Halo, semuanya!
Seneng banget banyak yang antusias sama cerita ini 🥺 Semoga kita bisa terus sama-sama sampai cerita ini tamat, ya. Thank you and I love you 💗
Semoga kalian suka sama bab 3 ini, sebagaimana kalian suka bab 1 dan 2-nya. Sedikit peringatan, babnya bakal lebih panjang dari dua bab kemarin, so please bear with it 🤧
Selamat membaca! 💗
.
.
.
"Ko diõrga aströlis, ko diõrga friõndegh, ko diõrga bēlusad. Mēstrū is mascrita viũr dēs birēsa loksíat. Ingat itu saat kau menjadi raja kelak, Mark."
Mark memejamkan mata, membiarkan angin melewatinya, mengangkat seluruh keresahannya untuk dibawa ke dunia yang jauh. Entah di mana, yang pasti jauh dari jangkauan Mark.
Kata-kata dalam Dialek Kuno yang sang ayah ajarkan kepada sejak kecil, yang kini tertanam dalam benak Mark bagaikan rajah, terulang terus-menerus dalam jiwanya bagaikan sebuah mantra:
Ko diõrga aströlis, ko diõrga friõndegh, ko diõrga bēlusad. Mēstrū is mascrita viũr dēs birēsa loksíat.
Seorang raja memimpin, seorang raja melindungi, seorang raja berkorban. Meski itu artinya ia harus menjadi sendirian.
Namun, yang tidak Mark sadari, menjadi sendiri berarti kehilangan orang-orang yang juga berarti.
Malam Purnama Biru menjadi awal kekelaman yang harus Mark rasakan sebagai seorang raja. Seorang raja muda, yang lahir dari sebuah malam terkutukㅡitulah yang setidaknya orang-orang katakan tentangnya. Sebab dalam peperangan yang melibatkan manusia dengan para monster kegelapan itu, Raja Thornvale harus jatuh dalam kondisi sekarat.
Luka yang Raja Thornvale dapatkan dari malam penyergapan mendadak, yang menodai kesucian sang Dewi, juga merampas kebahagiaan yang rakyat Thornvale miliki, membuatnya harus menanggung luka parah. Sebuah pedang hitam menancap di dada kirinya, berjarak beberapa senti dari jantungnya. Jarak itu setidaknya membuat sang raja tidak mati di tempat, tetapi meski begitu, kematian itu tetap dekat, menunggu waktu yang tepat untuk sungguh-sungguh menjemput sang raja.
Ini sudah hari ketujuh sejak ayah Mark jatuh ke dalam kondisi kritis. Sang raja tak sanggup untuk sekadar membuka mata tanpa merasakan tangan Dewi Kematian yang berusaha menarik paksa jiwanya. Maka, pria itu hanya berbaring di atas ranjangnya. Hidup, tetapi mati. Mati, tetapi hidup. Meniadakan satu pun harapan di benak anggota keluarga kerajaan maupun rakyat Thornvale. Dalam diam, mereka sepakat menganggap sang raja telah tiada, tinggal menunggu pelantikan resmi Mark Sang Putra Mahkota.
"Luminarē diperkirakan akan tiba di Ai' Unda paling lambat besok malam, Yang Mulia. Tak lama lagi, sang Magika akan dibawa ke hadapan Anda."
Lorsan adalah seorang pria kepala empat dengan rambut cokelat sebatas pundak. Ia merupakan salah satu dewan istana cukup penting dan menjadi kepercayaan Raja Thornvale selama dua puluh tahun masa jabatannya. Dain adalah status yang kemudian Raja Thornvale berikan kepada Lorsan, membuat pria itu memiliki kedudukan yang cukup tinggi dari seluruh dewan istana. Yang bisa mengalahkan pendapatnya hanyalah sang raja itu sendiri.
Sayangnya, Mark belum resmi menjadi seorang raja, sehingga ia memiliki keharusan untuk mematuhi perkataan Lorsan. Terlepas apakah ia menilai keputusan itu bijak atau tidak. Termasuk ketika pria itu memutuskan supaya Thornvale melayarkan pasukan mereka ke Ai' Unda, menjemput sesosok Omega yang digadang-gadang sebagai Magikaㅡsosok legenda yang dipercaya telah punah sejak seratus tahun silam.

KAMU SEDANG MEMBACA
[🔛] The Song of Moon and Roses (Bahasa)
Fanfic"Kenapa begitu sulit untukmu mencintaiku?" "Orang-orangmu menggiringku dengan rantai bagaikan hewan buas untuk dihadiahkan kepadamu, dan kau berharap aku bisa mencintaimu?" * Ini kisah Mark dari Thornvale dan Donghyuck dari Ai' Unda, serta Dewi yang...