Happy reading, hope you like it
janlup vote yaa 😉Gareen merasakan hawa-hawa yang familiar, seolah ada sesuatu yang akan datang. Dengan cepat, dia melepaskan gandengan tangannya dari Giselle dan berkata, "Kalian duluan saja. Aku ada urusan sebentar."
Giselle menatapnya, sedikit bingung tapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, kami duluan ya," katanya sambil tersenyum.
Gareen membalas dengan senyum tipis. "Iya, hati-hati."
Sementara itu, Zaiden hanya menghela napas kesal melihat tindakan Giselle yang tampak perhatian pada Gareen. Walau enggan, Zaiden mengikuti Giselle yang mulai melangkah pergi. Namun, di dalam hati, Zaiden merasa curiga tentang alasan Gareen ingin berpisah.
Setelah Giselle dan Zaiden pergi, Gareen berdiri menatap keluar jendela, memperhatikan langit malam yang sepi. Dengan suara tenang, ia berkata, "Jangan bersembunyi, aku tahu kau ada di situ. Keluarlah."
Dari balik bayangan, muncul sosok seseorang-Kanaga. Ia menghela napas kesal dan mendecih pelan. "Huh... ternyata kau bisa tahu juga aku bersembunyi."
Gareen memandangnya dengan ekspresi datar. "Kenapa kau datang menemuiku dengan cara bersembunyi seperti itu? Cara sembunyimu benar-benar payah."
Kanaga mengabaikan sindiran itu dan langsung bicara, "Gareen, kau harus pulang ke duniamu. Urusan kerajaan menumpuk dan sangat banyak. Aku sudah lelah mengurus semua tugas kerajaan atas namamu, ditambah lagi beberapa tugas lain."
Gareen hanya menanggapinya dengan sikap santai. "Itu hal kecil."
Mendengar respons yang seolah meremehkan itu, Kanaga mendengus geram, merasakan dorongan untuk meledak. Bagi Kanaga, beban tugas yang ia tanggung sudah berat, dan sikap acuh Gareen semakin memicu amarahnya.
Kanaga terus mengomel di belakang Gareen
"Kau ini benar-benar payah, Gareen!"
Namun, Gareen hanya mendengarkannya sambil berjalan keluar rumah Giselle, sama sekali tidak menanggapi ucapan Kanaga.
Gareen keluar dari rumah Giselle dengan langkah tenang, menikmati udara malam yang sejuk dan pemandangan pegunungan di sekitarnya. Sementara itu, Kanaga, yang kesal dengan sikap acuh tak acuh Gareen, mengomel sambil menendang kursi kayu di ruang tamu. Namun, begitu kakinya mengenai kursi, wajahnya meringis kesakitan.
Kanaga menggerutu sambil memegangi kakinya yang terasa nyeri akibat menendang kursi. "Aduh... dasar kursi keras!" gumamnya kesal, lalu dengan wajah cemberut ia mengikuti Gareen yang sudah berjalan keluar rumah Giselle.Ketika keluar, Kanaga mendapati Gareen sedang berdiri diam, menatap ke langit malam yang dipenuhi bintang. Angin malam yang sejuk berhembus, menggerakkan rambut Gareen dengan lembut, menambah suasana tenang di sekitar mereka.
"Kenapa kau selalu melarikan diri seperti ini?" Kanaga berkata dengan nada lebih lembut, meski masih ada sedikit sisa kekesalan di suaranya.
Gareen hanya tersenyum tipis tanpa memandang Kanaga. "Kau tahu kan, Kanaga... dunia ini menawarkan kedamaian yang berbeda. Terkadang, aku ingin menjauh dari hiruk-pikuk kerajaan dan menikmati kesederhanaan seperti ini."
Kanaga mendengus, namun kali ini nada suaranya sedikit lebih sabar. "Ibu dan Ayah selalu mencarimu, kau tahu? Mereka khawatir karena kau sering absen dalam acara kerajaan, dan urusan administrasi pun menumpuk."
Gareen mengangguk pelan. "Aku tahu. Dan aku akan kembali. Hanya... beri aku sedikit waktu lagi."
Kanaga mendesah, menatap langit yang sama dan mulai merasakan keindahan malam itu, meski hanya sejenak. "Ya sudahlah... Tapi ingat, kau punya tanggung jawab di sana."