Catatan Hangat: Untuk teman-temanku @nadhiaFiqo dan @PcySrDaYy
Semoga tulisan ini mengajak kalian menyelami sisi-sisi yang jarang tersentuh, yang bersembunyi di balik kekuatan dan kelembutan kita masing-masing. Terima kasih sudah mendukung cerita ini dengan antusiasme kalian. Selamat menikmati perjalanan emosi ini
Awal Bab
Di kamar tidur yang remang-remang, hanya diterangi oleh sinar lampu meja yang redup, suasana terasa pekat, hampir penuh sesak dengan intensitas yang tak terlihat namun jelas terasa. Bravo berbaring di bawah bayangan lampu, tubuhnya yang besar dan otot-ototnya yang tegang tampak kontras di tengah ranjang lebar yang seolah menjadi arena kecil bagi penyerahan totalnya malam itu.
Bravo hanya bisa mengeluarkan gumaman lirih, suaranya teredam namun tetap sarat dengan rasa tunduk yang mendalam. Di tengah hiruk-pikuk dalam pikirannya, ada satu tujuan yang tak tergoyahkan—membuktikan bahwa ia adalah pria yang kuat, seseorang yang layak dihormati. Keinginannya untuk tampil sebagai sosok tak tertandingi, seorang pria yang bisa menahan apa pun tanpa mengeluh, menjadi bahan bakar yang membara di dalam dirinya.
Di sudut ruangan, alat ball-busting telah dinyalakan, suaranya mengisi setiap celah kamar dengan dengungan rendah yang ritmis, "Nguuuuuung...." nyaris hipnotis. Suara "whap, whap" dari bantalan karet yang menghantam scrotum Bravo terdengar berulang, setiap pukulan membawa nyeri yang mendalam namun presisi. Benturan itu seperti notasi dari sebuah simfoni keheningan, yang menghantam bagian paling sensitifnya dengan kekuatan yang tidak melukai, tapi cukup membuat jantungnya berdebar lebih kencang.
Aroma hangat dari kulit dan sedikit keringat memenuhi udara, bercampur dengan wangi kayu dari perabotan yang tertata rapi di sekeliling mereka. Ruangan itu terasa hidup, meski tak ada suara lain selain dengungan mesin dan suara pukulan berirama pada tubuh Bravo.
Namun, saat alat itu mulai menghantam scrotum-nya dengan irama yang konstan, melawan setiap harapan dan niatnya, rasa nyeri itu seperti membawa dirinya ke tempat yang lebih dalam—ke ruang yang berisi kenangan samar, ingatan yang terkubur jauh di dalam memori. Di sela-sela setiap pukulan, bayangan masa kecilnya perlahan muncul, saat ia pertama kali menyadari bahwa menjadi laki-laki yang "kuat" berarti harus menelan semua rasa sakit, menyembunyikan setiap kelemahan. Setiap pukulan seakan menghidupkan kembali gema suara ayahnya, mengingatkan bahwa kelemahan tak pernah diizinkan, bahwa kerentanan adalah dosa bagi pria yang berharga.
Di atasnya, Sakti memperhatikan dengan mata yang penuh konsentrasi, menikmati setiap gerakan kecil dari tubuh Bravo yang mencoba merespon nyeri tersebut. Bagi Sakti, ini adalah pengalaman unik, sebuah kepuasan yang ia temukan dalam memegang kendali atas tubuh besar dan berotot itu. Tarikan napas Bravo yang mulai terputus-putus, goncangan kecil pada otot-otot perutnya, serta gumaman lirih yang terdengar penuh kepasrahan—semua ini memberi Sakti perasaan kuasa yang mengalir deras, memuaskan namun tetap memintanya untuk lebih.
Alat itu terus bekerja dengan kejam, tiap hentakannya tak hanya menghantam tubuh Bravo, tetapi juga keteguhan mentalnya
Bayangan ayahnya, seorang pria disiplin yang tak pernah menerima kelemahan, muncul di benaknya, dengan nada dingin yang tak mengenal kompromi: "Kamu harus lebih kuat dari ini, Bravo. Seorang pria tak kenal kata lelah."
Bagi Bravo, nyeri ini adalah ujian—sebuah cara untuk menguatkan dirinya seperti yang dituntut ayahnya, seorang tentara yang tak pernah memberi ruang untuk kesalahan. Setiap kali alat itu berputar dan menghantam scrotumnya, kenangan itu seolah menghidupkan perasaan takut dan bangga yang bertolak belakang.
Ia merasa, dalam diamnya, sedang menguji batas ketahanan dirinya untuk membuktikan bahwa ia adalah pria yang sesuai dengan ekspektasi tersebut. Di dalam nyeri yang konstan ini, Bravo berusaha keras untuk mempertahankan kontrol, meskipun mulai ada bisikan di dalam dirinya yang meragukan apakah semua ini adalah kekuatan atau hanya pelarian dari tuntutan masa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD BOY
RomanceHomophobic dilarang baca. Warning: BDSM: Hargai dan hormati batasan serta keinginanmu sendiri. Jika ada elemen dalam BDSM yang terasa tidak nyaman atau tidak sesuai dengan nilai-nilaimu, jangan ragu untuk menghindarinya. Dalam spin-off yang membara...