chap 3

54 8 1
                                    

Harsha merasakan pukulan pukulan menyakitkan di wajah dan tubuhnya terasa lemah.

"dasar anak cupu" ucap salah satu perempuan yang menyakiti nya itu, dan ia tertawa diatas penderitaan yang dialami Harsha.

Harsha tidak kuat menahan rasa sakit yang ia terima, ia perlahan mulai kehilangan kesadarannya, namun sebelum Harsha pingsan dua orang datang untuk menolongnya.

"lepasin kaka gue sialan." Helena mendorong sekumpulan anak perempuan itu yang ia tahu mereka adapah teman sekelas Harsha.

Hanin merasakan panik dan khawatir disaat yang bersamaan, ia menghampiri Harsha dan menepuk pipinya pelan, terpampang jelas darah segar di sudut bibir nya, dan mukanya yang lebam.

"Harsha.. ini ka Hanin, maaf kaka telat nolongin kamu" Hanin menyeka darah di sudut bibir Harsha.

Setelah sekumpulan anak perempuan pergi, Helena menghampiri Hanin dan Harsha.

"kita harus bawa ka Harsha kerumah sakit, gue bakal panggil ka mauren" ucap Helena lalu berlari untuk mencari Mauren.

---------------------------------------------------------------------------------------

Harsha perlahan membuka matanya, ia merasa sakit di wajah dan hampir sekujur tubuhnya, dan ia juga merasakan tangan nya yang basah karna air mata Dela.

Dela menangis sambil memeluk erat tangan Harsha, lalu.. Harsha perlahan mengusap kepala Dela dan Dela mulai mengangkat suaranya.

"Harsha.. kaka khawatir banget sama kamu, kamu gapapa kan??" ucapnya sambil berusaha menghentikan tangisannya.

"gue ga mati kali, alay banget lo ka" Harsha tertawa kecil dan tersenyum, yang membuat hati saudarinya menghangat, bahkan seorang Mauren pun merasakan nya.

Senyum Harsha bisa menyembuhkan hati yang luka dan bersedih, namun tidak ada senyum yang dapat menyembuhkan luka dan kesedihan di hati Harsha.

Harsha memecahkan kesunyian di ruangan itu.
"kalian ga pulang? gue gamau cuma gara gara gue dirawat kalian sampe diomelin bunda sama ayah" Harsha tahu sekali bahwa kedua orangtuanya akan sangat marah kepada saudarinya karna harus menjaga Harsha.

"gue sama dela yang bakal jagain lo disini, dan tenang aja bunda sama ayah ga akan marah soal ini" Mauren mengucapkan nya dengan santai, dan didapati anggukkan dari Harsha.

"gue sama ka Hanin pulang dulu ya ka, semoga lo cepet sembuh" lalu Helena dan Hanin pergi meninggalkan ruangan.

Ruangan Harsha, 10.38 p.m

Mauren sedang merebahkan tubuhnya di sofa dekat ranjang Harsha, dan Dela yang setia duduk di kursi disamping Harsha sambil mengelus tangannya.

"ka kalo semisalnya gue mati, apa yang bakal lo lakuin?" Harsha mengucapkannya tanpa melihat kearah Dela maupun Mauren.

"Kalo kamu mati, kaka akan ikut kamu, karna pas kecil kita pernah janji kalo kita bakalan jadi teman sehidup semati" Dela menatap lembut mata Harsha yang tajam namun terlihat sayu belakangan ini.

Mauren menghela nafasnya. "Harsha.. gue tau banyak luka yang lo simpen, tapi kalo sampe lo beneran pergi ninggalin kita disini, gue ga akan pernah biarin orang orang yang nyakitin lo hidupnya tenang, termasuk gue."

Diri Harsha sudah menjadi salah satu pilar penting di kehidupan saudarinya, jika dirinya pergi pasti mereka akan sangat merasakan kehilangan, bukan cuma hanya kehilangan Harsha, namun hampir setiap momen bersamanya.

Harsha merasa banyak tekanan, di satu sisi ia merasa sangat lelah dengan dunia yang tidak pernah berpihak padanya bahkan hanya untuk satu hari saja, namun.. ia tidak mau menjadikan dirinya sebagai kehilangan terbesar dan kesedihan paling menyakitkan bagi saudarinya.

"mending lo istirahat sha, kesian badan lo" Mauren mengusap kepala Harsha.

Seiring waktu berjalan, Harsha perlahan terlelap tidur dan memasuki alam mimpinya, mukanya terlihat begitu sedih dan letih.


Ruangan Harsha, 07.30 a.m

Harsha sedang disuapi oleh Mauren, karna tangannya masih terasa sangat sakit untuk digerakkan.

"Makan yang banyak biar ga kurus, gue gamau ade gue kaya bambu" Mauren sebenarnya sangat tulus hanya karna dirinya frontal jadi orang lain memandang nya sebelah mata dan menganggap dirinya kasar.

Muka Harsha tampak kesal karna dirinya sudah kenyang namun Mauren tetap menyuapinya. "GUE KENYANG KA, UDAH STOP" ucap Harsha dengan sedikit sebal dengan kakaknya yang menyebalkan itu.

Mauren tertawa dan menaruh mangkok bubur Harsha di meja sebelah ranjang Harsha. "Nah ini baru ade gue yang sehat walafiat bisa teriak teriakan, ga kaya kemaren lesu banget"

"ada apa nih, kok gue ga diajak sih" Dela memasang muka melasnya dan berjalan mendekat sambil membawa roti yang ia beli di kantin rumah sakit.

"makanya jangan jajan mulu Del" ucap Mauren dengan nada tengilnya dengan tujuan ingin mengejek Dela.

Harsha tersenyum melihat interaksi kedua kakak nya itu, ia mulai merasakan kehangatan dan kenyamanan saat bersama mereka, sepertinya dunia sedang berpihak kepada Harsha setidaknya satu hari.

Jika harus mengorbankan segalanya untuk hidup seperti di hari yang membahagiakan ini, Harsha rela untuk melakukannya.


"Kebahagiaan itu saat dimana semuanya merasakan kehangatan, kenyamanan dan bukan kebencian"
Harsha.









Thanks for ur support readers!!
Kalian lebih suka interaksi Harsha sama siapa?
Jangan lupa vote ya gaiss, gomawo 💙💙


Harsha.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang