"Cepat sembuh gadis manis." Setelah mengucapkan itu, pria tersebut pergi meninggalkan Kaluna yang belum sadarkan diri sebelum seseorang mengetahui dirinya yang masuk diam-diam.
Kaluna, saya janji akan menjagamu dari orang-orang jahat itu. Belum waktunya kamu mengetahui semuanya karena ini terlalu bahaya untuk kamu ketahui. Tolong bertahan sampai saya selesaikan semuanya dan mari kita hidup bahagia dengan mereka yang sudah lama terpisah dengan kita.
Seseorang membuka pintu kamar Kaluna, dilihatnya Kaluna dengan tatapan ingin membunuh. Tetapi orang tersebut tidak boleh gegabah karena Kaluna lah target terpenting di sini.
"Gadis bodoh. Saya muak dengan semuanya karena kamu saya tidak bisa berkuasa dan mendapatkan harta warisan sepenuhnya. Saya harus cepat-cepat mendapatkannya lalu saya akan menghancurkan kehidupan kamu."
"Keluarga kalian harus berantakan. Saya akan buat kalian menderita selama kalian hidup, orang yang saya cintai dulu telah direbut oleh bajingan itu dan sekarang saya berhasil mengambil hatinya namun saya harus membalaskan dendam saya kepala kalian semua. Keluarga yang malang..."
"Mari kita mulai permainan ini, Kaluna Aerabella Lavanya."
☆☆
"Kamu sudah lama berteman dengannya kan, Cia?"
Orang yang di panggil Cia itu mengangguk. "Iya, Cia sudah lama berteman dengannya. Apa yang harus Cia lakukan kepadanya?"
"Kamu sudah tau kan mengapa keluarga kita terpecah belah dan kenapa saya selalu membentak kamu ataupun menyiksa kamu?"
"Tidak."
"Oke saya akan beritahu sekarang. Pertama, keluarga kita hancur karena saya terpaksa menikah lagi dan meninggalkan kalian berdua karena kalo tidak begitu saya akan di bunuh dan kalian juga kena. Kedua, saya selalu berbuat kasar kepadamu karena atas suruhan Kaluna. Paham sampe sini Cia? Jadi, apa kamu mau menuruti perintah saya?"
"T-tapi Kaluna tidak sejahat itu. Dia teman lamaku, aku tahu betul tentang dia."
"Hei! Orang jahat tidak akan berani mengaku kalo dia jahat. Dendam, kamu harus menuntaskan dendam kamu kepada dia, karena dia yang sudah berani menghancurkan kehidupan kamu, Cia!"
Cia menghela nafasnya gusar, "Baik, Cia akan lakukan apapun yang diperintahkan."
☆☆
Kaluna membuka matanya perlahan, terasa berat. Ia kembali mengingat perkataan sang ayah. "Keano? Siapa dia? Aku tidak bisa mengingatnya sedikitpun."
"Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Kenapa aku tidak bisa mengingatnya. Apa yang harus aku lakukan untuk mengingat semua itu? Aku merasa janggal dengan semua ini."
"Baiklah, aku akan mencari tahu semuanya sekarang. Aku harus tahu kebenarannya."
Kaluna memegang kepalanya yang terasa sangat pusing, sungguh rasanya seperti ingin pecah.
Seseorang membuka pintu kamarnya. "Luna? Sudah bangun sayang? Gimana keadaan kamu, apa yang sakit bilang sama mama."
Kaluna terdiam. "Hei? Mikirin apa sayang?"
"Kaluna gak mikirin apa-apa kok, mah. Kaluna cuman sedikit pusing."
"Ya udah kamu makan dulu gih. Mama udah buatin bubur kesukaan kamu, dihabisin ya biar cepet sembuh. Tubuh kamu panas, kemarin kamu kedinginan pasti saat hujan."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐄𝐋𝐎𝐎𝐅 𝐍𝐈𝐄𝐓
Teen Fiction"Papa, boleh Kaluna bicara?" "Saya bukan papa kamu. Berhenti memanggil saya papa, saya membenci kamu." Kaluna terdiam, ia masih diselimuti rasa kebingungan dengan Semuanya. Apa yang membuat papanya sangat membenci dirinya dan apa yang membuat papany...