05.

99 14 0
                                    

PANTI ASUHAN HUIMANG.

Plang itu terpampang sangat jelas. Jimin takjub, karena panti asuhan ini cukup besar, bersih dan rapi.

Yeah.. donasi setiap bulan dari Yu Corporation pasti sangat membantu operasional panti asuhan ini.

Jimin menurunkan kacamata hitamnya dan mengamati bangunan pintu asuhan itu dari balik kaca mobilnya. Memorinya sama sekali tidak membantu. Ia bahkan tidak ingat bagaimana bentuk panti asuhan ini dulu.

Semalam, Jimin kesulitan untuk tidur. Bayangan tentang Mindoongie memenuhi kepalanya. Hingga akhirnya, ia bertekad untuk mendatangi Panti Asuhan Huimang dan hendak menanyakan tentang sosok Mindoongie ini.

Dan disinilah ia sekarang. Di depan Panti Asuhan Huimang. Menggunakan masker putih dan pakaian casual agar tidak terlalu mencolok. Sebelum ia turun dari mobilnya, Jimin merogoh isi tasnya dan mengeluarkan handphone.

Minjeong, hari ini aku datang terlambat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minjeong, hari ini aku datang terlambat. Mungkin sampai jam makan siang. Hari ini tidak ada agenda penting, bukan?

Jimin mengirimkan pesan itu ke Minjeong. Setelah memastikan pesan itu terkirim, ia kembali mengangkat wajahnya dan mengamati sekitar. Tak lama handphonenya bergetar.

Tidak ada, Nona. Jika ada hal penting, saya akan langsung mengabari Nona.

Jimin tersenyum.

Gommawo, Minjeong-ah. Bagaimana kalau nanti kita makan siang bersama?

Tentu saja.. saya akan menunggu di kantor. Berhati-hatilah di jalan Nona 😊

Senyum Jimin semakin lebar. Entah kenapa dadanya terasa hangat. Membayangkan senyum manis yang selalu diberikan Minjeong padanya.

Padaku? Yang benar saja.. dia tersenyum pada semua orang, Jimin-ah..

Jimin menggelengkan kepalanya cepat. Menyingkirkan semua pikiran-pikiran entah yang ada di otaknya. Ia langsung menaruh kembali handphonenya ke tas dan keluar dari mobil.

Panti asuhan itu terlihat sepi dari luar. Tapi terdengar suara tawa anak-anak dari dalam bangunan utama. Jimin melangkah pelan, mengamati sekitar, kalau-kalau ada seseorang yang bisa ia tanyai tentang Nyonya pengurus panti ini.

"Ada yang bisa saya bantu Nona?" Suara seorang pria membuat Jimin langsung membalikkan tubuh.

"Ahh.. nee.."

Seorang pria berumur nampak tersenyum. Jimin pun segera membungkukkan tubuhnya dengan sopan.

"Annyeonghaseyo.." ucap Jimin. "Saya ingin bertemu dengan Nyonya pengurus panti."

SPARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang