Cahaya lilin berkelip-kelip lembut, menyinari kamar tidur yang didekorasi dengan nuansa lembut warna putih dan perak. Di luar jendela, bulan purnama bersinar terang, seakan menjadi saksi momen sakral ini. Draco, dengan lembut memeluk tubuh Harry yang lelah setelah pesta pernikahan yang panjang. Langkahnya pelan, penuh pertimbangan, seolah membawa harta yang paling berharga.
Dengan hati-hati, Draco membaringkan Harry di tempat tidur yang empuk. Selimut sutra putih dibawah tubuh Harry, menciptakan kontras yang indah dengan rambutnya yang hitam legam. Mata mereka bertemu, dan dalam tatapan itu, Draco melihat segalanya - cinta, keraguan, dan janji akan masa depan bersama.
Ini bukan pertama kalinya mereka berbagi tempat tidur. Di masa lalu, ketika kemabukan mengalahkan akal sehat, Draco telah melakukan hal yang sama. Namun, malam ini berbeda. Malam ini, mereka adalah suami dan istri, terikat dalam pernikahan suci. Tidak ada lagi rasa takut atau keraguan, hanya ada cinta yang murni dan tulus.
Draco membelai pipi Harry dengan lembut, merasakan kehangatan kulitnya. "Apa kau lelah, sayang?" tanyanya dengan suara lembut.
Harry tersenyum tipis, matanya berkaca-kaca. "Sedikit," jawabnya, suaranya serak.
Draco mendekatkan wajahnya, mencium kening Harry dengan lembut. "Tidurlah, aku akan selalu ada untukmu."
Harry menggelengkan kepala dan berbisik,
"Aku tidak mau tidur.. Ini malam pernikahan pertama kita.."Draco tertawa kecil, matanya penuh dengan kenakalan dan nafsu. Dia tahu apa yang dimaksud Harry. Dia tahu apa yang diinginkan kekasihnya.
Draco menariknya lebih dekat dalam pelukannya. Tubuh mereka saling menempel, pas satu sama lain dengan sempurna. Draco dengan lembut mencium leher Harry, meninggalkan jejak ciuman lembut di sepanjang tulang selangka dan bahunya. Dia bisa merasakan tubuh Harry bergetar di bawah sentuhannya, pertanda bahwa kekasihnya menginginkan lebih.
"Aku tahu apa yang kau inginkan, sayang," gumam Draco di telinga Harry, suaranya penuh dengan hasrat.
Tangan Draco menyelinap di balik selimut sutra, dengan lembut membelai kulit paha Harry yang telanjang. Sentuhannya lembut namun tegas, membuat Harry menggigil dengan antisipasi. Dia menggoda dan menggoda, membawa Harry semakin dekat dan semakin dekat dengan ekstasi.
Bibirnya terus menari-nari di atas kulit Harry, meninggalkan jejak ciuman dari bahunya ke dadanya. Lidah Draco menelusuri pola di tulang kerah Harry, merasakan panas yang memancar dari tubuhnya.
"Tenang dan nikmati saja, sayangku," bisik Draco, nafasnya terasa panas di telinga Harry. Dia terus mencurahkan perhatian pada lehernya, menggigit dan menghisap dengan lembut, meninggalkan bekas yang akan menunjukkan milik siapa Harry sebenarnya.
Harry mengerang pelan, tangannya mencengkeram bahu Draco. Dia mencondongkan kepalanya ke belakang, memberikan akses yang lebih baik ke lehernya. Cahaya bulan masuk melalui jendela, memancarkan cahaya keperakan di atas tubuh mereka yang saling bertautan.
Draco berbicara dengan lembut.
"Jangan khawatir, aku sudah bertanya pada dokter, kita bisa melakukannya meskipun kamu sedang hamil... tapi aku ingin tahu darimu, apa kamu baik-baik saja?"Harry membuka matanya, iris hijaunya bertemu dengan iris Draco. Ada campuran kegugupan dan kegembiraan dalam tatapannya. Dia mengangguk sedikit, senyum kecil di bibirnya.
"Aku baik-baik saja," jawabnya, suaranya sedikit bergetar. "Aku menginginkan ini."
Ekspresi kelegaan dan kelembutan muncul di wajah Draco. Dia mengerti kekhawatiran Harry, tapi jauh di lubuk hatinya, dia tahu bahwa mereka berdua menginginkan ini. Dia dengan lembut mengusap-usap rambut Harry, menenangkannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/376973414-288-k973388.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacred Love | Drarry
FanfictionHarry Potter lahir ditanggal 31 Juli, dan ia juga meninggal dihari yang sama setelah berhasil mengalahkan Voldemort. Draco Malfoy menanggung beban rasa bersalah dan cintanya selama 7 tahun setelah kematian Harry. Rasa tak terbalaskan ini menyakiti n...