10 Penasaran

2 1 1
                                    

Malam pun tiba, semua orang di rumah Lia tidur dengan nyenyak. Sebelum tidur, Lia tidak lupa untuk berdoa dulu sambil berharap di dalam hatinya agar besok siang setelah pulang sekolah dia bisa bertemu dengan Evan dan tidak salah tingkah ketika dibonceng oleh Evan.

Keesokan harinya, Lia bangun dari tidurnya lalu melakukan ritual pagi seperti biasa. Sementara Felice sedang menyiapkan makanan untuk sarapan di ruang makan, Andri masih berada di kamar mandi begitu pula dengan kedua kakak Liana.

Sekitar pukul 7 pagi, baik Liana maupun keluarganya sudah duduk di depan meja makan dan bersiap untuk menyantap hidangan yang sudah tersaji di atas meja makan.

Sebelum memulai sarapan, Andri memimpin doa makan selama beberapa menit. Sesudah berdoa, mereka menyantap makanannya masing-masing sambil sesekali mengobrol dan juga bersenda gurau.

Felice dan Ashley yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Lia, bertanya-tanya di dalam hati mereka masing-masing.

Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh Lia, karena gadis itu bersikap tidak seperti biasanya. Dia terlihat ceria dan senyuman yang sumringah.

Tanpa berbasa-basi terlebih dahulu, Ashley langsung bertanya pada adik perempuannya.

"Li, dari tadi kakak lihat kamu kayaknya ada yang beda deh." Ashley tersenyum lebar. "Ada apa, nih? Cerita dong sama Kakak."

Liana yang sedang menyesap air putih di depannya pura-pura tidak mendengar pertanyaan kakaknya, tapi wajahnya sedikit memerah.

"Hmm ... kayaknya sih ada yang lagi happy," goda Robby, kakak Liana.

"Iya, kayaknya sih gitu," timpal Ashley.

Mendengar kedua kakaknya berbicara kepadanya, Liana tetap diam karena dia bingung harus menjawab pertanyaan mereka atau tidak.

"Li, kapan-kapan kamu ajak Evan main ke rumah ya," ucap Felice sembari tersenyum lebar pada Liana.

"I--iya, Ma," balas Liana.

"Ngomong-ngomong, Evan itu siapa?" tanya Andri pada Liana.

"Evan ... dia temen saya, Pa. Sepupunya Rika," jawab Liana.

"Oh, cuma temen ya? Papa kira pacar kamu," goda Andri, lalu ia melirik ke Felice yang duduk di sebelah kanannya.

"Bukan, Pa ... dia temen lama saya," jelas Liana, saat itu wajah Lia yang chubby semakin memerah dan sikapnya agak berbeda.

"Gua penasaran deh, Evan itu cakep gak?" tanya Ashley.

"Hmm ... biasa aja kok," jawab Liana, dia berbohong tapi di dalam hatinya dia mengakui bahwa Evan memang tampan dan mempesona.

"Sudah, sudah, ngobrolnya dilanjut nanti malam. Cepat, habiskan makanannya," ujar Felice kepada anak-anaknya.

"Iya, Ma ..." sahut Ashley dan Robby serempak, sedangkan Liana hanya mengangguk perlahan.

Liana berharap nanti malam keluarganya tidak akan bertanya lagi soal Evan kepadanya karena dia dan Evan hanya berteman.

Sesudah sarapan, Liana dan kedua kakaknya pergi ke sekolah dan ke kampus. Seperti biasa Liana pergi bersama Yuli yang duduk sebangku dengannya.

🪷🪷

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Lama Belum KelarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang