Dua Puluh Dua

6.5K 374 22
                                    

Happy Reading!

Seminggu sudah terlewati sejak insiden di sekolah hari itu, begitupun dengan pengakuan Adrian yg merupakan teman masa kecil Salsa. Sejak itu juga hubungan Melinda dan Alzhe semakin dingin, walaupun memang selama ini mereka tak banyak berkomunikasi.

Alzhe awalnya hanya mengabaikan Melinda, karena ia masih menghargai Melinda sebagai teman adiknya, namun pemikirannya langsung berubah total setelah ia menyaksikan perilaku janggal gadis itu, sehingga Alzhe diam-diam memperhatikan gerak-gerik apapun darinya.

Berbeda dengan Salsa yg masih mencoba biasa saja, ia akan sangat menantikan aksi selanjutnya dari teman sebangkunya itu. Ia ingat terakhir kali Salsa mencari tau asal-usul Melinda yg ternyata mempunyai hubungan saudara dari protagonis novel.

Tapi sampai sejauh ini, protagonis wanita itu tidak ada. Salsa sempat berpikir, apakah ketiadaan protagonis wanita itu ada sangkut pautnya dengan Melinda ini selaku saudaranya? Ia akan mencari tau lagi nanti.

"Salsa ini vitamin mu"

Zivan memberikan sebutir vitamin untuk Salsa, dua hari lalu Zivan sudah meminta maaf pada Salsa. Ia merasa tindakannya salah menyepelekan keadaan Salsa saat sakit hari itu.

Zivan akan mencoba mengakrabkan diri kepada adiknya, profesinya sebagai dokter di rumah sakit keluarganya, tidak membuat Zivan bisa berleha-leha. Justru itu Zivan dipercaya menjadi direktur rumah sakit seminggu yg lalu, sehingga waktu Zivan untuk bersantai dan bermain bersama adiknya pun sedikit.

"Makasih abang" Zivan tersenyum dan mengelus lembut kepala Salsa sayang.

Melinda melihat perhatian Zivan terhadap Salsa hanya bisa mendengus kasar. Sebelumnya ia bisa dekat dengan Zivan karena Zivan jarang menghabiskan waktunya dengan Salsa. Itulah kenapa ia memilih mendekatinya.

Lain halnya dengan Alzhe, pria itu bahkan sejak kedatangannya di mansion Alexandra sudah menunjukkan ketidaksukaannya. Dan sekarang secara terang-terangan Alzhe semakin membencinya.

Ini tidak bisa dibiarkan, walaupun Alzhe terlihat mustahil untuk ia dekati. Namun Zivan berbeda, ia adalah pria ramah dan lembut, Melinda harus bisa mendapatkan hatinya secepat mungkin.

"Kak Zivan, Meli boleh minta obat nyeri ga?" Tanya Melinda tiba-tiba mendongak menghadap Zivan yg berdiri disamping Salsa.

Zivan mengalihkan pandangannya yg tadi fokus pada Salsa.

"Kenapa? Kamu sakit mel?" Tanya Zivan.

"Iya kak, kayaknya Meli salah makan deh, jadi perutnya sakit" Memegang perutnya seolah merasa sakit luar biasa, wajahnya pun memerah.

"Apa-apaan dah, bukannya terlihat menyedihkan justru macan orang nahan berak"

Salsa berusaha mempertahankan wajah lugunya, padahal di dalam hati ingin sekali tertawa. Berbeda dengan Alzhe yg langsung menunjukkan wajah datar dan tatapan tajamnya.

"Lebay banget lo" Celetuk Alzhe pedas.

"Alzhe" Tegur Zivan, ia tidak ingin ada perdebatan di meja makan.

Alzhe mengabaikan Zivan, ia melanjutkan sarapannya yg tertinggal sedikit.

"Sebentar ya kakak ke atas dulu, ambil obatnya" Melinda pun mengangguk dan tersenyum manis.

Selang beberapa menit, Zivan pun kembali membawa obat nyeri perut. Ia memberikannya pada Melinda.

"Kalo masih terasa sakit, sebaiknya jangan makan makanan pedas dulu, dan olesi pakai minyak angin untuk membantu meredakan" Jelas Zivan sembari menyerahkan minum.

Plot Twist Sang FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang