3

732 103 11
                                    

Rinz muak, jadwal mereka dua hari ini sangat padat membuatnya tidak memiliki waktu berdua dengan si kecil. Terlebih lagi semua member seakan-akan menjauhkan dirinya dari Sutsujin. Semua sibuk menempeli Sutsujin, nampak seperti lintah yang tidak bisa lepas dari kulit. Sial, Rinz benci ini.

Seperti saat ini, mereka sedang istirahat setelah melakukan scrim sebagai persiapan pertandingan esok hari, maka secepat mungkin Rinz mendekat kearah Sutsujin dan menoel perutnya.

"Gimana, koh? Aman scrimnya?" Sutsujin hendak menjawab pertanyaan Rinz namun teriakan Dyren lebih dulu terdengar.

"BABY UJINNN." Dyren bersandar pada bahu kanan Sutsujin, menimbulkan raut tidak suka pada wajah Rinz. Sutsujin hanya bisa menghela pasrah.

"Ngapain kau nyender-nyender, berat kau, kasian Ujin." Sewot Rinz. Dyren menatap Rinz heran. "Kok atur-atur kau? Arthur aja diam." Sutsujin tersenyum tipis kearah Rinz, merasa tidak enak.

"Kohhhh, liat ini teman ku pendo kali." Rinz semakin gondok melihat kedatangan Hazle yang langsung menyender di bahu kiri Sutsujin dan menunjukkan drama yang terjadi di ruang obrolan kelasnya. Sial sial sial. Makin-makin sudah dirinya tidak bisa mendekat pada si kecil. Sutsujin memperhatikan cerita Hazle sambil melirik kearah Rinz yang sudah menjauh, benar-benar merasa tidak enak. Tapi mana mungkin dia bisa keluar ditengah-tengah pembicaraan dengan Hazle dan Dyren.

Waktu istirahat selesai, scrim dilakukan kembali untuk mempertajam kemampuan mereka dan dilanjut masukan dari bang Khezcute dan ko Kep. Rinz mengalami banyak blunder, benar-benar tidak fokus, moodnya buruk, berbagai masukan dan teguran ditujukan padanya. Rinz hanya mendengarkan, paham bahwa kali ini dia sangat tidak professional, membaurkan urusan pribadinya kedalam permainannya.

Pukul 3 pagi, semua terlelap tapi Sutsujin tetap dengan mata terbukanya menatap tembok. Dengkuran-dengkuran kecil mulai bersahutan, Sutsujin bangkit dan berjalan kearah tempat tidur kekasihnya karena semua sudah tidak sadarkan diri. Menyelinap ke dalam selimut pacar tingginya membuat si tinggi merasa terusik. Rinz membuka matanya, menatap si kecil bingung bercampur dengan perasaan senang atas presensinya.

"Kenapa, Sayang?" Si kecil tidak menjawab, mengalungkan tangannya pada leher pacar tingginya dan menenggelamkan kepalanya pada dada bidang pacarnya, nyaman sekali. Bukan hanya Rinz yang rindu, ia juga. Merindukan suara lembut, senyum menenangkan, pelukan hangat, harum tubuh, celotehan acak, dan segalanya yang hanya Rinz tunjukkan dan tujukan pada dirinya.

Sutsujin mulai mengecup acak dada Rinz yang masih dilapisi dengan kain. Rinz menghangat, mengetahui bukan hanya dirinya yang merindu. Melihat usaha si kecil dalam memperbaiki keadaan mereka yang terdapat retak samar, tak terlihat, akibat rindu yang tak tersalurkan. Tangannya menyelip masuk kedalam baju Sutsujin, mengelus punggung si kecil tanpa halangan apapun.

Tanpa kata mereka saling menyalurkan afeksi. Saling mengerti atas apa yang terjadi. Berbagi kehangatan, menyalurkan kerinduan. Menikmati cinta tanpa kata yang hanya dapat dimengerti oleh keduanya. Mereka terlelap, dalam rindu yang mengudara, terkikis kalah di bawah cinta kasih keduanya.

Sutsujin terbangun akibat cahaya matahari yang berusaha masuk melewati celah tirai penutup jendela. Menyingkap selimut Rinz dengan pelan, takut-takut ada yang bangun lebih dulu dari dirinya. Melihat situasi yang aman, segera dirinya mencuci muka dan turun mencari sarapan setelah mencium kening kekasihnya yang masih tertidur lelap.

Perasaannya baik, sangat baik, karena apa yang terjadi semalam. Tidak sia-sia usahanya menahan kantuk demi kekasihnya. Ia bertaruh kekasihnya akan bangun dengan suasana hati yang sama dengannya. Memikirkan itu membuat Sutsujin tersenyum.

"Koh, senyum-senyum sendiri ihh." Berubah datar, Sutsujin langsung menatap Dyren yang semakin bingung karena perubahan wajah Sutsujin.

"Langsung berubah mukaknya. Jangan galak-galak, koh. Mau tanding kita hari ini." Sutsujin hanya diam dan berlalu, duduk di ruangan scrim menunggu yang lain. Pertandingan nanti sore mengharuskan mereka melakukan scrim terlebih dahulu di pagi hari, jadi seharusnya sebentar lagi semua akan bangun dan berkumpul di ruangan ini. Dyren hanya diam mengelus dadanya, 'astaga, dingin kali kohh'

Sutsujin mengulum senyumnya, Rinz sudah back on track, kembali memberikan hasil scrim yang memuaskan.

RRQ Hoshi kembali ke GH setelah memenangkan pertandingan tanpa memberikan musuh mencuri poin. Semua bekerja sama dengan baik, try hard dan komunikasi yang lancar. Mereka berencana makan di luar hari ini.

Menunggu giliran menggunakan kamar mandi, semua menetap di dalam kamar, tidak ingin kecolongan antrian. Sutsujin yang sudah selesai lebih dahulu duduk di tempat tidurnya menatap telepon genggamnya dan kemudian melirik ke arah Rinz. Pacarnya itu mengajaknya ke smoking room melalui ruang obrolan. Sutsujin segera berlalu sebagai tanda menyetujui ajakan Rinz.

Si kecil sampai dan tak lama di susul pacar tingginya. Rinz tersenyum lebar duduk di sebelah Sutsujin. Meraih tangan si kecil dan mengecupnya.

"Emang boleh se gemes itu tingkahnya?" Tersenyum usil mengungkit kejadian semalam membuat si kecil memalu. Rinz tersenyum gemas, mencubit pelan pipi si kecil.

"Apasih, aku cuman ga mau RRQ kalah karena mood kau." Rinz mengangkat sebelah alisnya, 'Dasar tsundere'

"Ohhh, jadi bukan karena kangen aku? Okelah, Kohh. Cukup tau aku." Menurunkan tangan Sutsujin, Rinz bersedekap dada, dan memalingkan pandangannya. Sutsujin kelabakan.

"Ga gitu, sayaang." Rinz tersenyum tanpa terlihat si kecil. Sayang katanya? Aduh, di padupadankan dengan suara mendayu? Aduh, double kill bagi si tinggi.

Sutsujin meraih rahang kekasihnya, memalingkan kearahnya hingga menampilkan wajah Rinz yang tak mampu menyembunyikan senyum merekahnya.

Dia terlalu salah tingkah! Head over heels hanya untuk si kecil.

Sutsujin terkekeh, lemah sekali kesayangannya ini. Dielusnya pipi pacar tingginya dengan sayang, menatap matanya, mengarungi kasih sayang yang terpancar tulus. Sutsujin membubuhkan kecupan pada kening kekasihnya, cukup lama hingga terdengar teriakan dari luar.

"Rinz, mana kau pendo? Dah kosong kamar mandi itu." Maka Rinz secepat kilat membalas kecup pada kening si kecil dan pergi ke kamar untuk bersiap.

2 hari sialan yang terbayarkan.

————————————-

Kasih tau gweh kl tulisan gweh g enak di baca ya readers sekalian. Sangat menerima kritik dan saran yang membangun dan ga sewot. Luph yuh

Secret Love Song (Natal x Selatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang