7. Rose Garden

328 31 4
                                    

⛧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aamon menatap tak percaya pada selembar kertas yang berisikan data pribadi milik Natan. Pipinya pucat pasi dan buliran keringat mengalir melewati pelipisnya. Jantungnya seakan telah berhenti berdetak dalam seperkian detik, membuatnya semakin dilanda akan kegelisahan.

Dengan begitu ia meletakkan kembali lembaran yang terlihat kusut diatas meja. Aamon duduk bersandar di kursi kerjanya. Pikirannya berpadu menjadi satu seperti benang kusut yang sulit untuk diuraikan.

Natan adalah beta.

Sebuah fakta yang membuat hatinya bergejolak hebat.

Banyak hal-hal yang membuat Aamon bertanya-tanya, benarkah?

Benarkah dirinya menjadi gila hingga salah mengira Natan sebagai omega?

Benarkah yang Natan katakan saat itu, bahwa Aamon telah melakukan penyerangan?

Aamon mendongak dengan putus asa. Desahan frustasi kian melengos dari bibirnya. "Sungguh?" monolognya.

Suara-suara bising dari luar mendadak senyap membuat Aamon tenggelam dalam kesunyian. Dahinya berkerut dengan sangat buruk, menandakan bahwa sang empu tengah memikirkan sesuatu yang serius.

Wajahnya berubah warna menjadi hitam, merah dan hijau secara berturut-turut— seperti sedang menaiki wahana yang menguji adrenalin. Bibirnya terkatup rapat seolah ada perekat yang berusaha menghentikan Aamon untuk mengucapkan hal-hal bodoh.

Natan terlihat cantik malam itu.

Sepenggal adegan panas yang melibatkan Natan dan dirinya terulang kembali didalam benak seperti rentetan episode dalam film dewasa.

Mata Natan terlihat sembab dengan buliran bening yang mengalir membasahi pipinya, mulutnya terbuka sedikit guna mengeluarkan suara-suara ambigu yang menggairahkan, ciuman panas bertaut dan juga sensasi saat kejantanannya dijepit membuat Aamon menggeram seperti seekor binatang. Aamon akan dengan senang hati memuji Natan disela aktifitasnya menggunakan kata-kata yang cabul.

Mengingat hal yang tidak senonoh membuat Aamon merasa malu, wajah hingga daun telinganya memerah seperti tomat. Aamon segera menutupi wajah buruknya menggunakan kedua tangan.

Aamon bergerak tak nyaman saat bagian bawahnya terasa sesak. Ia menunduk, memperhatikan gundukan napsu yang muncul diantara kedua kakinya. Melihat hal itu Aamon segera menampar dirinya sendiri, cukup keras hingga meninggalkan bekas kemerahan yang membentuk telapak tangan seseorang.

"Binatang tercela."

⊱ ━━━━.⋅ ♔ ⋅.━━━━ ⊰


Di bawah naungan pohon yang rindang, ketiga mahluk berjenis berkelamin pria terlihat sedang berlindung dari teriknya matahari yang membakar kulit.

Gusion, Natan dan Max berada disana.

Gusion melirik ke arah Natan. Beta itu terlihat sibuk berkutat dengan kelima buku yang ditumpuk menjadi satu. Sedangkan Max tertidur pulas tak jauh dari tempat Natan berada.

[BL] DUKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang