Bab 1

8 1 2
                                    

"Apakah dia sedang tidur atau simulasi kematian?" Pikir Liam lelah sambil menghela nafas. Dia menatap sesosok gadis berparas imut yang masih bergelung di alam mimpi, tak lupa dengan iler yang mengalir menganak sungai dengan sedikit lelah.

Liam sudah berada di kamar Sheina selama hampir 20 menit. Berbagai cara dia gunakan untuk membangunkan gadis itu, namun sama sekali tidak membuahkan hasil.

Pria tampan itu mengguncang tubuh mungil Sheina dengan pelan, yang semakin lama semakin keras membuat gadis itu mengerang pelan.

"Lima menit lagi, Om." Sahut Sheina serak dengan mata terpejam. Tangannya mencari-cari selimut lalu menariknya hingga menutup sampai batas kepala.

"Seandainya aku tidak bisu, sudah ku omeli dia," Liam menghela nafas lelah dan tak berdaya. Dia melirik jam weker di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. "Dia bisa terlambat kalau nggak bangun."

Chakara datang dengan anggun dan melompat ke ranjang Sheina. Kucing putih dengan motif harimau menatap Sheina dan Liam dengan penasaran, "Jadi, bocah itu belum bangun juga?"

Liam menggeleng sebagai jawaban membuat Chakara menyeringai. Kucing itu mengambil nafas dalam-dalam dan...
"Bangun bocah pemalas!" Teriak Chakara dilanjutkan dengan jeritan kucing yang khas, membuat Sheina gelagapan dan terbangun.

"Hah! Apa? Kenapa?" Tanya Sheina linglung. Gadis itu menenangkan dirinya dan menatap Chakara yang kini berada di sebelahnya, "Bisa bangunin dengan cara yang lebih normal, nggak?" Omel Sheina sambil menguap.

"Aku kira kau sudah mati, mengingat kau sangat susah di bangunkan." Kucing itu menjilati kaki mungilnya dan menatap Sheina dengan kesal, "Cepat bersiap! Atau aku akan menghancurkan stok cemilan kesayanganmu!"

"Ck. Iya, ya."

Sementara Liam menatap Chakara dengan rasa terimakasih. Setidaknya, berkat kucing itu, membangunkan Sheina hari ini lebih mudah dari yang dia pikirkan.

"Aku akan memberikanmu sarapan pagi spesial," Liam menunjukkan layar ponselnya pada Chakara.

"Baiklah. Kalau kau butuh bantuan, cari saja aku." Dengan angkuh, Chakara melompat turun dari ranjang Sheina.

"Pagi, Om~" Sapa Sheina cerah dan menggeliat sebentar. Gadis itu turun dari ranjang dan segera mengambil handuk, "Om nanti hadir, kan dalam rapat komite?"

Liam yang melihat tatapan penuh harap Sheina tersenyum tipis dan mengacaknya pelan. Dia mengangguk pelan sebagai jawaban membuat binar keceriaan terbit di mata opal gadis itu.
"Oke. Makasih, Om. Aku mau mandi dulu."

🐾

"Ayah, eh maksudnya, Om." Panggil Sheina gugup.

'Deg'

Liam menoleh dan melihat Sheina meremas kedua tangannya, menyembunyikan kegugupan yang menghampiri gadis itu. Namun, mendengar Sheina memanggilnya ayah membuat hati Liam berdebar. Ada rasa hangat yang menjalar di dadanya. Pria itu menatap Sheina lembut dan tersenyum tipis.

"Makasih, udah mau hadir sebagai wali aku."

Liam mengangguk pelan dan mengambil ponselnya. Pria tampan itu mengetik dengan cepat lalu menunjukkan pada Sheina, "Tidak masalah. Ayo turun. Nanti kau terlambat masuk kelas."

Sheina tersenyum cerah, "Ya, Om."

Sheina segera turun dari mobil Liam dan berpamitan yang di balas dengan lambaian tangan dari Liam, mengabaikan bisik-bisik siswa yang penasaran dengan sosok yang berada di mobil sedan civic hitam itu.

Sheina terkenal dengan paras imutnya yang tidak biasa. Rambut cokelat, mata opal dan memiliki tubuh yang tidak tinggi namun tidak terlalu pendek. Banyak siswa yang diam-diam menatap Sheina dengan kagum dan beberapa menaruh perasaan padanya.

Pembuat Onar Kesayangan Tuan BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang