Minjeong terduduk lemas. Punggungnya melorot di sandaran kursi. Hari pertama bekerja, dan dia sama sekali tidak menyangka akan mengerjakan begitu banyak hal. Menyusun berkas, mengatur jadwal Yu Jimin, membantu merapihkan data-data yang tak pernah ada habisnya, belum lagi telepon yang hampir berdering setiap jamnya.
Ia melirik ke jam meja digital di meja kerjanya. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ia pun melirik ke sisi lainnya, tumpukan berkas yang belum ia selesaikan.
Minjeong menghela nafas panjang. Sudah sejam yang lalu Jaemin dan beberapa staff lainnya mengajak ia pulang. Tapi bagaimana bisa aku pulang jika tumpukan berkas ini saja tidak terlihat berkurang..
Lagi-lagi helaan nafas panjang lolos dari mulut Minjeong. Ia menundukkan kepala begitu dalam. Tapi tak lama kemudian, ia mengangkat kembali kepalanya dan menatap kearah ruangan CEO.
Semenjak Minjeong keluar dari ruangan CEO bersama Jaemin, ia belum melihat Yu Jimin melangkah keluar dari ruangannya sekalipun. Bahkan saat ini, ruangan itu masih terlihat terang.
Apakah seorang Yu Jimin selalu bekerja sampai larut?
Minjeong kembali melihat tumpukan berkas yang harus ia selesaikan. Rasanya cukup melelahkan, tapi ia tidak bisa membayangkan bagaimana pekerjaan bosnya itu sekarang.
Pasti lebih melelahkan. Nona Yu bahkan tidak terlihat keluar untuk makan siang..
Minjeong mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya yang lentik ke meja kerja. Tak lama ia membuka laci meja kerjanya dan meraih secarik kertas berisikan tugas yang harus ia kerjakan hari ini. Semua tugas yang diberikan murni tugas kantor. Tidak seperti di perusahaan tempatnya dulu bekerja, Minjeong tidak hanya mengurus pekerjaan kantor, tapi juga harus mau melakukan apapun yang diperintahkan oleh atasannya, sekalipun itu tidak terkait dengan pekerjaan di kantor. Seperti membelikan kopi di pagi dan siang hari, mengambil laundry, mengingatkan atasannya makan siang dan pulang, bahkan sampai harus mau membelikan buket bunga untuk kekasih atasannya itu.
Apakah nantinya Nona Yu akan melakukan hal yang sama seperti bosku yang dulu? Tapi.. sejauh ini Nona Yu hanya memberikanku pekerjaan kantor, bukan yang lain.
Minjeong sebenarnya tahu, salah satu resiko bekerja sebagai sekretaris adalah melakukan pekerjaan diluar jobdesk. Ditambah, saat ini dia adalah sekretaris CEO perusahaan teknologi besar di Korea Selatan. Besar kemungkinan dia akan mendapatkan tambahan pekerjaan di jam kerja, dan handphonenya harus siaga 24 jam.
Tapi anehnya, sedari tadi, Minjeong hanya direpotkan dengan pekerjaan-pekerjaan kantor.
Bukankah itu bagus?
"Kenapa masih disini?"
Suara husky seorang wanita membuat Minjeong terperanjat di tempatnya duduk. Saat ia menoleh, ia melihat Jimin yang sudah berdiri di ambang pintu ruangannya.
"Sudah lewat jam kerja, kenapa masih disini?" Jimin mengulang lagi pertanyaannya.
"Eemm..." Minjeong hanya bisa melirik tumpukan berkas di meja kerjanya. "Masih ada banyak berkas yang belum saya selesaikan, Nona." Jawabnya.
"Kau bisa menyelesaikannya besok."
Minjeong mengangkat kedua alisnya. Tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh bosnya itu.
"Hari ini kau sudah menyelesaikan banyak pekerjaan. Berkas-berkas itu bisa kau selesaikan besok." Lanjut Jimin.
"Emm.. Nona sendiri? Apakah masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan?" Minjeong memberanikan diri bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARK
FanfictionLight up your heart So I can see you shining Say what you see Try feeling me wherever you go Connect to my heart I want you to learn Every little thing about our love Illuminate the night Breathe into my soul One little Spark is all I need A fire bu...