Bab 2

3 1 0
                                    

Liam mengikuti rapat dengan tenang. Sebagian besar orang yang hadir dalam rapat ini adalah orang-orang kaya dan berpengaruh, dilihat dari pakaian dan aksesoris yang menempel di tubuh mereka.

Mereka membentuk kelompok kecil, berbicara dengan penuh percaya diri tentang saham dan reputasi, serta membanggakan anak-anak mereka.

Sementara orang tua kelas menengah kebawah berpenampilan sederhana, namun terlihat rapi dan formal.
Diantara kerumunan itu, dia melihat Arkan, ayah kandung Sheina yang beberapa waktu lalu berkunjung ke rumahnya. Dari cerita Sheina, mungkin pria itu menyekolahkan anaknya yang lain di sini.

Liam dengan penampilan sederhana dan semi-formal; sepatu bot hitam, celana hitam dan kemeja navy, tak lupa jam tangan menjadi aksesoris tambahannya.

Namun, penampilan yang sempurna ditambah aura misterius yang menguar membuat beberapa peserta rapat sesekali mencuri pandang ke arahnya, penasaran sekaligus merendahkan, mengingat usianya yang masih muda untuk seseorang yang memiliki anak remaja. Belum lagi wajahnya yang begitu tampan namun penampilannya yang sederhana tanpa sentuhan kemewahan.

Namun, sebuah energi tiba-tiba datang menghampirinya, membuat pria tampan itu menegang. Manik cokelatnya mengawasi keadaan dan terlihat seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahunan akhir melirik sensual ke arahnya, membuat Liam merinding.

Apalagi saat melihat aura hitam yang membentuk sesosok menyeramkan di belakang wanita itu, membuat pria tampan yang bisu itu mendengus. Ini bukan waktunya untuk meladeni lelucon bodoh. Pikirnya dalam hati.

Liam memilih fokus mengikuti rapat. Namun dirinya tak sengaja bertatapan dengan seorang pria tampan dengan rambut hitam agak panjang yang ditata berantakan, mata berwarna ungu dengan aura kharismatik namun terkesan misterius merembes keluar.

Liam membaca aura pria itu dan bisa menebaknya dengan mudah. Dia Savero, seorang peramal misterius yang baru-baru ini terkenal dan tengah mengasuh seorang gadis remaja sama seperti dirinya.

Keduanya mengangguk bersamaan dan tersenyum tipis.
Setelah rapat selesai, para guru mengajak orang tua dan wali siswa untuk berkeliling sekolah, memperkenalkan beberapa klub dan kegiatan yang dilakukan oleh siswa-siswi di sekolahnya.

"Kau Liam, kan? Aku sudah menduga akan bertemu denganmu. Aku Savero," Savero menyapa Liam seraya menjulurkan tangannya.

Liam mengangguk dan menjabat tangan Savero. Pria tampan itu mengambil buku catatan dan pulpen, menulis dengan cepat lalu menunjukkan pada Savero, "Senang bertemu denganmu. Aku sering mendengar banyak kabar tentangmu, kau adalah peramal hebat yang ramalannya tidak pernah meleset."

"Haha, tidak juga. Aku hanya baru belajar."

Keduanya mengikuti rombongan dan berkeliling sekolah, seraya mencari anak asuh mereka untuk memastikan keamanannya.

🐾
"Hey, guys! Aku dengar pohon rambutan di halaman belakang sekolah berbuah lebat dan merah. Gimana kalau kita kesana buat bikin rujak? Lagian kelas pada kosong, kan?" Usul Sheina menarik perhatian seisi kelas.

"Boleh, tuh! Siapa yang mau minjem piring dan beli bumbu rujaknya?" Tanya Devano seraya menatap seisi kelas, lalu menunjuk ke arah dua siswa yang tengah sibuk ngonten di kelas, "Kalian berdua, cepat pinjem dua piring dan minta bumbu buat rujak ke kantin, sana! Jangan lupa langsung ke halaman belakang! Kita ngerujak di sana!"

"Siap, bos!" Sahut keduanya kompak dan langsung nyengir lebar memikirkan konten menarik. Keduanya segera bergegas keluar kelas dan menuju halaman belakang.

"Siapa yang manjat, nih, pohon?" Tanya Devano selaku ketua kelas.

"Aku! Aku bisa manjat!" Seru Sheina semangat, "Tapi aku nggak bisa sendirian. Ada yang mau bantuin, nggak biar cepet? Terus sisanya bagi tugas buat ngumpulin dan ngupas buahnya." Usul Sheina.

Pembuat Onar Kesayangan Tuan BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang