Nella memperhatikan putra serta teman putranya ini bergantian. Zian memang cuek. Tapi ini kenapa jadi dingin sekali? Bahkan Freya pun diam membisu. Mereka bahkan sudah selesai makan bersama, tapi tak ada percakapan yang terdengar.
Apakah mereka bertengkar?
"Eh Freya, suka boba nggak?" Nella mengalihkan perhatian. Berusaha menghidupkan suasana. Mungkin nanti anaknya harus ditraining lagi biar dia mau berkomunikasi sedikit.
"Oh, suka aja sih, Tante. Hehe." Freya meringis. Ia jadi serba salah sekarang.
Nella mengangguk singkat. "Tante ada loh boba tea DIY kit. Mau coba? Zian, temenin Freya gih bikinnya. Biar Freya bisa milih-milih rasanya. Kamu juga bikin gih, sayang."
"Oh, Tante, jangan, Te. Ini udah cukup kok." Freya kaget sendiri. Gadis itu jadi bingung harus bagaimana. Di satu sisi dia takut ngrepotin. Di sisi lain dia juga masih merasa canggung dengan Zian.
"Nggak papa, santai aja. Zian, tolong temenin Freya ya." Nella menatap Zian. Tatapannya seperti menunjukkan untuk tak mendapat penolakan.
Zian menghela napas kasar. Mau tak mau, ia tetap harus menuruti mamanya. "Iya. Ayo, Frey," ajak Zian malas.
Freya meringis sejenak. Tapi tetap mengikuti Zian ke dapur. Mereka berjalan ke arah kabinet paling ujung. Zian membuka lemari, lalu mengambil beberapa kotak.
"Lo mau yang rasa apa?" tanya Zian pada Freya.
Freya melirik Zian sekilas. "Menurut lo, yang paling enak yang mana, Zi?"
Zian terdiam sejenak. Ia menatap mata cantik Freya. Sejujurnya, ia agak grogi sekarang. "Oh, gue lebih suka brown sugar milk tea. Tapi menurut gue, lo mesti coba rasa yang berbeda dari gue."
Freya mengerjap. Merasa aneh dengan penjelasan Zian. "Terus, kita saling nyobain punya masing-masing gitu, Zi?" Ia menatap Zian, menunggu penjelasan. Pemuda itu seperti tak punya penjelasan atas maksudnya. Membuat Freya tersenyum sekilas. "Gue mau mango aja deh."
Zian makin blank. Dia tau pertanyaan Freya memang benar. Dan itu juga yang ada di pikirannya. Tapi kalau dipikirkan sekali lagi, apakah itu etis? Mereka tidak pernah berbagi minuman sebelumnya. Freya dan Zian tidak sedekat itu untuk berbagi minuman atau gelas yang sama.
Zian tak menjelaskan apa-apa, dia sibuk memberikan beberapa bungkus kecil. memberi instruksi pada Freya agar gadis itu bisa membuat minumannya sendiri. Instruksinya pun sangat sepele. Hanya menunjuk-nunjuk membuat Freya gerah. Untung Freya meskipun nggak secerdas Zian, tapi juga nggak bego-bego amat.
"Yeay, mango gue udah jadi!" Freya heboh sendiri. Ia tersenyum riang pada Zian membuat Zian agak tertegun sedikit. Sedikit aja kok, karena Zian segera mengalihkan pandangan.
"Enak, Zi. Lo mau nyoba nggak?" Freya menyodorkan gelas minumannya pada Zian. "Nih, cobain, Zi. Katanya mau saling coba?" Gadis itu masih saja menggoda Zian. Menggoyang-goyangkan gelasnya di hadapan pemuda itu.
"Nggak, nggak perlu. Gue bisa bikin sendiri nanti." Zian mengalihkan pandangan kembali. Kini menyeruput minuman bobanya sendiri.
Freya memandang kecewa. Menurunkan gelasnya sedikit. Tapi lalu dia kembali mendongak ceria. "Kalau gitu gue incip punya lo dong. Ya?" Gadis itu mengerling manis. Zian heran kenapa Freya mudah sekali berubah ekspresi. Apakah gadis itu tidak punya sakit hati?
"Hmm," Mau menolak, tapi dia duluan yang melarang Freya memilih rasa yang sama seperti miliknya. "Yaudah." Ia menyodorkan gelasnya pada Freya.
Freya dengan senang hati. Gadis itu dengan gaya sensual merapat sedikit. Meraih gelas Zian, tapi tetap mengijinkan Zian memegang gelas itu. Sengaja memang Mbak Freya. Ia meneguk minuman itu perlahan dengan Zian yang tetap membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Affection
Teen FictionFreya sangat menyukai Zian. Bahkan sebelum Freya mengenal kata cinta itu, saat mereka masih sama-sama kanak-kanak. Tapi sayangnya, Zian tidak pernah peduli padanya.