuk wajah Salsa.

"Dia.... Dia yg ngasih benda itu! Dimana bendanya, kasih ke aku! Aku bakalan bayar lebih mahal! Aku mohon! Aku bener-bener pengen benda itu sekarang!" Cerocosnya memohon-mohon pada Salsa, pandangannya gelisah, ia seperti berkhalusinasi.

Salsa tentu terkejut bukan main, ia tidak kenal siapa siswa ini. Dan benda? Benda yg apa yg ia maksud.

Tak mendapat jawaban, siswa itu menarik kerah seragam Salsa kuat hingga sang empu tertarik kedepan kelasnya,

"Lo ga denger ya! Lo budek apa hah?!" Geramnya hingga mengubah kosa katanya, sungguh ia benar-benar frustasi. Ia bahkan tak menyadari tempat dan suasana ia berada, di pikirannya hanyalah ia harus mendapatkan benda itu.

"Hei berhenti! Lo jangan macam-macam ya!" Seorang anggota osis maju dan mendorong siswa itu.

Salsa linglung, ia memperhatikan siswa itu yg sudah ditarik paksa oleh anggota osis. Namun teriakan marah siswa tersebut masih menggema di tengah-tengah koridor.

"Tolong berikan sama gue! Gue mohon!" Teriaknya sebelum hilang dari pandangan.

Melihat kepergian siswa tersebut, banyak bisik-bisik dari siswa-siswi, siswa culun yg ketahuan mengonsumsi narkoba di belakang sekolah, sungguh miris.

Plot Twist Sang FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang