4.2

714 118 36
                                    

Sutsujin tidak terbiasa dengan ini. Rinz hanya melewatinya dan menganggapnya angin lalu kala mereka hanya berdua dalam satu ruangan. Ketika RRQ Hoshi melakukan aktivitas bersama, Rinz dengan mudahnya membangun percakapan dengan dirinya dan berlalu ketika aktivitas mereka selesai. Rinz memainkan perannya dengan sangat apik.

Sutsujin ingin sekali mendekap pria tinggi itu dan meminta maaf, namun bayangan dirinya menepis tangan Rinz membuat nyalinya menciut, takut ia akan diperlakukan sama.

"Koh, makan malem di luar yuk, bosen sama makanannya." Sutsujin mengangguk menyetujui ajakan Idok.

Mengantongi ijin dari Skylar, mereka melaju menuju rumah makan langganan menggunakan Goda. Angin malam menerpa kulit mereka, memberikan sensasi dingin yang Sutsujin harap mampu mendinginkan pikirannya juga.

"Mie goreng seafood satu, nasi goreng seafood satu, sama es teh manis dua. Makan sini ya bang." Pelayan berlalu setelah memastikan kembali pesanan Idok dan Sutsujin.

"Tumben dok." Sutsujin membuka pembicaraan. "Bonding aja, Thur. Mempererat roamer sama jungler." Idok tersenyum, mencolek dagu Sutsujin main-main.

"Besok scrim. Aman, Thur?" Mengangguk mantap, menghentikan gelengan tak yakin yang sebenarnya ingin ia berikan sebagai jawaban. "Aman aja itu."

"Sama yang lain aman aja kan, Thur? Kayaknya agak kembali ke setelan awal kau." Nadanya masih main-main, tapi Sutsujin tahu ada yang berusaha Idok gali. "Social batterynya lagi abis aja. Lu kali yang ga aman." Terkekeh menutupi rasa canggung yang mulai hadir, Sutsujin mengutuk dalam hati, 'Alah tolol, ga bisa acting gua.'

"Gua mah aman, Thur." Idok menangkap nada canggung yang dikeluarkan Sutsujin. Berusaha membuat keadaan tetap santai, Idok mulai mengganti topik.

"Main kemaren tuh asik juga ya, tapi panas kali." Sutsujin mengangguk. "Lumayan, tapi emang cuaca sekarang parah banget."

"Lu enak, Thur. Panas jadi merah, gua panas jadi areng." Arthur terkekeh, "Turunan, cok."

"Kemaren main ada yang nyantol ga sama lu?" Sutsujin tersenyum kecil. "Apalah, Dok. Ga ada. Lu kali." Nyantol apaan, yang ada masalah yang nyantol di hubungannya.

"Syalma aja nyantol sama Rinz, masa lu kalah, Thur." Seperti roller coaster, mood Sutsujin dibuat naik turun oleh Idok. Mau nangis aja rasanya, kenapa Idok harus mengangkat topik sialan ini, pikirnya.

"Syalma aja yang nyantol, Rinznya enggak. 'Kan udah nyantol sama lu." Idok menaik turunkan sebelah alisnya, menggoda Sutsujin. Bukannya membuat keadaan tetap santai, Ia malah memancing Sutsujin.

Sutsujin terdiam, otaknya terlalu ribut dan ia tak mampu menangkap satu kata pun yang lewat di pikirannya. 'Kenapa Idok bisa tahu? Apakah Rinz yang cerita? Tapi, mereka sudah sepakat untuk tidak memberitahukan siapapun. Sial, apa memang dirinya dan Rinz terlalu mudah di baca?'

"Apaan sih tolol, temen aja."

Idok senderkan punggungnya dengan nyaman, meneliti raut wajah Sutsujin.

"Elak aja kau, Rinz dah cerita sama aku." Sutsujin berusaha mengontrol ekspresinya, harusnya ia sudah menduga, dua aceh yang saling berbagi. Tapi sejujurnya ia yakin Rinz tak akan menceritakan hubungan mereka, He's a man with his words.

"Yaudah, sesuai ceritanya itulah. Kami cuma temen, perasaan dia jadi urusan dia. Selagi dia ga lewat batas, kami akan tetep temenan." Idok masih ingin menggali, tapi nada Sutsujin terdengar meyakinkan. Jika memang hanya sebatas ini yang mau Sutsujin buka, maka Idok akan menghargai batasan yang Sutsujin ciptakan.

Idok kembali mengulas senyum. Senyum jail yang ditunjukkannya membuat Sutsujin heran, ada yang tidak beres, apakah Idok belum puas dengan jawabannya?

"Sebenernya Rinz ga cerita apa-apa sih." Sial.

Secret Love Song (Natal x Selatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang