💚Simbol Rahasia Peninggalan Raja Deshert

29 2 0
                                    

Simbol Rahasia Peninggalan Raja Deshert

Alhaitham yang malas keluar rumah itu tiba-tiba melakukan perjalanan ke padang pasir sendirian. Kaveh menceritakannya pada Tighnari dengan semangat membara seakan-akan matahari telah terbit dari barat.

Tighnari mendengarkan sambil tersenyum. Collei di sebelahnya tersenyum lebih cerah lagi. Seperti ibu dan kakak perempuan yang menyaksikan adik bungsu mereka jatuh cinta.

Collei awalnya heran mengapa Kaveh selalu menyebutkan Alhaitham bahkan jika orangnya tidak ada di sekitar.

Tighnari memberitahunya saat itu, "Yah, tidak ada makan malam dengan kaveh, kecuali beberapa kata tentang Alhaitham."

Sejak itu Collei paham dan mengamati dalam diam.

Kaveh, "Dia pergi sangat pagi dan aku belum membuat sarapan, tidak ada yang akan tahu apakah dia akan mati karena kepalaran di jalan!"

Kaveh sepertinya menyadari sesuatu yang tidak boleh disebut dan menambahkan dengan panik, "Ma-maksudku rumahku dekat dan biasanya aku mampir untuk melihatnya."

Semakin ingin menjelaskan, maka akan semakin mencurigakan. Tighnari dan Collei tersenyum dan kata 'Ya, ya, terserah apa katamu saja' tertulis di wajah mereka.

Melihat wajah keduanya, Kaveh terbatuk canggung, "Lagian bukankah murah jika dia pergi denganku? Kami bisa membagi biaya perjalanan menjadi dua, kan? Apa salahnya membawaku? Tidak seperti aku menyusahkan."

Dari awal nama Alhaitham tidak disebutkan, tapi Tighnari dan Collei jelas tahu siapa 'Dia' yang dimaksud Kaveh.

Semakin Collei mendengarkan, semakin ia ingin mengonfirmasi sesuatu, "Kaveh, mengapa dari semua kata yang ku dengar darimu, lebih seperti kau mengkhawatirkannya?" Bahkan terdengar sedikit merindukan Alhaitham.

"A-apa maksudmu? Me-mengapa aku mengkhawatirkan pria anti sosial itu? Bagus, bagus! Biarkan dia menetap di padang pasir sendirian dan lebih baik tidak kembali!"
.
.
.

"Dehya?"

"Oh Tighnari, Hai"

"Halo. Apakah ada sesuatu?"

"Oh tidak, hanya urusan kecil"

Keduanya tidak memiliki topik menyenangkan untuk dibahas dan terdiam. Kemudian Dehya mengingat sesuatu, "Apakah Kaveh pindah rumah?"

Tighnari tidak tahu kenapa pembahasan tiba-tiba menjadi Kaveh tapi setahu Tighnari, Kaveh masih berada di kota Sumeru tiga hari yang lalu, karena saat itu mereka masih makan bersama Collei, "Seharusnya tidak?"

Tighnari sedikit ragu, "Mengapa bertanya?"

"Hanya saja, aku melihatnya di Caravan ribat selama tiga hari ini, memandang ke arah padang pasir."

'Seperti, seperti hewan malang yang menunggu kepulangan tuannya.' Dehya tidak mengatakannya lanjutannya dengan keras.

Setiap kali ada karavan yang datang ia akan mendekat dan bertanya-tanya, jika ada karavan yang akan pergi ia akan menitip pesan. Sekilas memgingatkan Dehya pada dongeng anak yang pergi merantau dan tidak kembali sedangkan sang Ibu menunggu di pelabuhan setiap hari.

Sebentar, dongeng dari mana itu?

Dehya melihatnya beberapa kali dan tidak tahan lagi, "Apa kau benar-benar tidak butuh bantuanku?" Dehya sudah menawarkan bantuannya sejak awal bertemu namun Kaveh menolak dengan ragu, mungkin akan ada perubahan jika bertanya setelah tiga hari, kan?

Kaveh, "Ku dengar kau ingin ke kota Sumeru bertemu Dunyarzad?"

Dehya tidak menolak ataupun mengiyakan. Namun Kaveh sudah tahu bahwa ia benar. Kaveh sendiri tidak tahu dari mana kekuatan untuk pergi jauh ke Caravan ribat datang, saat ia sadar, ia sudah memandang padang pasir itu.

[BL] GENSHIN AND HSR OTPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang