2

754 91 5
                                    

Bibirnya mengerucut, mata kecilnya semakin kecil dengan beberapa kerutan yang menandakan sang empunya tengah menahan kesal. Sutsujin tengah menyelam dalam social media, melihat video-video buatan penggemar yang menampilkan dirinya bersama sang kekasih. Bukan, bukan itu yang membuat dirinya kesal, tetapi komentar yang dilayangkan. Memang banyak yang mendukung kedekatan mereka hingga menginginkan mereka menjadi sepasang kekasih, namun berbagai komentar yang menyerang juga menghujani kolom komentar.

'Stop membuat konten seperti ini. Rinz kami tidak menyimpang.'
'Rinz straight, sekalipun tidak mana mungkin ia mau dengan Sutsujin🥱'
'Aku setuju, ia pasti akan mencari yang lebih baik. Lihatlah wajah tampannya dan punggung lebarnya yang menawan tanpa kain.'
'Apa maksudnya? Sutsujin tidak baik? Begitu? Sutsujin kami tampan, manis, senyumnya lucu, ia yang terbaik.'
'Betul! Bukankah Rinz yang beruntung mendapatkannya?'
'Cih, Rinz kami lebih dari Sutsujin kalian. Sekalipun mereka bersatu (yang adalah tidak mungkin), pastilah Sutsujin yang menggodanya.'

Sekilas Sutsujin senang karena Rinznya dipuji, namun detik berikutnya terlihat guratan cemburu karena bisa-bisanya mereka membahas punggung kekasihnya. Sutsujin akui punggung kekasihnya sangat menawan untuk dilihat. Tidak banyak otot yang terlihat namun lebar dan terlihat gagah. Sial, padahal baru sekali ditunjukkan pada publik tapi seluruh atensi langsung tertuju.

Detik berikutnya raut sedih yang terlihat, apakah dirinya memang seburuk itu hingga tidak layak bersanding dengan kekasihnya?

Raut sinis menyeruak. Apa katanya? Dirinya yang menggoda Rinz?

Kilasan balik mengenai Rinz yang mengejarnya bermunculan di ingatannya. Rinz yang berusaha untuk mengajaknya berbicara pada setiap kesempatan, Rinz yang mencoba berkali-kali untuk membuatkannya susu dari yang rasanya tidak enak hingga akhirnya sesuai dengan seleranya, Rinz yang selalu mengantarnya kemanapun dirinya butuh tumpangan, Rinz yang.. ahh sudahlah.. banyak yang telah Rinz lalui demi mendapatkan hatinya.

Ingin rasanya ia menampar mereka semua dengan balasan yang sesuai dengan fakta yang ada, tapi tidak mungkin. Image mereka akan rusak dimata publik. Pro player homo? Yang benar saja, RRQ sudah pernah mendapatkan berita miring seperti ini, Sutsujin tidak mau dirinya dan kekasihnya menjadi tokoh berita selanjutnya dengan topik yang sama.

Sutsujin terdiam memikirkan ketidaklayakannya bersanding dengan sang kekasih. Rinz rela melakukan apapun untuk dirinya sedangkan dia hanya menerima hujan kasih kasing sayang dari si tinggi.

Rinz masuk ke kamar dengan pelan, mungkin saja pacarnya sedang tertidur. Ketika masuk pandangannya tertuju pada kekasihnya yang sedang terduduk menyandar pada tembok dengan jempol yang sibuk mengganti video tapi pandangannya terlihat kosong.

Menyisir ruangan, di kamar ada Dyren yang sedang dalam panggilan dengan keluarganya dan Skylar yang sedang memainkan telepon genggamnya dengan earphone yang terpasang. Sibuk dengan urusan masing-masing.

"Oi, Lekkk. Sini dulu kau, ada nenek ku ini. Sapa dulu." Dyren dengan semangat menunjukkan layar hpnya kepada Rinz.

"Hallo, neneknya Dyren." Sekedar menyapa disertai senyum sopan. Dyren dengan peka langsung mengarahkan hpnya kembali ke dirinya. Rinz melangkah kembali ke tempat tidurnya dan menyamankan diri disana.

"Itu si Rinz, nek. Nek, aku mau pergi dulu ya, ada janji sama teman. Nanti malem mau latihan aku." Dengan itu telepon terputus.

"Rinz, Sutsujin, pergi dulu aku ya." Rinz menanggapi dengan lambaian dan ucapan hati-hati. Sedangkan Sutsujin, Ia masih tenggelam dalam pikirannya. Rinz menyadarinya, merasa ada yang aneh.

"Pergi dulu aku ya, Lekk. Nanti sebelum latihan udah balik aku." Pamit Dyren kepada Skylar setelah mendapatkan perhatian Skylar padanya. Skylar mengangguk dan Dyren melangkah pergi.

Skylar agaknya heran melihat Dyren, Dyren jarang keluar tanpa dirinya, lagi pula semangat macam apa itu? Siapa yang akan ditemuinya? Menepis pemikirannya, Skylar berjalan turun hendak bermain keluar GH.

"Pergi dulu aku ya, Lekk." Pamit Skylar sambil mengambil jaketnya dan berlalu.

Kehadiran Rinz hingga kepergian Skylar memakan waktu yang cukup lama, tapi Sutsujin tetap diam, sibuk dengan pikirannya. Rinz bingung dan memutuskan untuk menghampiri kekasihnya karena tersisa mereka berdua di kamar.

"Sayang, kenapa?" Mengelus pelan kepala Sutsujin, membuatnya tersadar dari pikirannya yang berisik.

"Kamu kenapa bengong dari tadi? Ada yang kamu pikirin?" Sutsujin terdiam, jika sudah seperti ini bohong pun percuma. Pacar tingginya itu mengenal dirinya dengan baik. Sutsujin menceritakan apa yang terjadi, komentar-komentar yang memenuhi pikirannya.

"Maaf ya aku belum bisa jadi pacar yang baik." Lirih Sutsujin dengan kepala tertunduk dan air mata yang siap keluar. Rinz marah, jelas, melakukan segala cara untuk membahagiakan Sutsujin lalu sekarang orang lain melukai pacar kecilnya dengan mudahnya? Senyum yang dia usahakan dihancurkan oleh komentar sampah dari orang yang bahkan tidak dikenal. Tapi Rinz harus menekan amarahnya, mengembalikan senyum Sutsujin adalah prioritasnya.

"Sayang, sini liat aku." Rinz meraih wajah Sutsujin dan mengangkat dagunya perlahan. Air mata berlomba-lomba keluar dari mata kesayangannya.

Tersenyum menenangkan sambil mengusap air mata yang keluar dari mata Sutsujin. "Sayang, kamu berharga. Kamu lebih dari layak. Aku lakuin berbagai macam cara hingga akhirnya kamu jatuh hati, aku yang beruntung punya kamu. Lelaki tangguh dengan sejuta luka di masa lalu yang ga berhasil jatuhin kamu."

"Kamu adalah sebaik-baiknya tempatku berlabuh. I love you, baby Suji." Menarik dagu pacar kecilnya, Rinz menyatukan belah bibir mereka. Merasakan lembutnya bibir Sutsujin yang bercampur dengan rasa asin dari air mata si kecil yang kembali mengalir haru.

Sutsujin melepaskan penyatuan bibir mereka. Menatap kedalam mata Rinz dan menemukan ketulusan dalam tatapannya. Cinta mereka setara. Sama dalamnya, sama besarnya. "I love you too, giant." Mengalungkan tangannya pada leher Rinz dan kembali mencium bibir pacar besarnya.

Sutsujin benar merasa dicintai. Ia layak, layak bersanding dengan pacar besarnya.

Ciuman mereka berlanjut, menutup mata  menikmati pagutan yang tercipta, menyalurkan cinta mereka yang hangat. Rinz membawa tubuh Sutsujin berbaring tanpa melepaskan pagutan mereka. Menjadikan lengan kirinya sebagai bantalan untuk si kecil dan tangan kanannya yang setia mengelus pipi Sutsujin.

Ciuman mereka terhenti. Rinz membuka matanya mendapati Sutsujin yang tertidur karena kelelahan menangis. Terkekeh kecil melihat tingkah lucu pacarnya. Tangan kanannya dibawa untuk mengelus punggung kekasihnya.

"Tidurlah sayang, akan kubangunkan sebelum yang lain datang." Mencium kening Sutsujin, Rinz kembali menikmati pahatan indah di depannya.

Secret Love Song (Natal x Selatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang