Dalam perjalanan Ellen baru menyadari sesuatu kalau dia besok berumur 17 tahun. Entah mengapa ada rasa gelisah mengusiknya sepanjang perjalanan.
Mobil merah yang dimiliki Bruno baru saja dia pinjam dari ayahnya, terhenti di depan gerbang pintu stadium olahraga milik sekolahan Walters.
"Ehm, sorry kalian duluan, aja ya."
"Kenapa, len?" tanya Selly.
"Aku mau ke toilet dulu," jawab Ellen dengan mengepalkan kedua tangannya di atas pahanya.
"Sepertinya ada yang sedang demam panggung," ucap Bruno mengejek dengan guyonannya.
"Mau aku antar?" Selly menawarkan untuk menemani Ellen.
"Ah, ga usah, aku sendiri saja."
"Ok, kita masuk duluan ya." Selly dan Daniel keluar dari mobil lebih dulu.
"Dan aku akan memarkir mobil ini," ucap Bruno.
Selagi Bruno memarkir mobil, Selly dan Daniel berjalan lebih dulu memasuki stadium olahraga, tanpa basa basi Ellen keluar begitu saja dari dalam mobil Bruno.
"Ok, Len, kau bisa pergi sekarang, apa kau butuh tisu?" Saat Bruno menyelesaikan ucapannya dia menengok ke bangku belakang dan sudah tidak ada Ellen di tempatnya.
Ellen berlari cepat memasuki toilet wanita, dia masuk ke dalam bilik toilet dan duduk di dalamnya. Kaki kanan terus bergetar dan tidak bisa berhenti, Ellen menggigiti jari-jari tangannya, keringat meluncur dari keningnya, entah apa yang dirasakan oleh Ellen dia seperti mengalami demam, dingin dan berkeringat cukup deras.
"Ada apa denganku?" tanya Ellen pada dirinya sendiri, masih dengan menggigit kedua jarinya secara bergantian.
Beberapa anak perempuan secara bergantian keluar masuk memasuki toilet sekedar untuk memperbaiki riasan dan penampilannya. Ellen yang masih duduk di dalam bilik menunggu toiletnya sepi.
Tak lama, situasi dalam toilet wanita mulai perlahan sepi, itu kemungkinan pestanya sudah dimulai. Ellen perlahan keluar dari bilik dan melihat sekeliling dalam ruangan, dia yakin tidak akan ada lagi yang masuk kedalam toilet. Ellen perlahan berjalan kearah cermin dinding dan berpegang pada sekeliling wastafel.
Keringat masih mengalir melewati keningnya, nafasnya tidak karuan, kedua jari jemarinya mengepal menahan rasa sakit sesak di dadanya. Kepalan tangan kanan Ellen menepuk dada kirinya.
'Kau sangat lemah.'
Ellen terkejut karena bisikan itu kembali lagi.
"Siapa kau?" tanya Ellen memutar melihat sekelilling ruangan tapi tidak ada satu orang pun, hanya dia seorang di dalam.
'Aku adalah Amy.'
"Amy?"
'Tanyakan pada ayah dan ibumu, kau akan menemukan jawabannya.'
"Apa mereka tahu siapa dirimu?" pertanyaan Ellen cukup lama untuk di jawab, sehingga gadis yang bernama Amy muncul di cermin di depan Ellen.
'ah ha ha ha ha!'
Dia tertawa dan Ellen begitu sangat terkejut, wujudnya berada di dalam kaca dan menatap Ellen sambil tertawa.
"Kenapa wajahmu mirip denganku?"
Tawaan Amy terhenti, tatapannya tajam dan mulai menatap Ellen tajam dengan senyuman menyeringainya, "Aku akan ambil alih tubuhmu."
"Apa?"
●●●
Terdengar langkah ketukan kuat yang berasal dari sepatu heels berwarna hitam pekat memasuki lorong pintu gerbang memasuki area stadium olahraga sekolah yang biasa di gunakan untuk para murid Senior High School Walters untuk berolahraga; basket ball ataupun futsal dan terkadang berolahraga lempar bola pun di lakukan di dalam stadium yang memang berfungsi untuk segala jenis olahraga.
YOU ARE READING
MANTRA Season 1 : The Missing Girls
Mystery / ThrillerKota Walters sedang tidak baik-baik saja, sudah banyak kasus gadis remaja yang berumur 17 tahun hilang bak di telan bumi. Namun hal tersebut tidak sama sekali mengusik bagi Ellen, seorang gadis remaja yang terobsesi pada seorang gadis terkenal di se...