Malam Ini

104 15 10
                                    

"Pangeran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pangeran.... Wangye.... Fengqi, tunggu..."

Ruofeng yang tadi berjalan dengan begitu cepat akhirnya menghentikan langkahnya. Menetralkan nafas yang memburu serta amarahnya. Lei Mengsha bahkan kewalahan mengikutinya.

"Netralkan emosi mu dulu sebelum kembali."

Ruofeng mengangguk. Ia juga tak ingin kembali dengan kondisi emosi. Tapi pertemuan singkat tadi benar-benar memancing emosinya.

"Kami baru saja menikah, shixiong."

"Aku tahu, Fengqi."

"Dan mereka...mereka menyuruhku untuk mengambil selir?"

Ruofeng memejamkan matanya sejenak ketika amarahnya kembali. Sungguh tak habis pikir. Usia pernikahannya masih dalam hitungan bulan. Tapi mereka sudah menanyakan tentang penerus. Mengatakan jika mungkin istrinya akan sulit memiliki keturunan dan menawarkan dirinya untuk mengambil selir. Hal yang bahkan tidak pernah Ruofeng pikirkan jika dirinya memiliki istri. Sekalipun bukan dengan Dongjun, Ruofeng tak pernah memiliki niat itu.

"Mereka hanya ingin memancing amarahmu."

"Asalkan tak menyakiti Dongjun dan mengusik rumah tangga kami, aku tak peduli. Tapi sekali saja mereka mengusik Dongjun, maka akan ku habisi dengan tanganku sendiri."

Mengsha menelan ludah melihat wajah datar penuh amarah Ruofeng. Saat tersenyum ia sungguh hangat seperti mentari. Tapi ketika marah, bahkan badai petir pun kalah menakutkan.

"Lebih baik kita segera kembali. Ku rasa kau perlu beristirahat. Lihatlah kau begitu berkeringat. Kau pasti kelelahan."

Ruofeng mengangguk. Ia menyeka keringat di pelipisnya. Padahal cuaca malam ini sedikit lebih dingin. Tapi tubuhnya malah berkeringat. Mungkin benar kata Mengsha, dia sedang kelelahan.

Namun semakin lama, tubuhnya terasa semakin panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun semakin lama, tubuhnya terasa semakin panas. Bukan. Ini bukan panas karena cuaca. Panas ini sedikit aneh. Seperti panas akan...gairah.

'Sial!'

Ruofeng menumpukan tangannya pada dinding agar tubuhnya tidak limbung begitu saja. Ia teringat dengan teh yang ia minum tadi. Sepertinya seseorang menaruh sesuatu di dalam tehnya. Tidak mungkin ia bisa seperti ini tanpa penyebab. Dia memiliki pengendalian diri yang baik selama ini.

CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang