Chapter 1

39 23 0
                                    

Jaemin selalu menjadi orang yang menghindari hujan. Suara gemuruhnya membuat jiwanya merasa terkurung, dan air dingin yang mengalir terasa seperti beban untuk raganya. Perasaan murung selalu menguap dari dalam tubuhnya ketika lembabnya hujan mulai menyelimuti. Ia lebih suka cuaca cerah yang membawa kehangatan dan keceriaan. Namun, semuanya berubah ketika ia bertemu Jeno.

Jeno adalah sosok yang positif dan penuh semangat. Saat mereka mulai berkencan, Jeno sering mengajaknya keluar pada hari yang mendung. Entah hanya untuk sekedar berjalan, menikmati makanan berkuah yang ada di pinggir jalan, atau yang paling ekstrim untuk Jaemin adalah menari di bawah hujan. Semua tidak pernah berubah hingga keduanya resmi menikah.


“Sayang, hujan sudah turun, ayo kita bermain genangan air di depan rumah!”

Jaemin tidak pernah bisa menolak ajakan Jeno yang antusias, meski sangat kekanak-kanakkan menurutnya. Walau terpaksa, nyatanya Jeno selalu berhasil membuat Jaemin menikmati kegiatan mereka di tengah hujan. Keduanya bergandengan tangan, berlari ke luar rumah. Jeno mulai tertawa saat air hujan membasahi rambut dan pakaiannya, yang mana hal itu menular pada Jaemin. Jeno mengajaknya melompati genangan air, dan dalam momen itu, untuk pertama kalinya, Jaemin merasa nyaman dengan hujan.


Ia menyadari bahwa hujan bukanlah sesuatu yang buruk. Mereka berdua berputar-putar di bawah langit kelabu, dan Jeno mulai mengatakan sesuatu.

“Jaemin-ah, hujan itu pertanda cinta abadi dari surga. Misalnya jika aku sudah tiada, aku masih bisa memelukmu bersama dengan air hujan ini”

Sejak saat itu, setiap kali hujan turun, Jaemin akan sama antusiasnya dengan Jeno. Belarian dengan atau tanpa payung, berpelukan, hingga berciuman manis di bawah hujan, menjadi sebuah kegiatan yang selalu Jaemin nantikan.

Heaven Rains [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang