Happy reading, hope you like it
janlup vote yaa 😉Giselle menatap Gareen yang hanya diam, tersenyum tanpa menjawab pertanyaannya. Dengan kesal, Giselle mengepalkan tangannya sambil menatapnya tajam, berusaha menahan kekesalannya.
“Gareen, jawab!!!” ucapnya setengah berbisik namun tegas, ingin memastikan bahwa kali ini ia mendapatkan jawaban.
Gareen tetap diam dengan senyum tipis, mengabaikan pertanyaan Giselle. Kesabaran Giselle mulai habis. Ia mengepalkan tangan, tersenyum kesal, dan menuntut jawaban. Namun, Gareen malah melangkah masuk ke dalam rumah tanpa menjelaskan maksud kedatangannya. Giselle, yang merasa semakin marah, memukul pintu sebagai pelampiasan sebelum mengikutinya masuk.
Saat masuk, ia menemukan Gareen sudah duduk di ruang tamu, mengamati sekeliling rumah dengan tenang, seakan-akan lupa akan kehadiran Giselle. Ia mendekat, duduk di sampingnya, dan menanyainya lagi, kali ini dengan nada lebih serius, “Kenapa kamu di sini? Apa tujuanmu datang?”
Namun, Gareen tetap tidak menanggapi, dan hanya melihat sekeliling. Kesabaran Giselle benar-benar habis. Ia akhirnya menarik kerah baju Gareen, memaksa pria itu untuk melihatnya langsung. Giselle menatapnya tajam, mengulang pertanyaannya dengan suara lebih keras, “Kenapa kamu di sini? Apa tujuanmu? Jawab!”
Gareen hanya menatapnya dengan ekspresi sedikit heran, tampak kaget dengan tindakannya. Saat itu, ibu Giselle datang mendekati mereka. Menyadari keberadaan ibunya, Giselle segera melepaskan cengkeramannya, sementara Gareen tersenyum kecil, menahan tawa.
Ibunya melirik Giselle dengan nada tegas, “Giselle, kenapa kamu tidak menyiapkan minuman dan makanan untuk tamu kita?”
Giselle menunjuk Gareen dengan ekspresi kesal, “Dia tamu? Dia bahkan tamu tak diundang, Bu.”
Sang ibu menghela napas, mengucapkan nama lengkap Giselle dengan suara penuh peringatan, “Giselle Agatha! Kamu dengar, kan, apa yang Ibu katakan?”
Giselle hanya bisa mengangguk dengan enggan, berusaha menutupi kekesalannya. Ia lalu beranjak menuju dapur, masih menahan kesal. Sementara itu, Gareen hanya memperhatikannya dengan tawa kecil
Ibunya tersenyum ramah, menatap Gareen, lalu bertanya, “Jadi, apa yang membawa kamu ke sini, Nak?”
Gareen menunduk sedikit dengan sopan, menjawab dengan tenang, “Saya ke sini ingin bertemu dengan Giselle dan berbicara dengannya,jika ibu menngizinkan”
Ibunya tersenyum lebar dan mengangguk, “Tentu saja nak. Kamu tamu kami, merasa seperti di rumah saja.” Ia pun berbalik sejenak untuk melihat ke arah dapur, berharap Giselle sudah menyiapkan sesuatu untuk menyambut tamu istimewa mereka.
Di dapur, Giselle masih berusaha mengatasi rasa kesalnya sambil menyiapkan minuman. Ia bisa mendengar percakapan dari ruang tamu, dan mendengar ibunya dengan mudahnya memberikan izin pada Gareen membuatnya semakin jengkel. Namun, dengan napas panjang, ia menenangkan dirinya dan membawa minuman ke ruang tamu.
Saat Giselle tiba, ia melihat Gareen tersenyum padanya, sementara ibunya memandangnya dengan harapan agar ia menunjukkan keramahan. Giselle hanya meletakkan minuman di meja dengan sedikit kasar, lalu duduk di samping ibunya sambil menatap Gareen dengan ekspresi penuh tanda tanya.
ibu nya kemudian menyadari bahwa ada hal lain yang harus dia kerjakan,dia mengatakan kepada gareen dia akan pergi mengerjakan hal lain,dia bisa berbincang dengan Giselle,gareen Hanya tersenyum dan mengiyakan nya, sementara Giselle hanya hanya bergumam dalam hati "dia sok ramah"dan tersenyum kesal
ibu"Giselle kamu harus bersiap baik kepada tamu kita"
Giselle hanya mengangguk,sementara ibu pergi menuju keluar rumah