Hai! Akhirnya bisa update lagi 🥰
Ramein, yuk! 💞.
.
.
Dengan fakta bahwa Pangeran Mark dari Kerajaan Thornvale selalu berusaha mengenduskan hidungnya pada tiap jejak yang Donghyuck dari Ai' Unda tinggalkan, bagai serigala yang memburu rusa, rasanya sulit bagi Donghyuck untuk berharap pemuda itu akan meninggalkannya meski hanya sejenak. Sejak pertemuan pertama mereka, sang Putra Mahkota telah menandainya dengan cara entah apa.
"Yang Mulia."
Donghyuck menunduk hormat saat mendapati kemunculan Mark yang tiba-tiba di sisi danau, tempat yang sejenak ia harap bisa menjadi suakanya menenangkan pikiran. Namun, meski Thornvale memberinya kemewahan berupa materi, rasa nyaman jelas bukan sesuatu yang bisa Donghyuck dapatkan di sini.
"Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Donghyuck begitu berdiri tegak. Ia menatap Mark yang tampak menawan dalam balutan setelan jas marunnya, lengkap dengan aksen sulur perak di pergelangan tangan, serta di lingkar leher hingga garis dadanya. Tak dipungkiri, pemuda itu memiliki pesona, meski Donghyuck menolak untuk melihatnya.
"Pertanyaan yang sama untukmu, Donghyuck." Mark perlahan mengambil langkah mendekat, berdiri di sebelah Donghyuck dan menghadap hamparan danau yang permukaannya sesekali dihinggapi capung. "Apa yang kau lakukan di sini? Cahaya siang terlalu terik untuk sekadar menikmati pemandangan danaunya, kan?"
"Hanya ... butuh sejenak waktu untuk berpikir." Donghyuck menjawab dengan sedikit keraguan. Tak tahu apakah ia memang harus mengakuinya kepada Mark atau tidak.
Selama beberapa saat, keheningan mengisi mereka. Siul angin sepoi yang berembus lewat membawa aroma mekar mawar yang kental dari taman. Suara derik serangga, kicau burung, ringkik kuda di kandang, atau ayam dan angsa di peternakan terdengar dari kejauhan. Donghyuck serta Mark menikmati waktu mereka di sana, berdua. (Meski sejatinya yang benar-benar menikmati momen itu hanyalah sang Alpha.)
"Bagaimana kabar Yang Mulia Raja?" tanya Donghyuck kemudian, berusaha memecah hening yang berlangsung cukup lama. Ketika Mark menoleh ke arahnya, ia buru-buru menambahkan. "Tentu saja apabila Anda tidak keberatan saya bertanya. Saya hanyaㅡ"
"Tenang, Donghyuck."
Mark tersenyum, dan entah mengapa Donghyuck merasa bahwa pemuda itu selalu berusaha terlihat dewasa dan berwibawa daripada usianya. Pun kerap memperlakukan Donghyuck bagai anak kecil meski mungkin secara usia mereka tidak jauh berbeda.
"Ayahku masih sebagaimana keadaannya terakhir kali, tidak ada kabar yang terdengar bagus maupun buruk. Dan kurasa itu bagus. Lebih baik tidak mendapat kabar apa pun daripada harus menerima kabar buruk," jelas Mark kemudian.
Untuk hal itu, Donghyuck setuju. Setelah ketibaannya di Thornvale, Donghyuck belum menerima satu surat pun dari ayah dan ibunya. Ia hanya berharap bahwa doanya setiap hari selalu didengar oleh Dewi, supaya surat yang berisi kabar buruk tidak akan pernah datang dari Ai' Unda untuknya.
"Saya mendoakan untuk kesembuhan Raja segera. Anda dan Ratu sepertinya sudah sangat merindukan beliau," ucap Donghyuck. Sejenak, ia mendapati senyuman Mark yang seolah luntur sebelum digantikan dengan senyum yang lebih lebar.
"Terima kasih banyak, Donghyuck," respons Mark. Lalu, "Kau sendiri bagaimana? Ini hari pertamamu berlatih dengan Shaman Yon Yu, kan?"
Bibir Donghyuck mendadak kering. "Umm ...."
Ia kesulitan menemukan cara untuk menjawab, karena mengakui alasan latihannya yang gagal berlangsung akibat perseteruan singkatnya dengan sang shaman membuatnya sedikit malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
[🔛] The Song of Moon and Roses (Bahasa)
Fanfic"Kenapa begitu sulit untukmu mencintaiku?" "Orang-orangmu menggiringku dengan rantai bagaikan hewan buas untuk dihadiahkan kepadamu, dan kau berharap aku bisa mencintaimu?" * Ini kisah Mark dari Thornvale dan Donghyuck dari Ai' Unda, serta Dewi yang...