Sore itu, langit mendung menyelimuti SMA Neo School, membuat suasana di sekitar sekolah tampak semakin gelap. Anak-anak mulai bergegas pulang, berlalu-lalang di depan gerbang, seolah tak ingin terjebak hujan yang tampaknya akan segera turun. Tapi tidak dengan seorang gadis yang masih berdiri di depan pagar sekolah, matanya sesekali melirik ke arah jalan.
"Lea, gue pulang duluan ya! Have fun sama nyokap lo, ya!" teriak Kanara sambil melambaikan tangan, berpamitan sebelum beranjak pulang.
Lea hanya tersenyum kecil, membalas lambaian Kanara tanpa banyak bicara.
Beberapa jam sebelumnya, Lea mendapat pesan dari mamanya, Evelina.
Namun, hingga sekolah sudah mulai kosong dan langit semakin gelap, tidak ada tanda-tanda kehadiran mamanya. Angin bertiup semakin kencang, membuat Lea menggenggam tali tasnya erat-erat, mencoba menahan dingin yang mulai menusuk kulitnya. Awan gelap menggantung di atas, seakan siap mencurahkan hujan kapan saja. Tapi Lea tetap bertahan, matanya tak lepas dari arah jalan di depan gerbang. Ia terus berharap mamanya akan segera datang menjemputnya.
Satu jam berlalu.
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Sekolah benar-benar sunyi, hanya terdengar desiran angin. Lea mulai merasa cemas, tapi ia berusaha bertahan, memaksa dirinya percaya bahwa mamanya akan datang.
Ting!
Suara notifikasi ponsel tiba-tiba memecah kesunyian. Lea tersentak, buru-buru merogoh sakunya dan meraih ponsel dengan berharap akan ada pertanda baik. Tangannya sedikit bergetar saat membuka layar, berharap pesan itu dari mamanya memberitahunya bahwa mamanya sudah dalam perjalanan untuk menjemputnya. Tapi begitu ia membaca pesan itu, senyum tipisnya perlahan memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑳𝒊𝒌𝒆 𝑾𝒆 𝑱𝒖𝒔𝒕 𝑴𝒆𝒆𝒕
Teen FictionLea dan Jenan, pasangan virtual yang baru bertemu, sama-sama merasa tak percaya diri untuk bertemu langsung, hingga akhirnya meminta sahabat mereka untuk menggantikan pertemuan tersebut. Namun keesokan harinya, berkat dorongan sahabatnya Lea dan Jen...