Bab 4

5 0 0
                                    

"Hah? Berburu hantu?" Tanya Sheina seraya menatap Charaka yang duduk angkuh di atas meja belajarnya.

"Yap. Berburu hantu. Kamu nggak salah dengar, kok. Waktu ini kamu gagal berburu. Tapi, kali ini kamu harus berhasil." Ucap Charaka sambil menguap.

"Lalu kalau berhasil, aku dapat apa? Dan kalau gagal gimana?" Tanya Sheina tak tertarik.

"Kalau berhasil, kau dapat hadiah istimewa. Kalau gagal, kamu nggak dapat apa-apa." Bujuk Charaka denhan wajah misteriusnya. "Tapi, ini misi wajib."

"Yaudah, deh,"  Sheina menghela nafas seraya menyambar jaketnya. Dia bergegas menuju jendela yang terletak di tepi kamar dan bersandar di sana, "Kali ini cari hantu apa?"

Charaka melompat ke jendela dan mengendus-endus udara, "Hantu yang suka ganggu bayi. Aku mencium ada aroma jahat di sekitar sini,"

Sheina membuka jendela dan melompat keluar bersama Charaka, tanpa menyadari pintu kamarnya terbuka dan Liam melihat aksinya.

Liam mendekati jendela dan melihat Sheina berjalan menuju halaman belakang, sebelum akhirnya berbelok menuju halaman depan.

"Itu bocah kemana malam-malam begini? Apa jangan-jangan dia menyelidiki gosip yang dikatakan oleh Tian?" Pikir Liam penasaran seraya geleng-geleng kepala.
Pria itu memutuskan mengekori Sheina, mengikuti gadis itu secara diam-diam tanpa sepengetahuannya.

Sheina dan Charaka berjalan menyusuri area komplek yang masih ramai, hingga akhirnya suara tangis bayi yang nyaring dan suara wanita yang mencoba menenangkan anaknya menyapa pendengaran mereka.

Sheina menoleh dan mendapati seorang wanita tampak berusaha menenangkan anaknya di teras rumah, raut wajah wanita itu terlihat lelah dan putus asa.

Namun di belakang wanita itu terlihat sesosok makhluk menyerupai sesosok nenek tua dengan mata merah menyeringai ke arah bayi itu.

Bayi itu terus menangis, menggeliat dengan wajah merah padam dan tampak ketakutan. Suara bayi itu juga serak, mungkin bayi itu sudah lama menangis.

"Misi pertama, singkirkan nenek jelek itu." Celetuk Charaka seraya melompat naik ke pagar.

Sheina menatap wanita itu sejenak, sebelum seorang pria datang dan membentak wanita itu.

"Bisa ngurus anak, nggak, sih?! Berisik tahu, nggak?! Aku udah capek-capek kerja tapi kamu nggak becus nenangin anak!"

Lalu pria itu pergi begitu saja, meninggalkan wanita itu dengan perasaan yang terluka.

Sheina berjengit mendengar bentakan pria itu. Bukankah itu anak mereka? Dia merasa kasihan, apalagi jeritan bayi itu semakin keras dan histeris seakan meminta pertolongan,membuat Sheina memutuskan mendekati wanita itu.

"Permisi, Kak. Itu anaknya kenapa, ya?"

"Nggak tahu. Dia menangis sejak tadi." Jawab wanita itu seraya mencoba menenangkan anaknya.

"Hmmm... Popoknya basah, kah? Coba cek dulu. Atau mungkin adiknya haus?" Tanya Sheina seraya menatap tajam sosok nenek bermata merah itu.

Wanita itu menggeleng, "Dia baru saja menyusu. Tapi hanya sebentar lalu menangis lagi."

"Mungkin dia ngantuk, Kak. Coba bawa jalan-jalan di sekitar teras aja. Mungkin adiknya mau tidur."

Tiba-tiba waktu terasa berhenti dan terasa sunyi. Suara bayi tiba-tiba tidak terdengar dan wanita itu tidak bergerak, seakan membeku oleh waktu.

"Kau menggangguku! Pergilah!" Teriak sosok nenek itu dengan marah.

"Kau yang pergi! Udah tua bau tanah suka berbuat ulah! Dasar nggak sadar umur! Ngapain ganggu bocah, hah?! Mending kunyah sirih, sana!" Sembur Sheina kesal dan diam-diam merapalkan mantra yang tiba-tiba terdengar di kepalanya.

Pembuat Onar Kesayangan Tuan BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang