Chapter 1(Bagian 2) : Primadona Sekolah

27 17 5
                                    

-
-
-

Selamat menikmati

-
-
~~~

Akhirnya setelah lama waktu kami menatap buku pelajaran, sekarang sudah waktunya jam istirahat.

Seperti biasa, aku dan Hamzah makan di kantin, kami berdua memesan mie ayam seperti biasa karena itu adalah langganan kami.

"Hei Leo, bagaimana? Kau sudah dapat nomornya belum?" Hamzah bertanya kepadaku dengan nada berharap.

"Hei apa-apaan matamu yang penuh harapan itu. Mana mungkin aku mau minta kan? Karena itu buang-buang energiku."

"Yah kamu mah tidak keren. Kalau aku sudah aku minta dari awal masuk."

Dan primadona sekolah itu pun masuk ke lingkungan kantin sekolah yang membuatnya dilihat oleh banyak orang karena kepolulerannya.

"Lihat itu, akhirnya sang primadona datang."

Aku tidak peduli dan hanya melanjutkan makan siangku yang terlihat sangat enak.

Tapi, Putri juga terlihat gelisah karena dia melihat semua tempat duduk sudah penuh, hanya ada satu yang tersisa yaitu tempatku dan Hamzah.

Dia pun menghampiri tempat duduk kami karena tidak ada tempat duduk yang tersisa.

"Eh kamu kalau tidak salah Leo kan? Teman sekelasku tadi? Karena semua tempat duduk sudah penuh, boleh tidak aku duduk di tempat kalian?" Dia bertanya dengan nada penuh harapan.

"Ya, silahkan."

Kalau sudah begini bagaimana caraku menolak. Tapi tidak apa-apa, karena ini juga sepertinya bisa membuat Hamzah senang.

Dan sekarang saja mukanya jadi kosong karena tidak bisa berkata-kata.

Tapi anehnya orang ini malah duduk disebelahku padahal disebelah Hamzah juga kosong. Mungkin karena dia belum mengenalnya.

"Kalau temanmu ini, namanya siapa?"

"Woi Hamzah bangun! Merenung ae lu daritadi. Lihat tuh Putri nanya."

Hamzah pun tersadar dari kondisinya yang merenung selama satu menit.

"Eh i-iya. Nama saya adalah Hamzah. Saya temannya Leo dari kecil."

"Wah kalian sudah menjadi teman dari kecil ya."

"I-iya Putri."

Orang ini, kenapa dia jadi gugup begini? Padahal Putri itu juga manusia biasa sama seperti dia. Bisa-bisanya hanya karena satu tempat duduk dia jadi gugup.

Dan sepertinya aku harus pergi dari sini untuk membuat Hamzah semakin gugup. Tapi ini juga baik untuknya karena dia menyukai Putri kan?
Lagipula, makananku juga sudah habis jadi tidak ada alasan lagi bagiku untuk menetap di tempat ini.

Saat aku berdiri, Hamzah menatap mataku dengan ekspresi yang sepertinya itu campuran antara senang dan gugup, aku paham sekali.

"Woi Leo, kamu mau kemana?" Tanyanya.

"Ya mau ke kelaslah. Makananku sudah habis jadi mau ngapain lagi aku menetap di tempat ini."

"Tidak bukan begitu-"

"Udah ya, kalian bisa ngobrol tuh berdua, aku ke kelas dulu."

Aku pun berdiri dan meninggalkan tempat duduk itu. Dari jauh aku melihat kalau posisi badan Hamzah jadi agak gugup dan kakinya gemetar saat Putri mengajaknya berbicara.

"Biasakanlah dirimu, Sobat." Aku mengiriminya pesan melalui chat dan aku pun meninggalkan kantin.

**********

Sementara Leo meninggalkan Hamzah berdua dengan Putri yang katanya primadona sekolah. Dan saat ini kondisi Hamzah benar-benar gugup.

Bagaimana tidak? Dia bahkan jarang sekali berinteraksi dengan perempuan. Bahkan selama kelas satu dan kelas dua dia tak pernah terlihat berkomunikasi dengan murid perempuan kecuali kalau ada urusan penting seperti tagihan uang kas.

"Hei. Nama kamu hanya Hamzah ya? Masa tidak ada tambahan sih. Padahal kalau ada tambahan mungkin nama kamu bakal keren."

Terlihat kalau Hamzah masih gelagapan dalam membalas kaliamt Putri.

"I-i-ya be-gitulah Putri."

"Ngomong-ngomong, kok kamu bisa berteman dengan Leo? Padahal aku lihat Leo itu seperti tidak tertarik dengan orang lain. Bisa-bisanya kalian akrab."

"Eh-eeeee i-tu karena k-kami dari kecil sampai sekarang selalu satu sekolah."

Setidaknya nada bicaramu tuh diperbaiki dulu Dibu! Kalau ada Leo dekat mereka pasti dia mengatakan itu.

"Oh begitu ya. Jadi sifat Leo dari dulu sampai sekarang itu tidak berubah?"

Dan kali ini Hamzah hanya mengangguk karena sepertinya tidak sanggup lagi mulutnya untuk mengeluarkan penggalan kalimat.

"Tapi, meskipun sepertinya dia cuek, dia adalah orang baik kan bukan orang jahat?" Tanya Putri kepada Hamzah.

Dan kali ini Hamzah masih mengangguk saja dalam menanggapi pertanyaan dari Putri.

Lalu bel masuk pun berbunyi dan makanan Putri juga habis. Tapi, Hamzah masih belum karena dia terlalu gugup untuk menghabiskan makanannya.

"Eh bel masuk kelas sudah berbunyi tuh. Aku duluan ya!!"

Putri pun melambaikan tangan ke arah Hamzah dan meninggalkan kantin.

"Momen ini tidak akan pernah aku lupakan selamanya."

Lalu Hamzah pun langsung memakan mie ayamnya dengan lahap karena bel masuk sudah berbunyi. Tapi, sepertinya dia akan sedikit terlambat dan itulah kenyataannya.

Saat dia masuk ke kelas guru sudah memulai pelajaran. Akhirnya, Hamzah dihukum oleh guru untuk berdiri sambil memegang ember berisi air diluar kelas. Di jam terakhirnya.

"Jam terakhir? Jadi sekarang saya masih bisa masuk pak?" Tanya Hamzah.

"Iya. Tapi di jam terakhir nanti menjelang pulang, atau sekitar tiga puluh menit lagi kamu akan menjalani hukumanmu."

"Siap pak."

Hamzah pun segera duduk di tempatnya dan langsung membuka buku tanpa ragu karena menurutnya itu adalah anugerah.

Leo : Dia yang Seorang IdolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang