Janji Untuk Melindungimu

100 17 4
                                    

Hari ketujuh setelah pernikahan penuh tragedi itu, Baili Dongjun bangun dari tidur panjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ketujuh setelah pernikahan penuh tragedi itu, Baili Dongjun bangun dari tidur panjangnya. Kondisinya masih sedikit lemah tapi baik-baik saja. Hal pertama yang ia tanyakan tentu keadaan Ye Yun. Membuat Ruofeng seperti menelan jarum.

"Ye Dingzhi melukai dirinya sendiri setelah melihatmu tidak sadarkan diri. Kami tidak sempat mencegahnya. Dia telah menekan dan menyegel kekuatannya sebelum mengiris nadinya. Maafkan aku untuk hal itu."

Meski itu bukan kesalahannya, Ruofeng tetap meminta maaf. Hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang pangeran karena itu bukan kesalahannya.

Dongjun diam dan menatap udara di depannya. Ia tak tahu harus berkata apa. Rencana yang telah ia susun sebelumnya sepertinya kini hanya sia-sia. Ia sedih. Sangat sedih hingga ia ingin menangis dengan keras. Meraung melampiaskan sesak di dada. Tapi semua hanya tercekat di tenggorokan. Membuat dadanya semakin sesak hingga ia seolah lupa caranya bernafas.

"Dongjun...bernafas...tolong bernafas dengan pelan..."

Ruofeng khawatir dan panik melihat tarikan nafas Dongjun yang terasa berat. Sakit di hatinya tak ia pedulikan. Melihat kondisi Dongjun seperti ini membuatnya lebih merasakan sakit. Perlahan nafas Dongjun kembali normal.

"Lalu...di mana dia?" Tanyanya begitu lirih.

"Kakak ketiga dan kelima membawanya ke pondok bambu di atas bukit. Membuat peristirahatan terakhir untuknya. Ada seorang biksu yang membantu. Aku juga telah memberikan penjagaan di sekitar sana."

"Syukurlah. Terima kasih."

Seulas senyum tipis penuh kelegaan terpancar dari wajah pucatnya. Setidaknya Yun-ge nya mendapatkan peristirahatan terakhir yang baik.

"Dongjun..."

"Ya?"

Ruofeng menelan kembali pertanyaan yang ingin ia tanyakan.

"Ah tidak. Lebih baik kembali beristirahat. Kondisimu masih belum sepenuhnya baik."

Dongjun mengangguk dan pasrah ketika Ruofeng membantunya untuk kembali berbaring dengan benar. Dari posisi ini, ia bisa melihat wajah Ruofeng dengan jelas. Apalagi kantung mata itu. Apa kakak seperguruan yang kini menjadi suaminya itu tidak tidur dengan baik? Dan wajah itu juga semakin tirus dari terakhir kali ia mengingatnya.

Bagaimana ia bisa tidur jika setiap ia ingin menutup mata ia teringat denganmu? Merasakan perasaan bersalah yang menggerogotinya.

"Dongjun..."

"Ya...xiao shixiong?"

Ruofeng tersenyum mendengar panggilan itu.

"Maaf... Karena ku, kau harus mengalami hal ini."

"Mengalami apa? Jika ini tentang pernikahan, ini adalah pilihanku. Dan jika itu tentang melindungimu, itu juga adalah pilihanku. Jangan pernah merasa bersalah dan meminta maaf untuk sesuatu yang berada di luar kuasamu, shixiong."

CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang