"Tidak ada anak yang menginginkan orang tuanya berpisah. Tidak ada anak yang menginginkan keluarganya hancur."
-☆-☆-☆
Gisele berjalan menyusuri koridor sekolah yang sudah terbilang sepi karena jam pulang sudah terlewat beberapa menit lalu. Ia melihat sekeliling untuk mencari kakaknya, ia akan mencoba sekali lagi kepada kakaknya. Ia yakin tadi kakaknya hanya sedang emosi saja makanya berbicara seperti itu dengan Gisele.
Tepat sekali, kakaknya sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Saat sudah dekat, Gisele berhenti ia berharap kakaknya juga begitu. Namun, saat sudah di hadapannya kakaknya melewatinya begitu saja seolah tidak ada dirinya.
Gisele membalikkan badannya untuk memanggil kakaknya. "Bang Rio!"
Mario tidak menoleh pada Gisele, ia terus berjalan menghampiri seseorang yang membelakanginya. Gisele terus memanggil tetapi na'as kakaknya itu lagi dan lagi tidak merespon dirinya.
Mario Kozein Malendra dan Gisele Keizein Malendra, adik dan kakak ini anak dari kepala sekolah SMA AS. Mereka hanya berbeda satu tahun.
Gisele terus memperhatikan kakaknya itu berjalan sampai ia berhenti di belakang seseorang. Saat orang itu berbalik, betapa terkejutnya Gisele melihatnya. Di sana kakaknya berjalan bersama Kaluna, si wakil ketua OSIS.
"Oh, jadi abang berubah karena dia juga? Kaluna bisa-bisanya abang gua tertarik sama lo yang gak ada apa-apanya. Oke kita lihat aja nanti, gua akan buat lo di benci sama abang gua."
Gisele tersenyum meremehkan, tidak boleh ada orang yang mengambil Mario darinya. Gisele tidak suka miliknya di ambil orang lain, bisa di bilang Gisele posesif terhadap kakaknya. Ia tidak mau jika kakaknya menjadi cuek padanya.
"Jangan salahin gua bang, kalo gua lakuin sesuatu untuk cewek yang lo impikan itu."
-☆-☆-☆
"Kak, gue gak bisa lama papa bakal marah kalo tau gua jalan sama cowok. Ini pertama dan terakhir kita jalan gini ya, kak."
Mario menoleh saat Kaluna berbicara seperti padanya. "Jadi, selama ini lo belum pernah jalan sama cowok?" Tanyanya penasaran.
Kaluna berpikir sebentar, kalo dibilang belum ya memang belum pernah. Kaluna sangat takut berhubungan dengan laki-laki, ia takut akan di marahi oleh papanya. Jika tahu pasti papanya akan sangat marah mengetahui Kaluna dekat dengan laki-laki.
"Belum," ucapnya dengan jujur.
Mario terdiam, jadi ia orang pertama yang mengajak Kaluna jalan seperti ini? Sedikit terkejut juga. "Woah? Jadi gua yang pertama ajak lo jalan."
Mario tersenyum lebar, Kaluna yang melihat itu mendengus pelan. "Bisa dibilang gitu, tapi plis kak jam 5 gua harus udah pulang."
"Lun, kita sampe ke sana aja sekitar jam setengah empat, jadi kita cuma bisa setengah jam di sana?"
"Gua gamau kena marah papa, kak."
Mario memelankan laju motornya. "Ga bakal, nanti gua bilang sama papa lo."
Kaluna memijat pelipisnya pusing, harus memberitahu seperti kenapa Mario jika papanya akan sangat marah. "Lo gatau papa gua gimana orangnya, kak. Lo orang asing, jadi jangan sok tau tentang keluarga gua gimana. Papa gua paling gak suka gua jalan sama cowok apalagi diem-diem gini."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐄𝐋𝐎𝐎𝐅 𝐍𝐈𝐄𝐓
Подростковая литература"Papa, boleh Kaluna bicara?" "Saya bukan papa kamu. Berhenti memanggil saya papa, saya membenci kamu." Kaluna terdiam, ia masih diselimuti rasa kebingungan dengan Semuanya. Apa yang membuat papanya sangat membenci dirinya dan apa yang membuat papany...